Jatuh Cinta Dalam Sekejab Dengan Flores

Mungkin saja istilah julukan “Negeri Senyuman” bagi Indonesia didapat dari pulau ini. Sejauh saya memandang, kemanapun saya pergi, dimana pun saya bertemu, semua orang, semua wajah yang saya jumpai selalu tersenyum, memamerkan bentuk giginya yang putih dan teratur, serta pancaran sinar mata yang bahagia. Ya, inilah sepenggal kehidupan di Flores selama 8 hari yang saya temui. Sungguh, Flores sangat indah dan telah membuat saya jatuh cinta sedalam-dalamnya. Saya akan kembali, ya, pasti.
Sayangnya, Flores tidak seberuntung itu. Terletak jauh di sisi timur Indonesia, jarang menerima kunjungan turis lokal pada tahun-tahun sebelumnya, membuat Flores menerima persepsi yang kurang baik. Tiga dari teman saya menyebutkan “Hitam”, “Panas”, dan “Hutan” saat saya bertanya, “apa yang ada dalam pikiran anda saat mendengar kata ‘Flores’?”. Meskipun tidak sepenuhnya salah, namun tiga persepsi ini tidak sepenuhnya benar juga.
Pulau ini ditemukan oleh para penjelajah Portugis kala itu dan dinamakan Cabo Das Flores yang secara harafiah artinya adalah “Tanjung Bunga”. Walaupun tidak diketahui secara persis apa maksudnya “Tanjung Bunga” kala itu, namun kecantikan Flores yang luar biasa mungkin membuat para penjelajah tersebut membabtis pulau ini dengan nama tersebut dan menjadi nama resminya hingga sekarang walau pulau ini pernah terkenal juga dengan nama “Nusa Nipah” karena bentuknya yang seperti ular. Ya, semua anggapan tersebut membuktikan bahwa Flores kurang dikenal dengan baik oleh masyarakat Indonesia sendiri. Karena terletak di wilayah Nusa Tenggara Timur yang menerima pengaruh iklim kering dari daratan Australia, Flores sering diasosiasikan sebagai wilayah yang kering. Hal ini mungkin tepat jika kita membicarakan Timor dan Sumba yang terkenal karena padang savanah luasnya dan akan meranggas saat musim kemarau tiba. Tidak seperti kedua pulau utama lain di Nusa Tenggara Timur yang beriklim kering, Flores ternyata luar biasa subur. Jumlah gunung berapi menjadi indikatornya. Jumlah gunung berapi yang dimiliki Flores mungkin berada di urutan ketiga di Indonesia setelah Jawa dan Sumatera! Daratan Flores yang memanjang dari barat ke timur (atau timur ke barat, ya...sama saja!) berisikan sejumlah gunung berapi mulai dari Gunung Ranakah di barat hingga Gunung Lewotobi di timur. Inilah yang menjadikan mengapa tanah Flores begitu subur. Di luar dari gunung-gunung berapi tersebut ada gunung tinggi nan hijau yang diselimuti kabut seperti Gunung Ile Mandiri di ujung timur, dekat Larantuka dan Gunung Mbeliling di ujung barat, dekat dengan Labuan Bajo. Jangan lupakan Taman Nasional Kelimutu dengan Kawah Tiga Warna Gunung Kelimutu-nya di Kabupaten Ende yang sangat tersohor, bukan saja ke seluruh Indonesia, namun ke seluruh dunia! Sungguh, gunung-gunung tinggi menghiasi wajah daratan Flores, menjadikan pulau ini hijau, asri, dan penuh berkah. Berpadu dengan kecantikan lautnya yang biru, pesonanya sungguh tiada tara.
Ya, kecantikan Flores lainnya terletak di wilayah perairannya. Flores, yang termasuk dalam kawasan segitiga terumbu karang dunia memiliki banyak sekali tempat penyelaman terbaik, bukan sekedar berskala Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Sebut saja pulau-pulau kecil di sekitar Labuan Bajo seperti Kanawa dan Kelor, lalu taman laut Riung 17 Pulau di Ngada, hingga hutan terumbu karang cantik di banyak titik di Maumere. Berkat lokasinya, kecantikan biota laut dan keanekaragaman hayati tempat ini tergolong salah satu yang tertinggi di dunia. Buat pecinta pantai tapi tidak menggemari kegiatan penyelaman, anda harus melihat pantai-pantai indah yang dimiliki oleh Flores. Airnya luar biasa bening dengan ratusan (mungkin ribuan) ikan berenang dan tampak jelas hingga ke dasar ketika kita melihatnya. Pernah ke pantai mana sajakah yang pernah anda klaim sebagai pantai terbaik? Jangan berani mengucapkannya dahulu sebelum anda menuju Flores!
Keunikan Flores lainnya adalah budayanya. Untuk ukuran pulau yang tergolong kecil ini, ada 5 suku besar yang mendiaminya mulai dari bagian barat yakni Manggarai, Ngada, Ende-Lio, Sikka-Krowe Muhang, dan Lamaholot. 5 suku besar ini memiliki adat budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda pula. Dari kelima suku ini, adapun masing-masing memiliki sejumlah sub etnis seperti misalnya Orang Nage-keo dan Orang Riung , kemudian Orang Ende dan Orang Lio di pegunungan wilayah Ende, serta Krowe Muhang di Kabupaten Sikka. Secara signifikan, kalau anda berjalan dari arah timur ke barat di Pulau Flores, maka anda akan menyadari bahwa wajah penduduknya berubah dari karakter Melanesia menjadi Melayu. Jadi, bisa disimpulkan, karakter paling Melanesia di Tanah Flores adalah Orang Lamaholot yang mendiami semenanjung Flores bagian timur, sementara itu karakter yang paling Melayu adalah Orang Manggarai di ujung barat pulau ini. Sebagai catatan : karakter Melanesia adalah ras dengan sebaran populasi di wilayah Indonesia Timur, Papua Nugini, Australia, hingga pulau-pulau Oceania di Pasifik Barat Daya. Sementara itu, karakter Melayu adalah ras dengan sebaran populasi di wilayah Indonesia Barat, Semenanjung Malaya, Indochina dan wilayah Asia Tenggara pada umumnya. Secara fisik pula, karakter Melanesia lebih tegap, berkulit lebih gelap dengan wajah yang khas, sementara karakter Melayu berkulit sawo matang, mata lebih sipit dan berukuran lebih ‘imut’. Hihihihi. Yah, karena jalur lintas Flores sudah sangat baik, patokan ini tidak menjadi baku acuan. Bisa saja kita akan menemukan Orang Lamaholot di Ruteng atau sebaliknya, orang Nage-keo di Larantuka. Bisa saja kan?
Jalur lintas Trans Flores sepanjang kurang lebih 700 KM (persisnya sekitar 670 KM) menghubungkan Labuan Bajo di barat hingga Larantuka di timur sana. Jarak sepanjang ini terjadi karena jalur ini melintasi pesisir pantai dan lereng gunung (padahal, apabila ditarik garis lurus, panjang Pulau Flores hanya sekitar 350an KM saja!). Jalan yang sekarang sudah bagus teraspal ini meliuk-liuk tiada henti, naik turun dan anda akan terguncang selama berada di atasnya. Perjalanan melintasi Flores adalah perjalanan panjang yang mungkin saja melelahkan, namun mata anda akan terpuaskan sepanjang perjalanan tersebut! Sungguh, waktu sekian hari tidak cukup untuk menjelajahi keindahan Flores. Prediksi saya, 14 hari adalah waktu yang ideal untuk bisa melintasi Flores secara keseluruhan. Bisa sich dibuat menjadi 7 hari, namun dengan catatan anda harus ngebut dan terus bergerak sepanjang malam (catatan : hingga kini, belum ada transportasi malam hari antar kota di Flores kecuali mobil carteran. Travel maupun bus umum akan bergerak terakhir padapukul 5 sore dan sampai di kota berikutnya setidaknya pukul 9-10 malam). Cape? Ya, pasti. Oleh karena itu sediakanlah waktu ekstra yang agak panjang untuk melintasi pulau cantik ini sehingga anda tidak perlu ngebut namun bisa berhenti sebentar untuk menarik nafas dan melihat jejeran pulau cantik, bebungaan, dan gunung yang tertutup awan. Indonesia indah bukan?
Keunikan Flores lainnya dan mungkin juga satu-satunya di Indonesia adalah karena pulau ini cukup lama dijajah oleh Bangsa Portugis. Lamanya masa penjajahan, membuat interaksi penduduk dengan kaum penjajah ini sedemikian intensnya, termasuk hingga urusan kawin-mawin dan penetrasi kebudayaan dan agama, tentu saja. Ya, Bangsa Portugis yang memang penganut Katolik yang kuat ternyata sangat sukses menanamkan pengaruh Katolik ke pulau ini hingga pulau ini sangat layak untuk dijuluki satu-satunya Pulau Katolik yang ada di Indonesia dengan sebaran umat hingga 90% ke atas. Bukti pengaruh Portugis yang sangat terasa hingga saat ini adalah keberadaan gereja-gereja sebagai pusat kehidupan kota/desa beserta dengan pendidikan sekolah Katolik di desa maupun di kota. Tidak lupa, banyak sekali Seminari, atau lembaga pendidikan calon para imam yang berdiri di Flores. Berkat pengaruh dan interaksi tersebut pula, nama-nama penduduk Flores banyak yang menggunakan nama a la Portugis seperti Stevanus, Martin, Marcellino, dan Joseph dan tentu saja Maria. Pengaruh kawin-mawin pun bisa dilihat di sejumlah penduduk yang memiliki karakter Portugis di wajahnya. Kelihatan kah?
Sayang sekali, di luar pesonanya yang luar biasa, Flores dan Nusa Tenggara Timur masuk dalam kategori penduduk Indonesia pra-sejahtera. Kepopuleran pariwisata di pulau ini yang tersohor hingga seluruh dunia belum mampu mendongkrak taraf hidup masyarakatnya ke jenjang yang lebih baik. Deretan gunung berapi yang dimiliki Flores juga disebabkan oleh posisinya yang terletak di antara lempeng benua. Di luar dari tanahnya yang subur dan lautnya yang sangat menghasilkan, Flores ternyata labil dan lokasi terjadinya sejumlah bencana alam yang menghancurkan kehidupan di pulau ini. Masih ingat akan Gempa Ruteng? Meletusnya Gunung Ranaka, Gunung Egon serta Gunung Inelike? Dan tentu saja yang paling terkenal adalah Gempa Maumere dan gelombang pasang Tsunami yang menghancurkan Maumere dan desa-desa di pesisir timur laut Flores pada tahun 1992. Ya, Flores sama seperti daerah lintasan gunung berapi lainnya, sangat rawan bencana alam. Untungnya, Masyarakat Indonesia terkenal karena keuletannya. Ya, Flores terus memperbaiki diri dan membangun, untuk masa depan pariwisata Flores yang lebih baik. Alam bukan dianggap sebagai musuh, namun sebagai teman, dan berkah dalam kehidupan sehari-hari. Kabar baik pun datang baru-baru ini ketika Vote Komodo begitu didengungkan oleh Pemerintah Indonesia. Taman Nasional Komodo yang terletak di sebelah barat lepas pantai Labuan Bajo menjadi sangat terkenal. Ketika Labuan Bajo dan Flores hanya menerima mayoritas kunjungan wisatawan asing pada tahun-tahun sebelumnya, kini persentase turis asing dan lokal sudah seimbang. Angin segar untuk pariwisata Flores tentunya. Hal ini juga tidak luput dari kesiapan Flores sendiri dalam hal jalan raya Trans Flores yang sudah cukup baik (konon, Labuan Bajo - Ruteng dahulu bisa dicapai dalam 8-9jam, dan pada musim hujan, mencapai 2-3 hari! WOW!), jumlah penginapan dan kualitas penginapan (sejumlah hotel berbintang 5 mulai membuka bisnisnya di Labuan Bajo), hingga pemerintah setempat yang bersinergi menciptakan kesatuan sistem yang menarik di Flores sehingga para turis enggan pulang sebelum terpuaskan di tanah ini. Saya melihat, dimana-mana, para pelaku industri pariwisata Flores sangat bergairah dan bersemangat untuk membuat Flores menjadi tempat yang lebih baik lagi.
Nah, persiapkanlah diri anda untuk menjelajahi Flores dan bersiap-siap jatuh cinta karena pesonanya. Siap?

9 komentar:

  1. baru nyadar kalau domainnya udah ganti sekarang.. hmmm.. jadi ini mau cerita tentang perjalanan ke flores? mengenai sumatera utara apa kabar? apa sudah selesai mas?

    ReplyDelete
  2. hahaha ini teaser dulu aja koq. abis ini masih lanjut SUmatera Utara. Highlight-nya Nias kan belum masuk. ^^

    iyaa...domain saya sudah ganti, soalnya google sudah anggap co.cc itu spam :( *dengan resiko tidak akan ditampilkan dalam search result lagi* huhuhuhuhu

    ReplyDelete
  3. www.indonesiasaja.comMarch 20, 2012 at 12:37 AM

    Pada Lomar aku benar-benar iri. Bahkan sekarang menunjukkan gelagat benci!

    ReplyDelete
  4. hiks...aku dibenci oleh Mbak May...apalah arti hidup ini lagi..... *beringsut menuju tebing cadas dengan lautan keras di bawahnya*




    #membaca buku dengan tenang di tepi tebing sambil menyeruput segelas jus markisa dan terung Belanda :D

    ReplyDelete
  5. www.indonesiasaja.comMarch 23, 2012 at 12:33 AM

    Wkwkwkwwk.... (tawa tak tulus karena dalam hati kian mengumpat-umpat)

    ReplyDelete
  6. Ceritanya bagus banget.

    ReplyDelete
  7. Flores memang tidak ada duanya... jadi pengen kesana juga

    ReplyDelete
  8. layak banget untuk dijejaki! :D

    ReplyDelete
  9. luar biasa artikelnya. silahkan mengunjungi kami. jika penasaran dgn informasi lainnya perihal flores silahkan mengunjungi website kami : www.flores-komodotours.com atau me-like FACEBOOK FAN PAGES kami : www.facebook.com/floreskomodo dan follow TWITTER kami : https://twitter.com/flores_komodo1. Di sana kita sama-sama bisa bercerita lebih.banyak lagi :)


    Salam paling hangat dari Flores
    Oyan Kristian

    ReplyDelete