Museum Huta Bolon Simanindo siang itu memang kosong sama sekali. Petugas penjaga tiketnya sudah kembali lagi ke rumahnya. Alhasil, hanya kami berdua yang ada di kompleks museum tersebut pada siang hari itu. Alhasil pula, saya dan teman saya hanya berkeliling tanpa bisa menanyakan info mengenai benda-benda yang dipajang atau filosofi benda-benda di Huta Simanindo ini. Untungnya, penjelasan yang ada cukup memadai walaupun bagi saya, saya merasa butuh lebih banyak informasi lagi. Nah, dengan absennya penjaga atau pemandu sama sekali di tempat tersebut, kami jadi bebas melakukan apapun yang kami suka, termasuk berpose gila-gilaan tanpa takut dilihatin orang dan menjadi malu. Hihihihi.
Nah, salah satu yang ingin saya lakukan adalah melihat isi dari Ruma Bolon. Ide ini muncul ketika saya melintas di salah satu deretan Ruma Bolon yang ada di Huta Simanindo ini. Tiba-tiba saya penasara, seperti apa yach isi dari rumah adat orang Batak ini? Nah, saya pun mengajak teman saya untuk masuk ke dalam rumah dan melihat isinya. Kemudian terdengarlah suara tersebut “tuk... tuk... tuk...”. Saya memasang telinga baik-baik untuk mencari tahu suara apa itu. Ya, suara tersebut memang terdengar lebih jelas saat berada di bagian depan rumah. Namun, anehnya, suara tersebut hilang timbul. Saya jadi agak parno sendiri, apalagi dengan absennya pengunjung lain di kompleks ini sama sekali. Satu-satunya pengunjung hanya kami saja. Kemudian, saya melihat bagian depan rumah yang penuh dengan ukiran pada bagian gorga-nya. Rumah yang tampaknya sudah berumur ini memiliki papan diantara gorga yang bolong-bolong seukuran kelingking orang dewasa dan sejumlah lubang lain yang tidak tembus namun berbentuk seperti ceruk saja. Disinilah suara “tuk..tuk..tuk..” tersebut kembali terdegar kemudian menghilang. Hampir saja saya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah namun saya melihat sumber suara tersebut.
Ada seekor tawon gemuk seukuran kelingking dewasa terbang berulang kali maju mundur menabrakkan dirinya ke dinding gorga hingga ia masuk ke salah satu lubang yang tembus ke dalam rumah. Ooo...suara “tuk...tuk...tuk..” tersebut ternyata berasal dari tawon yang terbang menabrak gorga. Setelah itu, barulah saya amati bahwa papan-papan diantara gorga di sekujur bagian Rumah Bolon tersebut dipenuhi oleh lubang bekas area masuk tawon-tawon tersebut, lengkap dengan ekses berupa bekas cairan tertentu. Hmm...pikiran saya langsung berkelana. Artinya, di dalam rumah ini mungkin sudah menjadi semacam sarang tawon sejenis. Mungkin saja di dalam rumah ini ada ratusan mungkin ribuan tawon beserta larva dan telur-telurnya. Hiii....horor bener dech! Saya pada dasarnya nggak terlalu suka sama serangga, apalagi serangga tersebut berpotensi untuk menyengat. Namun, lebih daripada serangga, saya lebih takut sama larva serangga, biasanya berbentuk belatung, berwarna putih, dan menggeliat-geliat. Hiiiii...Nggak dech. Saya memutuskan untuk kabur saja dan tidak jadi memasuki Rumah Bolon tersebut.
Nah, salah satu yang ingin saya lakukan adalah melihat isi dari Ruma Bolon. Ide ini muncul ketika saya melintas di salah satu deretan Ruma Bolon yang ada di Huta Simanindo ini. Tiba-tiba saya penasara, seperti apa yach isi dari rumah adat orang Batak ini? Nah, saya pun mengajak teman saya untuk masuk ke dalam rumah dan melihat isinya. Kemudian terdengarlah suara tersebut “tuk... tuk... tuk...”. Saya memasang telinga baik-baik untuk mencari tahu suara apa itu. Ya, suara tersebut memang terdengar lebih jelas saat berada di bagian depan rumah. Namun, anehnya, suara tersebut hilang timbul. Saya jadi agak parno sendiri, apalagi dengan absennya pengunjung lain di kompleks ini sama sekali. Satu-satunya pengunjung hanya kami saja. Kemudian, saya melihat bagian depan rumah yang penuh dengan ukiran pada bagian gorga-nya. Rumah yang tampaknya sudah berumur ini memiliki papan diantara gorga yang bolong-bolong seukuran kelingking orang dewasa dan sejumlah lubang lain yang tidak tembus namun berbentuk seperti ceruk saja. Disinilah suara “tuk..tuk..tuk..” tersebut kembali terdegar kemudian menghilang. Hampir saja saya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah namun saya melihat sumber suara tersebut.
Ada seekor tawon gemuk seukuran kelingking dewasa terbang berulang kali maju mundur menabrakkan dirinya ke dinding gorga hingga ia masuk ke salah satu lubang yang tembus ke dalam rumah. Ooo...suara “tuk...tuk...tuk..” tersebut ternyata berasal dari tawon yang terbang menabrak gorga. Setelah itu, barulah saya amati bahwa papan-papan diantara gorga di sekujur bagian Rumah Bolon tersebut dipenuhi oleh lubang bekas area masuk tawon-tawon tersebut, lengkap dengan ekses berupa bekas cairan tertentu. Hmm...pikiran saya langsung berkelana. Artinya, di dalam rumah ini mungkin sudah menjadi semacam sarang tawon sejenis. Mungkin saja di dalam rumah ini ada ratusan mungkin ribuan tawon beserta larva dan telur-telurnya. Hiii....horor bener dech! Saya pada dasarnya nggak terlalu suka sama serangga, apalagi serangga tersebut berpotensi untuk menyengat. Namun, lebih daripada serangga, saya lebih takut sama larva serangga, biasanya berbentuk belatung, berwarna putih, dan menggeliat-geliat. Hiiiii...Nggak dech. Saya memutuskan untuk kabur saja dan tidak jadi memasuki Rumah Bolon tersebut.
lah aku kira horor tuh cerita misteri deh om Lomar :D
ReplyDeleteaku juga paling gg suka sama hewan berkaki banyak dan merayap tak lupa melata (baca: ulat bulu, cacing, lintah, belatung dan saudara2nya)