Oleh-oleh biasanya mencerminkan daerah jelajah sang petualang. Begitu kira-kira kesimpulan mbak yang duduk tidak jauh dari saya di dalam bus Damri menuju Blok M ketika melihat saya membawa Intip, beberapa tahun yang lalu. Ia menyimpulkan saya sehabis kembali dari Yogyakarta, walaupun dugaannya agak meleset karena saya sehabis berjalan-jalan di Solo. Mungkin kalau Yogyakarta tuh Bakpia kali yach? Kalau Padang, pastinya Karipiak Balado. Kalau Medan pastinya Bolu Gulung Meranti atau Bika Ambon. Kalau Batu pastinya Keripik Apel dan mereka yang baru pulang dari Ambon biasanya akan membawa Bagea. Nah, pertanyaan berikutnya, kalau pelancong habis berjalan-jalan di Samosir dan ingin membawa oleh-oleh, apa yang bisa mereka dapatkan yach? Jujur saja, saya tidak mengetahui rahasia Samosir yang satu ini. Pikiran saya, Tanah Samosir kaya akan kebudayaan dan oleh-olehnya mungkin bukan berupa makanan, namun kain Ulos. Ternyata, saya mendapatkan jawaban akan pertanyaan saya di Simanindo.
Seusai berkeliling Huta Simanindo, saya dan teman saya duduk bersantai di depan areal Huta yang memang nyaman karena sangat rimbun sehingga teduh. Disinilah saya melihat warung makanan kecil yang bertuliskan “Oleh Oleh Khas Samosir : Kacang Rondam”. Warung tersebut tidak tampak dijagai sama sekali, walaupun saya sudah mondar-mandir bolak-balik di depan kios, bermaksud untuk membeli minuman dingin. Akhirnya, karena tidak ada tanda-tanda penjual sama sekali, saya pergi ke kios lainnya lagi yang berada di seberang jalan. Untungnya, kios yang satu ini menjual Kacang Rondam yang dimaksud. Kacang ini sudah dibungkus dalam bentuk kemasan dan memiliki tiga varian, kecil, sedang, dan besar. Untuk Kacang Rondam kecil yang saya beli, harganya Rp. 8.000. Saya memang berniat membeli yang kecil saja dulu. Coba-coba dulu gitu maksudnya. Sembari membeli kacang, saya juga membeli minuman dan bertanya arah jalan menuju Lumban Suhi-Suhi, lokasi tujuan kami berikutnya. Nggak lupa, saya juga bertanya akan Kacang Rondam yang menjadi oleh-oleh dari Samosir ini. Ternyata, Kacang Rondam merek Sarima ini dibuat di Pangururan (UD. Sari Maju alamatnya : Jalan Putri Lopian (0626) 20754). Dalam pendistribusiannya, kacang ini dijual sampai Simanindo (tapi anehnya, saya nggak pernah melihat kacang ini di wilayah timur pulau). Rasanya? Yach, kacang ini mirip sama seperti kacang tanah biasa yang pernah saya makan sich. Namun yang unik proses pembuatannya sich. Kacang ini dibuat dengan cara menggoreng tanpa minyak, melainkan pasir. Nama Rondam konon juga berasal dari Me-rondam kacang dengan pasir (perhatikan bahwa sejumlah kosa kata Batak sangat dekat dengan Bahasa Indonesia, ahu untuk aku, dame untuk damai, adong untuk ada dan sade untuk satu). Dengan teknik memasak seperti ini, kacang yang dihasilkan memang tidak berminyak serta rasanya menjadi asin (walaupun nggak asin-asin banget sich). Yach, kalau soal rasa sich, nampaknya pabrik-pabrik modern telah memiliki teknologi yang lebih canggih dan metode untuk membuat kacang produksi mereka menjadi lebih menarik. Kacang yang diproduksi secara tradisional jelas bukan saingannya. Kacang ini jelas harus meningkatkan kualitas dan mutu rasa agar bisa bersaing dan menjadi primadona bagi mereka yang berkunjung ke Tanah Samosir. Nah, kalau anda kebetulan berkunjung ke Samosir, mungkin bisa mencoba Kacang Rondam ini dan bisa menceritakan seperti apa rasanya kepada saya.
Seusai berkeliling Huta Simanindo, saya dan teman saya duduk bersantai di depan areal Huta yang memang nyaman karena sangat rimbun sehingga teduh. Disinilah saya melihat warung makanan kecil yang bertuliskan “Oleh Oleh Khas Samosir : Kacang Rondam”. Warung tersebut tidak tampak dijagai sama sekali, walaupun saya sudah mondar-mandir bolak-balik di depan kios, bermaksud untuk membeli minuman dingin. Akhirnya, karena tidak ada tanda-tanda penjual sama sekali, saya pergi ke kios lainnya lagi yang berada di seberang jalan. Untungnya, kios yang satu ini menjual Kacang Rondam yang dimaksud. Kacang ini sudah dibungkus dalam bentuk kemasan dan memiliki tiga varian, kecil, sedang, dan besar. Untuk Kacang Rondam kecil yang saya beli, harganya Rp. 8.000. Saya memang berniat membeli yang kecil saja dulu. Coba-coba dulu gitu maksudnya. Sembari membeli kacang, saya juga membeli minuman dan bertanya arah jalan menuju Lumban Suhi-Suhi, lokasi tujuan kami berikutnya. Nggak lupa, saya juga bertanya akan Kacang Rondam yang menjadi oleh-oleh dari Samosir ini. Ternyata, Kacang Rondam merek Sarima ini dibuat di Pangururan (UD. Sari Maju alamatnya : Jalan Putri Lopian (0626) 20754). Dalam pendistribusiannya, kacang ini dijual sampai Simanindo (tapi anehnya, saya nggak pernah melihat kacang ini di wilayah timur pulau). Rasanya? Yach, kacang ini mirip sama seperti kacang tanah biasa yang pernah saya makan sich. Namun yang unik proses pembuatannya sich. Kacang ini dibuat dengan cara menggoreng tanpa minyak, melainkan pasir. Nama Rondam konon juga berasal dari Me-rondam kacang dengan pasir (perhatikan bahwa sejumlah kosa kata Batak sangat dekat dengan Bahasa Indonesia, ahu untuk aku, dame untuk damai, adong untuk ada dan sade untuk satu). Dengan teknik memasak seperti ini, kacang yang dihasilkan memang tidak berminyak serta rasanya menjadi asin (walaupun nggak asin-asin banget sich). Yach, kalau soal rasa sich, nampaknya pabrik-pabrik modern telah memiliki teknologi yang lebih canggih dan metode untuk membuat kacang produksi mereka menjadi lebih menarik. Kacang yang diproduksi secara tradisional jelas bukan saingannya. Kacang ini jelas harus meningkatkan kualitas dan mutu rasa agar bisa bersaing dan menjadi primadona bagi mereka yang berkunjung ke Tanah Samosir. Nah, kalau anda kebetulan berkunjung ke Samosir, mungkin bisa mencoba Kacang Rondam ini dan bisa menceritakan seperti apa rasanya kepada saya.
ini kacang kulit atau udah dikupas mas kulitnya? kalo yang udah dikupas dan digoreng dengan pasir, rasanya di bali juga ada deh. namanya kacang cah ayu, pernah ke tempat pembuatannya.. :D
ReplyDeleteberarti nggak begitu istimewa juga ya sebenernya oleh2 yang satu ini..
dari gambarnya sih saya lihat itu KACANG dengan KULITnya *klo tidak salah lho* hehehe jadi beda dengan yang ada di Bali ...
ReplyDeletebtw, saya pernah ke Danau Toba, tapi tidak menemukan oleh2 khas seperti ini, berarti saya harus dolan ke sana lagi dong untuk menjajal oleh2 ini? Hehehe ... atau untuk yang berkomen di sini dihadiahi sebungkus seorang? Hahaha *ngarep*
heee :O digoreng pake pasir mirip kerupuk sangsara khas Subang dong :D
ReplyDeleteaku masih belum bisa percaya kalau bika ambon itu khas Medan bukan dari Ambon :P
hmmm..kayaknya pernah liat deh prosesnya..
ReplyDeletesomewhere in TV..tapi lupa
rasanya gimana ? enak gak..?
hmm....hmm...hm...... rasanya...hmm.... yah lumayan sich. tapi nggak sampe membuat saya mengingatnya :p perlu pengembangan rasa lagi :D
ReplyDeletekerupuk Sangsara tuh Kerupuk Melarat yak? hehehehe
ReplyDeletehmmm kayaknya perlu diteliti dech. jangan-jangan ada makanan dengan nama "Medan" misalnya Bolu Medan atau Roti Medan, tapi asalnya dari Ambon? hihihi
kalau di Bali kan sejenis Kacang Matahari gitu yach? hehehe. ini kacang dengan kulitnya. bener banged. Nah, dirimu mainnya ke Toba sampai wilayah mana? Kacang ROndam ini tersebar di wilayah utara dan barat pulau. kalau baru sampai Tomok sich kayaknya nda ada deh. mm...untuk hadiah, saya masih ada loch. monggo diambil di rumah saya. hihihi
ReplyDeletehehehehe...kalau bisa liat prosesnya, kayaknya akan lebih istimewa dech :D rasanya sih yah, lumayan deh :p
ReplyDelete