Sisi Lain : Tarutung Pagi Hari

Saat terbaik untuk berjalan kaki mengelilingi kota sich sebenarnya bermacam-macam yach, bisa pagi, bisa sore, bisa malam, atau bahkan tengah hari bolong. Namun, dari kesemuanya, saya paling suka berjalan kaki mengelilingi kota pada pagi hari. Saya biasanya menemukan wajah kota yang masih asli, baru menggeliat, baru bersiap-siap untuk beraktifitas, nggak ketinggalan sejumlah penduduk setempat yang baru saja mau mandi, atau mau bersiap-siap ke tempat kerja. Pada pagi hari juga, pemandangan biasanya jauh lebih bersih dan jelas terlihat dibanding sore atau malam hari. Ini sebabnya pada saat backpacking, saya tidak rela waktu habis untuk bermalas-malasan ria di kasur. Sedapat mungkin, sepagi mungkin, kalau bisa saat matahari baru saja mulai tampak, saya sudah siap di jalanan, menjelajahi denyut kehidupan sebuah kota/desa.
Nggak ketinggalan dengan Kota Tarutung. Walaupun saya sudah menjelajahi sebagian dari kota ini pada sore hari dan senja hari sebelumnya, namun saya sangat bersemangat untuk melihat seperti apa wajah kota ini pada pagi hari. Sayangnya, teman saya sudah harus bersiap untuk pulang kembali ke Medan, meninggalkan saya disini yang akan menyebrang ke Gunungsitoli, Nias pada malam hari nanti. Alhasil, dia tidak ikut dalam perjalanan ini karena harus bersiap-siap dan menunggu, siapa tahu angkutan yang akan membawanya sudah akan mengangkutnya. Nah, saya melangkah tak tentu arah kemana kaki akan membawa saya. Pemandangan dari Sungai Sigeaon cukup jelas sich sebenarnya, sehingga saya memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sudut-sudut kota yang belum saya jamah pada hari sebelumnya. Walaupun Tarutung tidak lebar, namun ternyata jalan-jalan kecilnya banyak sekali sehingga banyak hal yang bisa dilihat di tempat ini. Secara mengejutkan, dalam satu wilayah Tarutung saja ada banyak sekali gereja dari berbagai jenis jemaat, penginapan yang tersembunyi, hingga gedung serba guna, dan Pekan Tarutung atau yang kita kenal sebagai : pasar. Sayang, karena saya berjalan pada pagi hari (belum mencapai jam 10), maka belum banyak toko maupun tempat yang buka untuk waktu yang sedemikian. Bahkan, salah satu toko Ulos yang saya tunggu-tunggu untuk buka ternyata belum memperlihatkan geliatnya sama sekali. Saya tidak bisa menunggu lama karena harus segera ke Balige. Apa boleh buat, mungkin saya akan mencari Ulos untuk souvenir bagi saya sendiri di kota lain saja.
Secara mengejutkan pula, sejumlah penduduk kota ini menyapa saya. Saya terkejut sekaligus memasang muka heran, karena mereka menyapa seakan-akan mereka sudah kenal saya dengan baik. Usut punya usut, mereka yang membaca wajah keheranan saya langsung menjelaskan bahwa mereka adalah rombongan warga di tepi Sungai Sigeaon yang malam sebelumnya telah saya foto. Hoooooo. Langsung kehangatan menjalar di sekujur tubuh saya. Halah. Hihihihi. Mereka menanyakan arah tujuan saya dan bahkan memberikan info tempat-tempat yang akan saya lewati dan kunjungi di perjalanan berikutnya. Hiks, saya jadi terharu dan makin jatuh cinta sama Tarutung.

2 komentar:

  1. Rinova SimanungkalitApril 4, 2012 at 10:38 AM

    I LOVE TARUTUNG.....
    Semoga anak2 tarutung nanti adalah anak2 yang takut akan tuhan, cakap bg kerajaan Allah, sukses menyebarkan kabar keselamatan dan mampu meny6elamatkan jiwa-jiwa yang terhilang,,,,
    dan pastinya bagi anak2 kuliah yang mencari ilmu di kota lain, mari qt belajar lebih giat agar qt dapat pulang dan membangun bonapasogit qt,
    GOD BLESS US

    ReplyDelete
  2. Hai Rinova :D
    terima kasih sudah mampir dan terima kasih sudah memberikan komentar. Semoga bonapasogit smakin maju yaaa ^^

    ReplyDelete