Ya, akhirnya saya memasuki KMP Muria. Ternyata, saya dan teman saya adalah penumpang terakhir yang memasuki KMP. Begitu kami masuk, para petugas segera berjuang untuk melepaskan tali yang melilit di pinggir dermaga. Begitu buritan dinaikkan dalam posisi tertutup, kapal pun siap berjalan. Fiuh. Untung saja, tadi kami sudah sempat berfoto-foto di depan KMP. Hehehehe. Yang agak mengganggu, di sekitar pintu masuk kapal banyak sekali pedagang makanan kecil yang agak memaksa dalam memasarkan produk-produk mereka. Beberapa diantaranya adalah es mambo dengan warna-warni neon yang mengkilat. Jujur saja, saya sich bukannya pengen, justru malah bergidik. Warna-warni tersebut mengindikasikan pewarna kuat pastinya. Namun, bapak tersebut memaksa saya untuk menghabiskan dagangannya. Saya dipepet terus. Setelah gagal, kemudian dia menggunakan cara memelas. Dia mengatakan butuh uang untuk anaknya sekolah dan istrinya yang sakit. Loch loch loch? Ya sudah deh, saya kasih beliau uang Rp. 5.000 dan beliau segera membungkuskan es-es tersebut kepada saya. Uppsss…saya segera menolak es tersebut, “untuk bapak jual lagi saja”, setelah itu saya segera kabur dari pandangannya. Zaaaapp!
Saya segera bertemu dengan deretan kendaraan, motor, mobil dan truk yang diparkir di bagian bawah kapal. Dek penumpang berada di atas, saya segera naik tangga yang agak curam untuk menuju ke atas. Sesampainya di atas, saya segera bertemu dengan dek kelas ekonomi. Ada meja cafetaria di sebelah kiri saya dan tepat di sisi kiri saya, adalah dek VIP. Wih, pintu masuk VIP dijaga oleh petugas. Barang siapa yang mau masuk, harus menunjukkan tiket kelas VIP-nya terlebih dahulu. Begitu masuk, wih, semburan AC terasa dingin menyentuh kulit. Ya, inilah kelebihan ruang VIP dibanding ekonomi. Pada ruang VIP, kursi yang disediakan adalah kursi recliner dengan meja untuk meletakkan barang-barang. Area kaki sangat lebar dan bisa digunakan untuk selonjoran tanpa kaki tertekuk. Di tengah-tengah ruangan di bagian depan ada televisi publik. Lumayan, hiburan berupa sinetron sepanjang perjalanan. Pada area ekonomi, kursi yang digunakan adalah kursi plastik. Dek ekonomi terbuka langsung terkena udara luar dan sengatan matahari dari pinggir. Dek ekonomi tengah masih jauh lebih baik dan manusiawi dibanding dek ekonomi atap. Banyak turis maupun penumpang lokal yang tidak mendapatkan kursi di dek tengah, harus rela duduk di bagian atas kapal yang tidak memiliki kursi, hanya area luas untuk lesehan saja. Saat keberangkatan jam 9, mungkin tidak terlalu terasa. Namun, kapal akan berlayar selama 6 jam. Artinya, kapal kurang lebih akan tiba di Karimunjawa pada pukul 3 sore. Artinya lagi, pada pukul 12, kapal akan berada di tengah lautan. Siap-siaplah menerima sengatan teriknya matahari yang aduhai. Ya, saya melihat di dek bagian atas ini justru lebih didominasi oleh para turis. Hmm…mau menghitamkan kulit cuma-cuma kah? Hihihihi. Untungnya, menjelang siang tengah bolong, pihak ASDP menyediakan terpal yang dapat dibuka untuk melindungi para penumpang dari sengatan matahari. Walaupun lumayan, tetep saja, bagian atap jadi sauna gratis di siang hari bolong itu. Buat anda yang lapar, anda bisa memesan berbagai menu (yang paling favorit sich tampaknya jelas: pop mie) di cafetaria KMP Muria. Tentu, dengan harga yang agak di luar kewajaran, misalnya Rp. 10.000 untuk segelas pop mie matang.
Saya pikir saya bisa tidur nyenyak dan bangun dalam keadaan segar di Karmunjawa sana. 6 jam sich lumayan banget untuk beristirahat, begitu pikir saya. Ternyata saya salah! Satu hingga dua jam pertama, saya masih bersemangat. Saya berjalan-jalan berkeliling kapal, melihat-lihat alam dan lingkungan sekitar (maklum, dua jam pertama, laut masih berwarna biru, masih banyak spot spot pulau menarik yang bisa disaksikan). Saya mengobrol dengan gembira dan merundingkan rencana perjalanan di Karimunjawa nanti. Semua hal tampak menarik bagi saya. Jam ke 3, saya mulai bosan. Koq nggak sampai-sampai yach? Perjalanan darat jauh lebih baik dech rasanya, ada yang bisa disaksikan. Entah itu berupa rumah-rumah, pemandangan alam, atau apapun itu. Perjalanan laut jelas bukan favorit saya. Yang bisa dilihat sejauh mata memandang hanyalah laut laut dan laut saja. Bosan! Jam ke 4, saya mulai pusing berat. Kepala rasanya diayun-ayun. AC menyembur dengan keras tepat di atas kepala saya. Woggghh…saya masuk angin! Sejauh mata memandang, hanya laut dan laut. Parahnya, laut yang saya lihat adalah laut yang berwarna biru donker, bahkan hitam! Sudah dalam sekali artinya laut di wilayah ini. Ombak besar menerjang kapal, mengombang-ambingkan kapal kesana kemari. Dan…saat semakin pusing, keluarlah jackpot! Saya memuntahkan isi sarapan saya tadi pagi. Antimo yang tadi pagi saya minum ternyata tidak berpengaruh. Badan saya nggak karu-karuan rasanya. Jam ke 5, saat kepala saya masih pusing, saya bahkan belum melihat daratan sama sekali. Laut masih biru donker, ombak masih ganas dan keras. Saya berjuang untuk makan, mengisi perut. Kondisi masuk angin tidak boleh dibiarkan. Saya berjuang untuk memasukkan makanan ke dalam mulut saya yang terasa masam karena bekas muntah tadi. Sensasi yang tidak menyenangkan. Kemudian, hampir sampai di ujung perjalanan pada jam ke 6, daratan mulai tampak di seberang. Air laut mulai membiru muda. Untuk jarak yang sedemikian dekat saja, rasanya kapal ini tidak sampai-sampai. Walau sudah dekat, namun ombaknya masih tergolong lumayan. Sekali lagi, saya jackpot untuk kedua kalinya di dalam KMP Muria. Kacau balau! Semenjak saat itu, saya deklarasikan, saya tidak suka perjalanan laut! Hahahaha. Tapi bagaimana pulangnya nanti yach? Hmmmm….
Label:
Jawa Tengah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
hmmm..sll bikin kangen..
ReplyDeleteMksh bnyk ya..
Terus semangat..
Sukses buatmu
bwahahaha.. ternyata kena mabuk laut juga ya mas? kalo saya sih mabuk laut nggak pernah, cuma pernah pucet keringet dingin dan agak sedikit mual aja waktu kapal kena badai dan hujan deras.. tapi nggak bikin kapok sih.. hohoho..
ReplyDeletetapi pop mie harga 10.000 itu di kapal-kapal mana aja emang segitu saya rasa harganya, di pesawat juga sama.. katanya sih karena pajak jualan di kapal itu cukup mahal jadi harga barang juga naik bisa 3 kali lipat..
@Izel : Terima Kasih :) Iya, travelling memang bikin kangen. Hehehehe
ReplyDelete@Tri : wah, jangankan laut, Mas. Di darat saja, pengalaman saya sudah sangat banyak muntah dimana-mana. Hampir semua pulau pernah saya 'singgahi' hahaha...kecuali Kalimantan yang nggak punya gunung sich :p
Hmm...saya baru tahu, ternyata pajak di atas kendaraan dan di daratan tuh beda yach Mas? pantas saja donk mereka menaikkan harga dagangannya sedemikian rupa. Kirain, karena monopoli, makanya bisa semena-mena...hehehehe
kayaknya perlu ada satu artikel yg membahas pengalaman jackpot, pencegahan dan pengobatannya deh ya. hehehe (canda)
ReplyDeletewekekeke...nanti deh, saya bikin :
ReplyDeletewww.sehatdalamperjalanan.co.cc
hehehehehe
tunggu tanggal mainnya....hahahaha :p (canda juga...wkwkwkw)
kangen pulang ke rumah..
ReplyDelete*karena kalo pulang kerumah saya harus pake kapal :)
satu-satunya yach? Kalau boleh tahu, Kakve punya rumah ada dimana? Hmm....karena saya mudah mabuk, rasanya kapal bukanlah favorit saya. Bener-bener menyiksa >.<
ReplyDeletesalam kenal dan terima kasih sudah datang! :D
udah aku lalap neh semua tulisan....mantafffzzzz!!!
ReplyDeletehahahaha....lalapan sayur kali Oom Imam :p
ReplyDeletemakasih sudah datang berkunjung :D