(Kembali) Ke Mirota Batik Malioboro

Saya pernah mengulas tempat ini. Tiga kali ke Yogyakarta, saya pasti akan selalu kembali ke tempat ini. Walaupun ada dua tempat serupa di Yogyakarta, namun saya selalu kembali ke Mirota Malioboro. Ada apa sich di dalam Mirota Malioboro?
Mirota Malioboro adalah department store yang menjual aneka macam oleh-oleh khas Jawa Tengah, terutama Yogyakarta. Harganya luar biasa murah, nggak perlu ditawar, pilihan produknya banyak, tempatnya nyaman dan pegawainya ramah-ramah. Maaf-maaf saja yach buat pedagang kaki lima, saya akan memilih untuk berbelanja di Mirota daripada di emperan lantaran kualitas barang yang dijual lebih menjanjikan (walaupun kaus-kaus khas Yogyakarta seharga RP. 15.000 di emperan juga menarik minat saya sich). Lokasi Mirota Batik atau yang lebih dikenal sebagai Mirota ini ada dua. Satu di Jalan Malioboro yang sangat dekat dengan Sosrowijayan dan Prawirotaman, satu lagi terletak di wilayah Kaliurang. Buat wisatawan yang nggak bertualang sampai wilayah Kaliurang, pastinya akan lebih akrab dengan Mirota Malioboro dech. Yuk mari, kita masuk ke dalam tokonya dan siapkan dompet anda!
Pertama kali saat masuk ke dalam toko, ada satu tumpukan kertas kuning yang menarik minat saya. Ukurannya cukup besar, mungkin sekitar A3. Kertas tipis berwarna kuning tersebut berisi peta Yogyakarta dalam bentuk kartun 3D, menarik sekali. Sementara itu, di baliknya ada sejarah Keraton Ngadiyogyakarta Hadiningrat. Buat petualang, lembaran kertas ini adalah harta karun yang tak ternilai harganya. Lumayan, peta gratis ini bisa mengantarkan kita untuk bertualang menjelajang wilayah kota Yogyakarta sampai ujung Kotagede, Sleman, Kalasan dan Kaliurang. Setelah melewati lokasi deposit penitipan barang, mulailah mata kita dimanjakan dengan deretan rak-rak pakaian yang tentu saja memajang : batik. Aneka macam batik bisa anda temukan disini, mulai dari pakaian tidur hingga dasi! Hihihi. Dasi batik sungguh menarik minat saya sehingga saya merasa harus memilikinya. Uniknya, saya malah jarang melihat produk batik yang benar-benar asli Yogyakarta. Kebanyakan, produk batik yang dijual, mulai dari daster hingga pakaian kerja formal, berasal dari Solo. Sisanya barulah berasal dari Yogyakarta dan Pekalongan. Kenapa yach?
Selain batik, di tengah-tengah ruangan besar tersebut menjual berbagai macam makanan unik khas Jawa Tengah, mulai dari jamu sampai nasi aking! Beranjak ke bagian ujung ruangan, ada deretan blangkon-blangkon Jawa yang menarik. Uniknya, blangkon-blangkon itu dikelompokkan dan diberi label sesuai dengan jenisnya. Misalnya, blangkon Surakarta dan blangkon Yogyakarta, ada ciri khasnya tersendiri. Masing-masing blangkon di dua wilayah kesultanan ini pun memiliki tingkatan. Bisa jadi barang koleksi tuh buat yang gemar akan blangkon. Hehehe. Patung dan diorama kebudayaan Jawa seperti mbok jamu, Loro Blonyo hingga bapak-bapak yang sedang meminta wangsit pun ada disini. Di ujung depan ada seperangkat gamelan dan kereta kencana khas kesultanan. Kayaknya nggak perlu banyak tempat yach untuk belajar kebudayaan Jawa Tengah, di Mirota pun kita bisa melakukannya.
Mirota ini terdiri atas dua tingkat. Kalau di bagian bawah lebih populer untuk sandang dan pangan, nah di bagian atas, kita akan menemukan banyak benda-benda untuk menghiasi papan. Aneka hiasan dinding, gantungan berbunyi, klenengan, wayang kulit, miniatur candi, hingga kipas tangan, perhiasan, aksesoris, dompet, tas dan lukisan serta mainan anak. Pokoknya, mata kita akan dimanjakan dengan ratusan, bahkan ribuan benda-benda unik yang biasanya akan jarang kita temui. Jangan kaget lagi kalau melihat harganya. Harga barang-barang di tempat ini, yaaa nggak bisa dibilang murah juga sich, namun sesuai dengan barangnya! Untuk wayang kulit memang dihargai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Harga yang pantas kalau mengingat proses pembuatannya. Namun, untuk benda-benda seperti miniature Candi Prambanan ukuran sedang hanya dihargai Rp. 6.500 saja! Yah, finishing dan kualitas barang tersebut memang nggak rapih-rapih amat sich. Akan tetapi, untuk harga Rp. 6.500, ini oleh-oleh yang luar biasa! Aneka kalung-kalung etnik yang bisa dipadupadankan dengan batik pun beragam jenis dan harganya, mulai dari Rp. 15.000 hingga Rp. 30.000. Sungguh harga yang pantas untuk kalung dan aksesoris unik yang etnik, sehingga menjadikan kalung tersebut layak masuk ke dalam kantung belanja saya untuk ditukar dengan sejumlah rupiah. Hihihi. Peringatan saya Cuma satu kalau anda nekad masuk ke Mirota Batik : Awas Kalap!

5 komentar:

  1. seperti yang sudah saya katakan di postingan mas lomar sebelumnya, tempat ini yang jadi favorit saya kalo ke malioboro.. pernak-pernik disana itu murah-murah bangett.. kadang emang gatel pengen beli macem-macem karena banyak sekali variasinya..

    nah kalo setau saya sih mirota di malioboro itu ada dua mas.. yang satu yang ada di ujung jalan itu yaitu mirota tokonya gede.. sedangkan yang satunya lagi itu ada di deretannya pasar beringharjo/malioboro mall, ini yang agak kecil. jadi berseberangan dengan mirota batik yang gede itu.. keduanya deket lah sama sosrowijayan karena masih berada di jalan jenderal ahmad yani/jalan malioboro. tapi kalau dengan prawirotaman itu cukup jauh mas, jarak dari malioboro ke prawirotaman sekitar 3,5 km..

    tau bedanya blangkon surakarta dan yogyakarta mas? kalo setau saya sih yang surakarta itu yang jendolan belakangnya gede.. :D

    ReplyDelete
  2. Hihihihi.... saya malah ndak tahu kalau ada Mirota kecil yang sederetan sama Beringhardjo. Mungkin nggak perhatian kali yach? hehehe.....

    hmm....secara fisik sich, saya nggak menemukan perbedaan fisik antara blengkon Surakarta dan blangkon Yogyakarta. Ada sich perbedaan dalam hal detail, tapi saya nggak yakin, apakah itu merupakan ciri khas atau bukan.

    teman saya yang asli Wong Oslo, bilang : kerah Yogyakarta lebih tinggi daripada kerah Surakarta. hehehe....ndak tahu deh saya. Sayang, blangkon ini nggak murah-murah amat. coba murah, sudah saya pakai dan saya akan pakai selama berkeliling Malioboro dech hehehe

    ReplyDelete
  3. terakhir ke mirota batik aku borong yoyo dan gasing kayu. kalap e..murah banget, goceng doang
    btw, sampeyan terakhir posting januari nih
    ditunggu ya cerita tentang museum2. udah dari museum mana aja

    ReplyDelete
  4. hahahaha...sama, aku juga kalap :p
    eh, itu settingan tanggalnya bikin bingung ya? entah kenapa postingannya semua menunjukkan tanggal yg sama : 29 Jan semua. aku masih berusaha untuk memperbaikinya sich :p

    soal museum : kemaren ada empat museum baru yang aku kunjungi : Museum Pusaka Nias, Museum Adat Karo, Museum Adat Batak Toba, dan T.B. Silalahi Center.

    kalau desa adatnya juga ada banyak ^^
    ada Desa Purba di Simalungun
    ada Desa Lingga di Karo
    ada Desa Lumban Suhi-Suhi di Samosir
    ada Desa Bawomataluo di Nias Selatan

    niatnya sich mau ngunjungin ke enam desa dai 6 puak Batak. hehe. tapi karena keterbatasan waktu, sayangnya cuma dapat 3. Masih kurang puak PakPak - Dairi, Angkola dan Mandailing :'(

    ReplyDelete
  5. sip..sip...ntar museum adat dan silalahi center minta juga untuk MI ya. matur nuwun ^_^

    ReplyDelete