Menginap Di Karimunjawa : Menyenangkan!

Pengalaman saya mencari penginapan di Karimunjawa, ternyata adalah pengalaman yang menyenangkan. Agak berbeda dengan daerah-daerah lain yang pernah saya kunjungi, Karimunjawa ternyata telah sangat siap menyatakan dirinya sebagai daerah pariwisata yang terkelola dengan baik, namun di sisi lain, mereka tidak meninggalkan ciri “backpacker” dan tetap rendah hati, tidak menjadi komersial karenanya. "Menakjubkan", kata saya. Karimunjawa menakjubkan dan menyenangkan.
Karimunjawa adalah gugusan kepulauan di utara Jepara sebanyak 27 buah. Dari semua pulau tersebut, yang dihuni oleh penduduk hanyalah Karimunjawa dan Kemujan saja. Menyawakan merupakan sebuah resort yang tidak dihuni oleh penduduk asli. Artinya, pilihan penginapan sangat terbatas. Penginapan hanya terbatas, terkonsentrasi di Kota Karimunjawa, Pulau Karimunjawa dan Pulau Menyawakan saja. Sudah jelas, penginapan di Kota Karimunjawa terbatas jumlahnya dan bukan merupakan resort mewah. Resort mewah hanya berada di Pulau Menyawakan, yakni Kura-kura Resort. Pilihlah pilihan terakhir kalau anda ingin liburan yang mewah dan nyaman di Karimunjawa. Namun, apabila anda adalah turis kebanyakan, maka lupakan Pulau Menyawakan sama sekali. Hehehe.
Karena kecilnya area kota dan terbatasnya tempat menginap, maka pada saat-saat tertentu, Karimunjawa sangat padat sekali. Anda harus berjuang keras melakukan reservasi jauh-jauh hari agar mendapatkan tempat tidur. Saya saja sempat bingung, mau reservasi kamar dulu, beli tiket kapal dulu, atau beli tiket menuju Jepara dulu? Karimunjawa, karena sedang naik daun akhir-akhir ini, maka lokasi ini biasanya menjadi sangat-sangat padat, terutama saat liburan panjang, dan akhir pekan, saat cuaca sedang sangat baik. Inilah yang menjadi permasalahan saya dan kejadian yang saya alami di Karimunjawa. Saya sempat stress lantaran tidak berhasil menemukan satu penginapan pun yang tersedia pada saat kunjungan saya. Karena terbatasnya jumlah penginapan di Karimunjawa, maka masing-masing diantara penginapan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Apabila satu penginapan mengatakan bahwa Karimunjawa penuh, maka biasanya benar adanya. Apabila masih ada tempat kosong di penginapan lain, umumnya mereka tidak sungkan-sungkan untuk memberikan saran untuk pindah ke tempat lain yang masih tersedia. Saya menelepon Wisma Wisata, penginapan yang paling direkomendasikan di Karimunjawa. Sayangnya, Mas Amin (085290500389) mengatakan bahwa Karimunjawa sudah penuh dan setahu beliau, semua penginapan telah penuh terisi dan tidak ada tempat kosong. Memang, saat itu sedang libur panjang akhir pekan. Saya bersiap-siap untuk kecewa. Namun, Mas Amin segera mengganti rasa kecewa saya dengan rasa penuh harap. Mas Amin mengatakan bahwa ia akan berusaha mencarikan tempat tidur untuk saya, setidaknya agar saya bisa tidur di bawah atap. Saya tidak berharap walau jujur saya menaruh harapan pada mas Amin. Maka mulailah saya menelepon sejumlah penginapan di Karimunjawa, dan saya mendapat jawaban yang sama. Semua penginapan telah penuh dan full book. Waduh, harus bagaimanakah ini?
Ketika sedang bingung dan mulai menimbang-nimbang menggunakan tenda atau sleeping bag, tiba-tiba saya mendapat kabar menyenangkan dari Mas Amin. Ia menemukan homestay untuk kami! Yay!!! Hidup Mas Amin! Ia mengatakan, saya bisa tidur di homestay rumah penduduk untuk beberapa hari. Setelah Karimunjawa kembali sepi, saya bisa memutuskan kembali untuk ke Wisma Wisata atau melanjutkan di homestay. Memang, ia sendiri memberikan sedikit bocoran bahwa di homestay tidak bisa sebebas wisma atau hotel. Namanya juga rumah penduduk. Kita tinggal di rumah orang, gitu loch. Ya sudah lah, nggak ada pilihan banyak, saya harus bersyukur dengan opsi ini. Lagipula, sungguh suatu kemujuran untuk saya dan teman-teman bahwa saya masih bisa mendapat penginapan setelah usaha keras yang diperbuat oleh Mas Amin, guide Wisma Wisata di Karimunjawa. Boleh banget nich kalau anda-anda semua ke Karimunjawa, mencoba Wisma Wisata ini. Hehehe.

10 komentar:

  1. akhirnya dilanjut juga bro ceritanya.. :D

    emang kadang bikin stress kalau nyari penginapan nggak dapet-dapet.. mikir tidur dimana ini ntar malem, apalagi tempatnya sekecil karimunjawa yang kalo misalnya nggak ada tempat lagi ya memang nasib harus menarik sleeping bag dan tidur dimana saja.. hehehe..

    ReplyDelete
  2. itu hal terakhir yang mau saya bayangkan. >.< nggak sampai hati membayangkan kejadian tersebut akan terjadi Mas. Hehehehe....Untung, Tuhan masih baik sama saya :)

    makanya, saya lebih suka jadi back-packer atau budget traveller, bukannya pecinta alam. Hihihihi...bisa nggak tidur saya semalaman :p

    ReplyDelete
  3. untuk pengalaman tidur dengan sleeping bag saya pernah mengalaminya mas lomar.. bukan di tempat seperti karimunjawa sih, tapi di bandara soekarno-hatta.. hehehe...

    waktu itu saya baru selesai lomba di mangga dua, setelah itu makan sama temen2 dan ngopi sampe jam 11 malem. waktu itu saya harus pulang besok paginya juga karena ada kuliah dan penerbangan saya ke jogja adalah penerbangan pagi jam 6 naik airasia.. sementara tempat saya nginep (nebeng) adalah di tebet jadi cukup jauh untuk ke bandara, dan saya nggak yakin bisa bangun pagi2 buta untuk ke bandara. jadinya ya sudah dari mangga dua langsung ke bandara dan buka sleeping bag tidur di kursi2 depan terminal 3. kebetulan waktu itu juga ada beberapa bule eropa yang seperti itu juga. sepertinya mereka baru datang dari bangkok/kuala lumpur dan mau melanjutkan perjalanan ke jogja/denpasar juga keesokan harinya.. herannya nyenyak2 aja tuh, apa karena kecapekan ya? baru bangun setelah dibangunin sama security karena check in airasia ke jogja sudah dibuka.. xixiixixi..

    ya itu sekali-kalinya tidur diemperan.. :D

    ReplyDelete
  4. Wah! Ternyata memang bisa yah tidur di Bandara? Saya belum pernah ada pengalaman itu jadinya saya nggak tahu. Kalau tahu sich, saya waktu itu nggak usah repot-repot nyari penginapan yang terletak dekat dengan bandara. Mending tidur di bandara saja, lebih hemat. Hehehe

    jadi, saya kena delay 5 jam untuk terbang dari Jakarta ke Makassar. Akibatnya, saya tiba di Makassar jam 1 malam. Saya nggak kepikiran untuk tidur di Bandara karena saya nggak yakin boleh atau ngga. Ntar diusir lagi. Baru saja saya mau beranjak ke penginapan yang terletak dekat dengan bandara, eh, bener-bener Tuhan tuh sayang sama saya, saya ketemu saudara saya disana. Maka saya diajak untuk nginep di rumahnya. Biar besok baru melanjutkan perjalanan. Hehehehe

    Terima kasih banyak Mas! Saya mau coba ah kapan-kapan! hehehe...tapi saya belum punya sleeping bag. mungkin bisa dengan sarung dan jaket saja kali yach? :D

    ReplyDelete
  5. kalo yang saya tau sih di soetta bisa.. selain mengalami sendiri di emperan terminal 3 juga pernah liat di terminal 1 yang atas.. soetta sepi banget kalo udah malem, hanya ada beberapa flight saja yang berangkat tengah malem seperti ke kendari dan beberapa daerah timur lainnya.. untuk bandara lain sih saya rasa bisa, tapi aman atau nggak ya nggak tau deh..

    sepertinya saya masih nggak kuat dengan dinginnya kalo cuma pake sarung dan jaket.. hembusan angin udara luar cukup kenceng juga loh mas..

    ReplyDelete
  6. Menurut saya tempat yg agak nyaman buat tidur di bandara adalah di Ngurah Rai karena di area check in tersedia kamar mandi dgn shower. Mungkin pengelola bandara udah paham tabiat para bule backpacker ya. hehe.

    Eh kok jadi ngomongin tidur di bandara sih. Berarti kayaknya paling kritis itu urusan penginapan ya di Karimun Jawa. Boleh tau kisaran harga kamarnya?!

    ReplyDelete
  7. jadi intinya kalo mau ke karimunjawa itu yang pertama bingung mau pesen tiket keberangkatan ke semarang/jepara, kedua jadwal kapal yang nggak jelas, dan ketiga karena ketidakjelasan yang pertama dan kedua membuat ribet juga untuk reservasi penginapa.. wes jan lengkap tenan..

    bukannya karimunjawa sedang sangat dilirik oleh wisatawan, nah kalo kapal dioperasikan setiap hari apa masih merugi ya? paling nggak kalo kapal berangkat setiap hari lebih enak ngatur jadwalnya..

    ReplyDelete
  8. Sayangnya nggak demikian, Mas Tri. :) Entah kenapa kebijakan mereka tetap mengatur bahwa kapal cepat berangkat tidak reguler dan kapal lambat hanya berangkat beberapa hari dalam seminggu.

    Jadi, saran saya : urutannya adalah :
    1. Cari tahu jadwal penyebrangan kapal (Jepara/Semarang) menuju Karimunjawa.
    2. Cari tahu jadwal penyebrangan kapal Karimunjawa ke Semarang/Jepara.
    3. Tentukan jumlah hari yang ingin anda gunakan untuk berwisata (tergantung waktu keberangkatan dan kepulangan kapal)
    4. Cari penginapan di Karimunjawa
    5. Baru, cari angkutan dari lokasi rumah anda ke Semarang/Jepara.

    Hmm...saya mencari dalam urutan terbalik...hahaha

    Kisaran harga kamar di Karimunjawa nggak terlalu mahal koq Oom. Antara Rp. 100.000 - Rp. 300.000 per malam. Yang 300.000an sudah tergolong VIP loch. Hehehehe

    ReplyDelete
  9. berarti ke Karimun Jawa kudu2 di plan bener2 juga ya...banyak yg harus disiapkan ternyata

    ReplyDelete
  10. Banged bro....

    persiapkan segala sesuatunya biar nggak kecewa pas sampai disana. Mudah2an dengan semakin larisnya Karimunjawa, akses kesana dan kepastian akomodasi semakin terjamin yah. Di sisi lain, semoga kelestarian alamnya juga tetep terjaga :D

    ReplyDelete