Sebenarnya, saya tidak memikirkan faktor menyelam ketika berkunjung ke Karimunjawa. Teman saya memang berniat untuk menyelam ketika memutuskan untuk pergi ke Karimunjawa. Namun saya? Mungkin karena saya bukan orang ‘laut’, rasa ingin menyelam itu tidak terlalu tinggi. Yang kedua, sesampainya di Karimunjawa pun saya sudah tidak memikirkan kemungkinan menyelam. Mungkin nanti saya bermain-main di perahu saja, dan membiarkan teman saya menyelam, begitu pikir saya. Alasan utama saya tidak tertarik untuk menyelam bukan karena faktor ketakutan atau hal-hal sejenisnya. Maklum, hal yang pertama kali dicoba justru menantang untuk dilakukan. Saya tidak memiliki pengetahuan akan olahraga yang satu ini. Saya mungkin tertarik untuk mencobanya, namun di sisi lain juga tidak terlalu tertarik untuk mencoba. Alasan saya yang paling utama adalah soal anggaran. Hihihi. Silahkan cerca saya, namun saya berpendapat, menyelam berlawanan dengan semangat backpacker. Anggaran yang harusnya bisa ditekan seminimal mungkin harus menggelembung dan pecah seperti bisul lantaran tambahan aktifitas yang satu ini. Kalau menyelam adalah olahraga murah, mungkin pertimbangan saya tidak terlalu banyak. Namun, menyelam ternyata merupakan olahraga mahal. Kegiatan satu ini membengkakkan biaya perjalanan saya hingga dua kali lipat! Hal yang tidak saya sangka-sangka. Lonjakan total anggaran berasal dari kegiatan menyelam ini saja. Tentu, saya harus berpikir ulang matang-matang, haruskah saya mengambil kegiatan ini? Namun, Karimunjawa = menyelam. Koq sudah jauh-jauh sampai Karimunjawa tidak menyelam? Sayang banget. Karimunjawa kan identik dengan kegiatan menyelamnya. Pantai perawan nan berpasir putih hanya menjadi gimmick semata saja. Namun, denyut kehidupan 27 pulau ini berasal dari penyelaman. Yah, saya berpikir positif saja bahwa kegiatan ini bisa menjadi warna baru di blog saya tercinta ini. Hihihi. Siapa tahu, ternyata saya malah menggemari kegiatan yang satu ini. Siapa tahu, saya malah kesengsem berat sama kegiatan yang satu ini. Dan segala macam siapa tahu lainnya, maka akhirnya saya memutuskan untuk menyelam, jauh ke dalam lautan biru.
Sejatinya, saya nggak punya gambaran sama sekali akan kegiatan menyelam. Baik dari segi teknik, hingga anggaran yang dibutuhkan. Saya cuma tahu ada orang menggunakan tabung oksigen, membawa kamera dan berenang kesana kemari di dalam laut dan menyaksikan aneka anemon laut berwarna-warni. Hihihi. Jadi, pada saat saya mengetahui anggaran yang saya butuhkan, jujur, saya agak kaget. Sebenarnya, biaya bisa ditekan apabila teman-teman pergi menyelam beramai-ramai. Sayangnya, saya hanya berdua saja dalam tim ini (bersama dengan seorang instruktur menjadi bertiga). Biaya yang seharusnya bisa dibagi-bagi banyak orang hanya dibagi berdua saja. Sekedar gambaran, biaya yang saya butuhkan adalah :
1. Kapal kayu (bisa diisi hingga 5-6 orang peserta penyelam) Rp. 300.000
2. Satu set peralatan penyelaman (termasuk satu tabung oksigen) Rp. 250.000
3. Guide penyelam untuk satu hari Rp. 150.000
4. Ekstra tabung oksigen (satu tabung untuk satu jam) Rp. 75.000
5. Jasa mengharpun ikan di laut lepas dan memasak (dapat sekitar 5 ekor besar) Rp. 50.000
Teman-teman bisa lihat, biaya yang cukup berat bebannya adalah satu set alat penyelaman termasuk dengan tabung gas-nya. Biaya ini ditanggung oleh masing-masing penyelam. Berbeda dengan perahu kayu dan guide, biaya ini bisa ditanggung beramai-ramai. Namun perlu teman-teman ingat juga, set penyelaman untuk guide dan ekstra tabung oksigen juga merupakan tanggungan peserta. Untuk tim saya yang berjumlah dua orang, kami harus menanggung set peralatan penyelam untuk 3 orang. Seandainya jumlah anggota penyelaman lebih banyak, harusnya biaya ini bisa menjadi lebih murah.
Selain persiapan peralatan yang tepat untuk menyelam, teman-teman perlu juga mempersiapkan segala sesuatunya selama berada di lautan. Maklum, kapal akan berlabuh pukul 8 pagi, melakukan test penyelaman di tempat dangkal, melakukan penyelaman sungguhan di laut lepas, dan baru akan kembali menjelang sore hari (sekitar pukul 5 sore) saat arus laut mulai kencang. Tidak ada alasan untuk berbalik. Maka dari itu, usahakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, seperti :
1. Pakaian renang yang tepat (ternyata, ngga perlu pakaian selam yang menutupi sekujur tubuh dari kepala hingga ujung kaki, cukup celana renang saja)
2. Kesiapan mental dan kesehatan yang baik
3. Sudah harus bisa berenang (ini penting! bayangkan kalau teman-teman nggak bisa berenang namun mau menyelam!)
4. Kamera bawah air (baik kamera air, menggunakan aquapac ataupun camera housing waterproof)
5. Obat anti mabuk dan obat masuk angin (percayalah, anda akan butuh ini)
6. Susu kental manis (dipercaya bisa melebarkan jalur pernafasan kita via mulut), dan saus sambal (untuk dicocol saat makan siang ikan bakar di pulau nanti, hihihihi).
Sayang beribu sayang, saya melupakan salah satu dari perlengkapan yang saya sebutkan tersebut. Saya tidak mempersiapkan kamera bawah air karena terlalu sibuk dengan teori-teori yang diberikan oleh pemandu selama menyelam. Saya terlalu sibuk memperhatikan meteran kedalaman, pengukur tekanan, dan kembali mengingatkan diri saya untuk bernafas lewat mulut, bukan hidung. Ini menarik dan sekaligus rumit karena semua hal tersebut harus dilakukan bersamaan. Hihihi. Yah, pelan-pelan juga akan terbiasa sich. Ini gunanya tabung pertama yang akan dipakai untuk latihan menyelam di tempat dangkal.
Sejatinya, saya nggak punya gambaran sama sekali akan kegiatan menyelam. Baik dari segi teknik, hingga anggaran yang dibutuhkan. Saya cuma tahu ada orang menggunakan tabung oksigen, membawa kamera dan berenang kesana kemari di dalam laut dan menyaksikan aneka anemon laut berwarna-warni. Hihihi. Jadi, pada saat saya mengetahui anggaran yang saya butuhkan, jujur, saya agak kaget. Sebenarnya, biaya bisa ditekan apabila teman-teman pergi menyelam beramai-ramai. Sayangnya, saya hanya berdua saja dalam tim ini (bersama dengan seorang instruktur menjadi bertiga). Biaya yang seharusnya bisa dibagi-bagi banyak orang hanya dibagi berdua saja. Sekedar gambaran, biaya yang saya butuhkan adalah :
1. Kapal kayu (bisa diisi hingga 5-6 orang peserta penyelam) Rp. 300.000
2. Satu set peralatan penyelaman (termasuk satu tabung oksigen) Rp. 250.000
3. Guide penyelam untuk satu hari Rp. 150.000
4. Ekstra tabung oksigen (satu tabung untuk satu jam) Rp. 75.000
5. Jasa mengharpun ikan di laut lepas dan memasak (dapat sekitar 5 ekor besar) Rp. 50.000
Teman-teman bisa lihat, biaya yang cukup berat bebannya adalah satu set alat penyelaman termasuk dengan tabung gas-nya. Biaya ini ditanggung oleh masing-masing penyelam. Berbeda dengan perahu kayu dan guide, biaya ini bisa ditanggung beramai-ramai. Namun perlu teman-teman ingat juga, set penyelaman untuk guide dan ekstra tabung oksigen juga merupakan tanggungan peserta. Untuk tim saya yang berjumlah dua orang, kami harus menanggung set peralatan penyelam untuk 3 orang. Seandainya jumlah anggota penyelaman lebih banyak, harusnya biaya ini bisa menjadi lebih murah.
Selain persiapan peralatan yang tepat untuk menyelam, teman-teman perlu juga mempersiapkan segala sesuatunya selama berada di lautan. Maklum, kapal akan berlabuh pukul 8 pagi, melakukan test penyelaman di tempat dangkal, melakukan penyelaman sungguhan di laut lepas, dan baru akan kembali menjelang sore hari (sekitar pukul 5 sore) saat arus laut mulai kencang. Tidak ada alasan untuk berbalik. Maka dari itu, usahakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, seperti :
1. Pakaian renang yang tepat (ternyata, ngga perlu pakaian selam yang menutupi sekujur tubuh dari kepala hingga ujung kaki, cukup celana renang saja)
2. Kesiapan mental dan kesehatan yang baik
3. Sudah harus bisa berenang (ini penting! bayangkan kalau teman-teman nggak bisa berenang namun mau menyelam!)
4. Kamera bawah air (baik kamera air, menggunakan aquapac ataupun camera housing waterproof)
5. Obat anti mabuk dan obat masuk angin (percayalah, anda akan butuh ini)
6. Susu kental manis (dipercaya bisa melebarkan jalur pernafasan kita via mulut), dan saus sambal (untuk dicocol saat makan siang ikan bakar di pulau nanti, hihihihi).
Sayang beribu sayang, saya melupakan salah satu dari perlengkapan yang saya sebutkan tersebut. Saya tidak mempersiapkan kamera bawah air karena terlalu sibuk dengan teori-teori yang diberikan oleh pemandu selama menyelam. Saya terlalu sibuk memperhatikan meteran kedalaman, pengukur tekanan, dan kembali mengingatkan diri saya untuk bernafas lewat mulut, bukan hidung. Ini menarik dan sekaligus rumit karena semua hal tersebut harus dilakukan bersamaan. Hihihi. Yah, pelan-pelan juga akan terbiasa sich. Ini gunanya tabung pertama yang akan dipakai untuk latihan menyelam di tempat dangkal.
waaah ... iya nih mana foto underwaternya hhohho. ooh kalau menyelam itu bernafas via mulut ya *baru tahu*. eh yang pemula juga bisa langsung menyelam ? gg cuma snorkling aja ?
ReplyDeleteiyah, bernafas lewat mulut. Saya juga baru tahu *hahaha* kudu latian deh tuh :p
ReplyDeletepemula bisa menyelam, tapi pilih spotnya dulu. Karimunjawa sih diijinkan, tapi kalau udah ke Raja Ampat, Togean, atau Wakatobi, butuh sertifikasi deh. :D
foto foto underwaternya ora ono *kan ga bawa kamera underwater* huhuhuhuhu
owaaah ... jadi seru acara menyelamnya ? . jadi pengen juga, tapi kayaknya musti bawa rombongan biar biayanya gg terlalu mahal yah.
ReplyDeletejadi durasi menyelamnya berapa lama ?
kenapa nggak sewa kamera under water mas? xixixixi... jujur aja saya udah lama banget nggak renang. terakhir renang sekitar 5-6 tahun yang lalu ketika masih seneng-senengnya renang.. sekarang sih renang bukan hobi lagi.. kira-kira lupa nggak yahh.. hahahaha
ReplyDelete@Jeung Tiara :
ReplyDeleteHmm...saya sih belum bilang seru yah. hahaha. tunggu kesimpulannya nanti :p durasi menyelamnya sih 1 jam per 1 tabung. Tapi, biasanya, nggak sampai 1 jam, kita udah ke atas. Ngga tahu kenapa juga, kalau kita pikir 1 jam itu sebentar, tapi kenyataannya di dalam laut sana rasanya lamaaaaaa banged >.< waktu rasanya jadi lambat berjalan
@Mas Tri :
Hmm....saya nggak kepikir kesana sich. Hehehehe. Kebetulan ngga nyari juga :p sayang banged yah...kalau renang sih saya rasa ngga mungkin lupa. hehehehe. yang penting bisa ngambang tho? hehehe
itu peralatannya sewa semua? eeewww, udah dipake berapa ribu orang sebelum mampir ke mulutmu. Lomie?! *ngikik*
ReplyDeletesebetulnya saya ngga mikir kesana sih. Tapi, kalau sewanya Rp. 250.000, harusnya sesudah dipake disucihamakan pake alkohol dulukan? iya kan?? iya ngga sich??! ya kaaaan??!?!
ReplyDeletewell...practically, I'm kissing thousands people...*hahaha*
diving memang berat di ongkos ya. tapi paket karimunjawa lebih murah bandingin padi loh
ReplyDeleteiyah sih. bedanya, Karimunjawa itu tradisional. kalau PADI itu bersertifikasi internasional. hehehe. selama jadi backpack, diving itu pilihan ke sekian deh. mendingan jalan kaki menyusuri kota dan objek wisata. murah meriah dan sehat :D
ReplyDeletesetuju..setujuuuu...tapi ada jalan tengahnya cak: snorkeling. jauh lebih affordable bandingin diving. dengan 300an ribu udah dapat snorkel+mask speedo. dan itu once and for all..
ReplyDeletejadi tetep bisa menikmati kecantikan laut ya dengan budget terbatas
Entah kenapa ya Cie, saya ngga suka snorkel...hahaha...entah tekniknya salah atau gmn, tapi yg jelas beberapa kali saya kemasukan air laut mulu. lagi asik2, tiba2 keminum air laut. sampe kapok. hahahaha....saya lebih suka snorkel tanpa fin dech. ambil nafas aja di udara, trus nyelem. hihihihi....*kalau mau irit sih, alat snorkelnya dibawa dr rumah aja hihihihi*
ReplyDelete