Berangkat Dengan KMP Muria


Saya siap berangkat! (iya dech Oom, daripada saya diomelin mulu kagak berlayar-layar, mendingan saya percepat…hehehe). Prosedur pertama, ya ambil tiket dulu donk. Tiket tersedia di kotak loket kecil di depan jalan menuju dermaga. Kotak loket tersebut bertuliskan “Loket KMP Muria”. Disana, ada seorang bapak dan seorang Ibu yang bertugas menjual tiket dan mengambilkan tiket hasil reservasi sebelumnya. Sayang, Bapak Budi Utomo tempat saya memesan tiket tidak berada disana. Saya bermaksud mengambil tiket reservasi saya dan petugas loket menyarankan untuk menghubungi Bapak Budi Utomo terlebih dahulu. Hmm…ternyata jalur reservasinya ada banyak yach, bukan hanya Pak Budi Utomo saja. Untungnya, prosesnya tidak sulit karena setelah saya menelepon Bapak Budi, beliau segera menginstruksikan kepada petugas loket untuk menyisihkan tiket saya. Voila. Saya mendapatkan dua buah tiket untuk saya dan teman saya. Sempet sich, saya bertanya kepada petugas, apa bedanya kelas ekonomi dan kelas VIP. Dari penjelasannya, saya mendapat gambaran bahwa kelas ekonomi duduk di bangku plastik, panas, berdesakkan, dan susah beristirahat. Tambahan, dengan 6 jam perjalanan tampaknya akan menjadi sebuah hal yang sama sekali tidak menyenangkan. Jadi, saya minta diupgrade ke kelas VIP dengan fasilitas ruangan ber AC, kursi recliner sehingga bisa digunakan untuk tidur. Jumlah kursi di ruang VIP terbatas, namun syukur, saya bisa mendapatkan dua kursi untuk saya dan teman saya. Dengan harga Rp. 60.500, saya lebih memilih bernyaman-nyaman ria di kelas VIP daripada berpanas-panas di kelas Ekonomi (Rp. 30.500).
Kapal akhirnya berangkat tepat pukul 9. Eh, nggak juga sich. Kapal akhirnya benar-benar menarik sauh pada pukul setengah 10. Pukul 9, kapal bersuara keras “BOOOOOOOOOOOOOOONG!” selang beberapa menit berkali-kali untuk menandakan agar semua penumpang segera masuk ke dalam kapal. Walaupun bukan masuk kategori kapal feri yang besar, namun kapal ini dimuati oleh truk, kendaraan, motor, karung barang-barang, dan tentu saja manusia. Pada saat di loket tadi, kebanyakan manusia yang saya lihat adalah golongan turis. Kelihatan donk tipikalnya, celana pendek, dengan ransel, kacamata hitam, baju-baju keren warna-warni. Pantai banget dech pokoknya. Semua muka yang saya lihat juga tidak menunjukkan wajah penduduk lokal. Nah, begitu sampai di kapal, saya baru melihat, ternyata penduduk lokal yang komuter antara Jepara dan karimunjawa ternyata sangat banyak, walaupun jumlahnya cukup sebanding dengan turis. Kapal ini ternyata juga digunakan sebagai sarana transportasi penduduk lokal untuk bolak-balik Jepara dan Karimunjawa dan sarana pengangkutan logistik. Berhubung kapal ini tidak berangkat setiap hari, maka inilah satu-satunya kapal yang dapat diandalkan oleh penduduk lokal dan turis. Hmm…saya sudah terlalu banyak ngoceh nggak karu-karuan, yuk kita masuk saja ke dalam kapal sebelum kepala saya dikemplang sama Oom Brad lantaran nggak nyebrang-nyebrang. Orangnya sudah capek nungguin. Hihihihi.

PS: Nambah dikit, hihihihi, dek VIP terletak di bagian depan kapal, dengan kursi terbatas. Untuk masuk ke dalam dek VIP, perlu menunjukkan nomor tiket yang kita punya. Sementara itu, dek ekonomi berada di bagian belakang, atap (siap berpanas-panas ria) dan bawah kapal (bersama dengan logistik dan kendaraan).

1 komentar:

  1. hehehe mendingan lah, udah masuk kapal. btw kok pilih VIP sih. gak sesuai dengan semangat backpacker dong :p

    ditunggu petualangannya di laut.

    ReplyDelete