Lintas Siatas Barita Dengan Berjalan Kaki


Tergerak untuk mencoba saran seorang Inang di Hutabarat yang mengatakan bahwa kami bisa berjalan kaki dari dasar menuju puncak Siatas Barita, ditambah dengan ucapan “biar tahu rasa!” yang terngiang-ngiang, akhirnya saya mencoba untuk menuruni bukit Siatas Barita dari Salib Kasih hingga pintu masuk di bawah sana. Mungkin ceritanya akan jauh berbeda kalau waktunya siang hari, ada matahari menyengat, dan arahnya pun diputar, dari bawah ke atas. Hehehe. Untungnya, saya keluar dari Salib Kasih saat matahari sudah condong ke arah barat. Saat itu sudah pukul setengah lima sore, angin sejuk sudah bertiup dan matahari sudah tidak diketahui keberadaannya, tertutup lebatnya pepohonan di sekitar Siatas Barita. Buat anda yang nggak kepikiran untuk melakukan jalan kaki, mungkin anda bisa mencarter kendaraan karena tidak ada angkutan umum sama sekali yang akan mengantarkan anda dari bawah menuju atas, dan kebalikannya. Sayang yah, objek wisata yang bagus tapi aksesnya cukup sulit. Untung saja, saya penggemar jalan kaki sehingga total perjalanan menurun selama satu jam (ditambah dengan ekstra setengah jam di tengah perjalanan karena mampir ke Danau Tiberias) saya jalani dengan senang dan senang.
Tutupan tanaman di Bukit Siatas Barita ternyata masih sangat tinggi. Saya cukup banyak berjalan di bawah naungan rapatan tanaman. Sesekali, rapatan tanaman berkurang dan terlihatlah bukit-bukit di kejauhan yang memagari Rura Silindung dan Kota Tarutung di kejauhan di bawah sana. Entah memang sudah sore atau bagaimana, namun saya merasakan bahwa kendaraan yang lalu lalang di tempat ini tidak banyak. Selain tidak banyak kendaraan, tidak banyak juga rumah yang dihuni di tempat ini, atau lebih tepatnya jarang saya temui rumah di wilayah ini. Keberadaan rumah dan pemukiman baru mulai tampak selepas Danau Tiberias, dekat dengan area Gardu Induk Tarutung. Berjalan kaki di wilayah ini ternyata sangat menyenangkan, hitung-hitung hiking lah. Kelebihan lainnya, bisa hemat biaya sebesar Rp. 15.000/orang dan menikmati Bukit Siatas Barita secara lebih intim. Hihihihi. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore dan kami sudah tiba di pintu gerbang bawah Salib Kasih. Mungkin kali lain saya akan mencoba hiking naik dari lereng bawah menuju puncak, tapi pada pagi hari. Bisa nggak yach? Oh, satu hal yang pasti, saya nggak mau terjebak malam dan gelap di bukit ini. Sepanjang perjalanan, saya jarang menjumpai adanya lampu penerangan jalanan. Entah saya sama sekali nggak kuasa membayangkan kalau saya sampai terjebak malam di tempat ini. Tiba-tiba saya teringat jalur Tomok - Tuk-Tuk Siadong pada jam 8 malam...hiii....

0 komentar:

Post a Comment