Penyakit Tropis Khas Rawa Dan Hutan : Malaria

Yap! Dosis Anti-Malaria saya sudah keluar. Akhirnya, setelah penantian panjang, saya berhasil bertemu dengan dokter yang akan memberikan saya resep obat anti malaria. Sebelumnya, proses ini memang harus melewati pemeriksaan fungsi hati terlebih dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama SGOT/SGPT. Apabila diketahui fungsi hatinya baik (kisaran 0-37 U/L untuk SGOT/AST dan 0-45 U/L untuk SGPT/ALT) maka, pemberian obat akan tidak mengalami banyak hambatan. Mengapa pemberian anti-malaria harus melalui pemeriksaan fungsi liver sich? cukup merepotkan yach? Ternyata begini, plasmodium (hewan bersel satu sang parasit malaria) ini hidup di dalam hati manusia. Obat malaria akan bekerja di hati sehingga harus diketahui terlebih dahulu apakah hati yang akan mencerna racun (Hati memang berfungsi untuk mencerna racun dalam tubuh) dari obat masih dalam kondisi baik. Apabila tidak baik, maka akan dibutuhkan pengobatan lain untuk memperbaiki hati (hepatica), baru mengkonsumsi obat anti-malaria, apabila sangat terpaksa.
Obat malaria pun sangat beragam. Dimulai dari kina yang paling umum hingga artemisinin yang paling modern, diklaim sebagai bebas mual dan baru tersedia dalam bentuk injeksi. Kelemahan obat anti malaria memang hanya satu, reaksi yang sangat kuat bisa berakibat pada mual bagi si pengkonsumsi obat. Namun, reaksi ini bervariasi, dan ditunjang juga dengan kondisi lambung pasien yang bersangkutan. Apabila memang lambungnya bermasalah dan mempunyai riwayat Maag, maka obat-obatan 'penyelamat' maag harus diterjunkan terlebih dahulu, baru mengkonsumsi kina dan turunannya agar bisa mengurangi efek samping dari obat ini. Kina sendiri memiliki harga Rp. 500 per butir dan artemisinin tentu memiliki harga termahal (karena baru tersedia dalam bentuk injeksi). Untuk saran, dokter menganjurkan saya mengkonsumsi Fansidar (merupakan obat anti malaria dengan komposisi kina dan dipadu dengan obat-obatan lain yang mampu melawan plasmodium dalam beberapa fase--ingat, masa inkubasi malaria kurang lebih 7-14 hari). Kina diklaim kurang mampu menghadapi plasmodium dalam beberapa fase, selain fase dewasa. Oleh karena itu Fansidar menjadi jalan keluar lain untuk pengobatan anti-malaria yang lebih ampuh. Dosis pemakaian obat anti malaria adalah seminggu sebutir dan dikonsumsi selama 4 minggu sebelum keberangkatan dan 6 minggu setelah kepulangan (ingat, sekali lagi, masa inkubasi malaria cukup panjang). Apabila anda berada di sana cukup lama, pastikan selama di daerah endemis, anda tetap mengkonsumsi obat anti-malaria seperti ketentuan umum untuk menjaga anda dari penyakit tropis ini (selain dengan mengoleskan lotion anti nyamuk ke kulit dan berpakaian agak tertutup selama di daerah tersebut). Syukurlah, saya hanya berada disana sekitar 5 hari sehingga tidak dibutuhkan aturan yang terlalu ketat mengenai obat ini. Terlebih, apabila anda berada hanya di wilayah perkotaan, maka ancaman penyakit ini menurun secara signifikan walaupun masih terdapat sejumlah ancaman. Mencegah adalah jauh lebih baik daripada terkena malaria yang mampu menurunkan produktivitas hingga menimbulkan kematian.

4 komentar:

  1. wah kalimantan byk rawa nya tuh.moga aja gw gak terkena penyakit berbahaya ini.

    ReplyDelete
  2. hohoho...actually, Malaria itu khas-nya Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Jadi, secara umum, Indonesia adalah sarangnya Malaria. Tapi, wilayah yang tingkat endemiknya tinggi di Indonesia hanya beberapa seperti misalnya Papua dan Nusa Tenggara. Kalimantan juga ada, tapi rasanya ga terlalu endemik. Malaria ini akan berkembang baik di daerah yang semakin 'pedalaman'. Misal : Hutan di Lampung atau Ujung Kulon. Kalimantan rasanya bisa agak bernafas lega, apalagi tinggalnya di perkotaan kan? :D

    ReplyDelete
  3. wah syukur deh.
    makasih bro atas info nya.gw baru ngeh saat ni.
    BTW lo kerja di industri wisata ya???persisnya apa??

    ReplyDelete
  4. hehehe....

    gue gak kerja di industri pariwisata koq....gue emang kerja di hotel, tapi bukan di bagian yang langsung terlibat dengan pariwisatanya....:D

    ReplyDelete