Rehat Sejenak Di Pantai Kartini, Jepara

 Pantai Kartini adalah pantai paling terkenal di Kabupaten Jepara. Nama Kartini diambil dari nama pahlawan nasional Indonesia yang terkenal karena memajukan dan meninggikan harkat dan derajat kaum perempuan untuk bisa setara dengan kaum laki-laki. Ibu Kita Kartini, sungguh mengharumkan nama bangsa ini dan juga membuat bangga warga Jepara pada umumnya. Nggak heran, namanya diabadikan dalam berbagai nama di Jepara ini. Salah satu bentuk penggunaan namanya adalah di Pantai Kartini. Selain sebagai tempat wisata, pantai ini juga digunakan oleh para pelancong (mungkin anda salah satunya) untuk berangkat menyebrang menuju Kepulauan Karimunjawa. Kalau misalnya, anda nggak berangkat ke Karimunjawa, apa sich yang spesial di pantai ini sampai anda harus rela menghabiskan waktu bersamanya? Yuk, kita lihat-lihat, ada apa saja sich fasilitas yang tersedia di pantai ini.
Maaf sebelumnya. Sebelum mengunjungi Pantai Kartini ini, saya memiliki bayangan tersendiri akan pantai ini. Saya membayangkan sebuah pantai berpasir yang masih belum tertata dengan baik. Pokoknya masih tradisional dech. Pengelolaan masih diserahkan kepada masyarakat setempat, seperti pantai-pantai di banyak tempat yang saya saksikan. Namun, secara mengejutkan, Pantai Kartini ternyata bagus dan tertata dengan sangat rapih! Pantai ini, hampir setara seperti pantai yang dikelola oleh profesional. Aneka papan petunjuk arah dan informasi terpampang jelas di beberapa penjuru taman dalam bentuk yang manis. Lupakan papan-papan buatan tangan dan dicoret dengan cat seadanya, sebab hal terebut tidak ada sama sekali. Anda mau kemana saja di pantai ini bisa dengan mudahnya mengikuti arah petunjuk yang terdapat di papan-papan yang tersebar. Kalau anda nggak mau capek, ada kereta wisata yang berjalan mengelilingi pantai ini. Sayang sich, sebenarnya berjalan kaki cukup menyenangkan. Namun, untuk yang nggak tahan capek, pengelola menyediakan kereta wisata yang berkeliling pantai.
Beberapa fasilitas yang cukup ramai dikunjungi adalah pantai (tentu saja!) yang dibeton. Ada sebagian kecil pantai yang memiliki pasir namun jumlahnya tidak signifikan dan jarang sekali pengunjung yang bertandang kesana. Pengunjung justru lebih banyak memadati area pantai yang sudah dibeton rapih, lengkap dengan gazebo dan jalur yang ditata dengan oke. Tua, muda, dengan teman-teman maupun dengan keluarga, banyak menempati sudut-sudut pantai ini. Beberapa anak-anak balita berkejar-kejaran dengan orang tuanya di pantai ini. Saya sendiri menghabiskan waktu saya di tempat ini, walaupun tidak ada sesuatu hal yang cukup spektakular disini (pandangan ke arah jauh hanya berupa laut, laut, dan laut saja). Lautnya tidak terlalu biru, walau masih masuk dalam kategori bening. Beberapa ikan kecil-kecil bergerombol berenang di tepian dermaga buatan Pantai Kartini. Hanya ada satu buah pulau yang terdapat di ujung pandang kita ke arah laut lepas, Pulau Panjang. Di sudut kiri Pantai Kartini terdapat pelabuhan penyebrangan menuju Karimunjawa.
Beberapa aktifitas lain yang menegaskan lengkapnya kegiatan disini adalah outbond. Beberapa arena outbond seperti tali penyebrangan dari tali tambang hingga flying fox tersedia diantara pepohonan yang terletak persis di depan patung kura-kura. Entah terlalu pagi atau bagaimana, saya nggak melihat ada aktifitas berarti dari kegiatan outbond ini. Tepat di dekat fasilitas outbond, ada papan catur raksasa yang unik, menurut saya. Rasanya, nggak banyak fasilitas wisata yang memiliki ornamen unik seperti ini. Jepara, seperti yang telah diketahui sebelumnya, adalah kota yang terkenal dengan hasil ukir-ukirannya. Nah, bidak-bidak catur yang ada di tempat ini merupakan hasil karya para pengrajin Jepara. Kualitas buatannya memang memikat, mulus dan halus. Ekspresi kuda pada biji catur tersebut pun mirip dengan kuda aslinya. Saya harus mengakui, tangan-tangan perajin ukir-ukiran Jepara memang luar biasa. Saya kagum! Sayangnya, ornament ini pun tidak luput dari kegiatan vandalisme, hingga kriminal. Beberapa buah bidak catur tersebut ada yang gompal, rusak, lepas, hingga hilang bagian kepalanya. Yang parah, beberapa bidaknya ada yang dicuri oleh pengunjung. Wow. Sudah masuk kategori kriminal yach sebenarnya? Tega-teganya mereka yang iseng berbuat ini dan merugikan para pengunjung lainnya. Beberapa bidak yang hilang pun sudah diganti dengan yang baru. Perbedaan antara bidak baru pengganti dengan bidak lama jelas sangat terlihat. Oh yah, bidak-bidak ini memang sengaja dibuat berat agar tidak mudah tertiup angin, ataupun tercuri. Walau demikian, ternyata pencurian tetap terjadi. Ck ck ck. Dasar manusia-manusia iseng. Selain faktor manusia, factor cuaca pun turut menentukan kualitas bidak-bidak catur ini. Diletakkan di udara terbuka, terkena siraman cahaya matahari maupun hujan membuat bidak-bidak ini terlihat kusam. Walaupun cukup terawat (tidak ada debu berarti di bidak-bidak ini), namun beberapa permukaan bidak terlihat kusam dan mengelupas.
Pantai Kartini dibuka dari pagi hingga sore hari. Pada malam hari, pantai ini secara tidak resmi ditutup dan hanya dipergunakan oleh pengunjung Penginapan Kota Baru saja. Namanya saja objek wisata alam. Nggak siang nggak malam, lokasi ini ramai dijadikan tempat berpacaran. Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dan pengelola Pantai Kartini mempatrolikan satuan petugas keamanannya untuk berjaga-jaga dan berkeliling selama 24 jam agar tidak terjadi tindakan asusila di tempat ini. Pacaran siang hari saja sudah diawasi, apalagi malam hari! Untunglah, berkat aturan tersebut, Pantai Kartini jadi tempat yang tidak terlalu dipenuhi oleh pasangan kekasih yang sedang kasmaran. Apalagi jika diketahui ada pasangan kekasih yang sedang mojok, pasti ditegur secara halus oleh satuan petugas keamanan yang berpatroli. Apabila pasangan kekasih tersebut diketahui mojok pada malam hari, pasti, tindakan tegas akan mengganjar mereka. Saya suka dengan aturan ini. Sudah sepantasnya bahwa pantai maupun tempat rekreasi umum tidak dijadikan tempat mojok dan berpacaran. Jujur saja, keasyikan pasangan yang mojok ini mengganggu saya. Di beberapa tempat wisata lain, saya tidak bebas leluasa menyambangi seluruh areal lokasi wisata lantaran ada pasangan mojok yang sedang asyik. Ketika tampak terganggu, mereka tampak agak marah dan ngotot. Waduh. Untung saja saya mengalami ini tidak terlalu sering. Kebanyakan, mereka pergi menyingkir dan mencari tempat yang ‘lebih’ sepi lagi. Untung sekali berkat adanya patrol rutin petugas keamanan setempat, Pantai Kartini tetap menjadi tempat yang asyik dan ‘ramah’ bagi keluarga, bukan sekedar ‘ramah’ hanya pada pasangan kekasih yang kasmaran saja.

3 komentar:

  1. saya sih secara pribadi berpandangan, berkunjung ke pantai yang sudah dibeton itu sama sekali gak asik. Kita mesti menjejakkan kaki di pasir dan bermain-main dengan ombak, baru dianggap sah berkunjung ke pantai. Hehehehe.

    ReplyDelete
  2. saya sependapat dengan mas indobrad.. memang sih dengan adanya beton-beton, paving block, dan lain-lain pantai jadi keliatan rapi. tapi sayangnya sudah terlalu banyak campur tangan manusia disana, tidak ada kesan alami sama sekali di pantai tersebut.. just my 2 cent :D

    ReplyDelete
  3. Hmm...adakalanya, saya lebih suka pantai yang dibeton daripada pantai berpasir. Pantai yang dibeton memberikan kesan aktif, dinamis, dan modern. *halah* hahaha.

    buat saya, pantai yang paling asyik adalah pantai yang masih biru, pasirnya lebar, belum banyak didatangi manusia, masih banyak terumbu karang dan ikan-ikan berenang-renang, dikelilingi pohon kelapa dan bukit menghijau. beuuuuhhhh.....rela deh jemuran seharian. ah, satu lagi, ombaknya tenang. hehehe

    tapi teuteup sich, saya lebih suka gunung daripada pantai *teuteup* hahahahaha

    ReplyDelete