Hanung Bramantyo Ber-Tanda Tanya

Walaupun sudah agak basi, karena saya baru saja menyaksikan film ini beberapa minggu setelah peluncuran perdananya, namun saya tetap bersemangat untuk mengulas film ini. Saya kebetulan menyaksikan film ini di minggu-minggu terakhir peredarannya, jadi saya punya kesempatan tidak terlalu banyak untuk menganjurkan teman-teman guna menyaksikan film ini (Teman-teman di luar jabodetabek tampaknya memiliki waktu lebih panjang untuk menyaksikan film ini).
Akhirnya, setelah menjadwalkan waktu yang pas, saya bisa dan berkesempatan menyaksikan film '?' besutan Hanung Bramantyo. Film yang sedang jadi buah bibir dan menuai banyak pro dan kontra ini memang sensasional. Tema yang diangkat yakni mengenai pluralisme atau kemajemukan dalam kehidupan beragama, sesuatu yang cukup sensitif namun faktanya terjadi di akar rumput di dalam masyarakat Indonesia. Saya tidak akan mencoba mengulas jalur cerita film ini karena blog lain sudah cukup banyak yang mengulasnya. Saya akan mencoba untuk mengulasnya dari sisi pandangan saya sendiri dan mengapa film ini wajib tonton.
Hanung menggigit. Ia menggigit karena berani melawan arus perfilman Indonesia yang masih dibanjiri dengan film-film hantu konyol dan calon-calon artis lebay yang bermimpi untuk menjadi seorang superstar dengan baju minim dan jejeritan disana sini. Tidak sekedar melawan arus, Hanung bahkan membuat sensasi. Ia menggebrak perfilman Indonesia dengan menyajikan sesuatu yang sangat sensitif dan bahkan cenderung tabu untuk dibicarakan di masyarakat kita. Ia mengangkat permasalahan pluralisme. Ia mengangkat betapa gesekan antar umat beragama telah menjadi menu makanan kita sehari-hari. Hanung tahu, ia akan menuai kecaman setelah film ini disaksikan oleh banyak orang. Di luar dari ucapan kontra yang mengatakan bahwa sebaiknya film ini diberedel, atau ucapan pro yang menyatakan bahwa ini film yang bagus karena berani bersuara, kita harus berjumpa dengan realitas bahwa kita hidup di dalamnya.
Di luar dari ketidaklogisan yang terjadi di dalam film ini (beberapa bahkan mengatakan bahwa Hanung terlalu memaksakan logikanya pada film ini), saya justru berpendapat bahwa Hanung patut mendapatkan semua jempol saya ketika dia mencoba menyajikan jalan cerita seperti ini. Hampir semua kejadian yang ada di dalam film ini memang realitanya terjadi di dalam keseharian kita. Tidak perlu munafik dengan terus menerus mengatakan bahwa "perbedaan agama dan keyakinan dijunjung tinggi di Indonesia". Kenyataannya, agama selalu memicu konflik horisontal bukan hanya di Indonesia, namun dimanapun itu. Polanya selalu sama, mayoritas melawan minoritas. Gesekan-gesekan antar umat beragama memang cukup lumrah terjadi dan tugas masing-masing setiap individu-lah untuk bertepa selira dan memahami pemeluk agama lain dengan lebih baik. Walaupun saya tidak menyukai beberapa adegan (saya nggak suka ketika Soleh (Reza Rahadian) memeluk bom dan melakukan penyelamatan namun mengorbankan dirinya. Seharusnya ada cara lebih baik bagi ia untuk bisa menyelamatkan gereja dari ledakan bom tanpa harus memakan korban yakni nyawanya sendiri), namun ending film ini sangat baik untuk ditampilkan. Saya suka ending yang bahagia, ending yang berkisah tentang kemajemukan yang terjadi justru menjadi pengikat yang kuat di antara masing-masing individu tersebut. Hal-hal yang terjadi pada setiap peran individu dalam film ini hendaknya tidaklah dijadikan stigma akan "pakaian agama" yang dikenakannya sepanjang film. Keputusan-keputusan yang diambil setiap individu tidak difaktorkan agama saja, namun pasti ada faktor lain yang kuat dan mempengaruhi.
Film ini memang bukan film agama. Ia tidak menampilkan suatu agama tertentu. Ia bercerita kepada para penontonnya akan kemajemukkan, dan gesekan yang terjadi di dalamnya. Penafsiran adalah hal yang lumrah bagi setiap penonton. Yang salah adalah ketika penafsiran mulai bersifat subjektif dan muncul kekhawatiran akan film ini. Hey, ini hanya sekedar film. Film yang baik justru harus membuat para penontonnya berpikir dan terbuka jalan pikirannya. Ini film baik yang menurut saya semakin mengajarkan kita untuk menghargai perbedaaan beragama. Kebebasan beragama hanyalah menjadi milik masing-masing individu. Apapun pilihannya, hak seseorang untuk beragama dan beriman tidak boleh dipolitisi atau dibatasi sekat-sekat tertentu. Itu sudah merupakan hubungan personal antara Tuhan dan umatNya. Saya rasa tidak ada orang yang berpindah agama segampang itu, apalagi setelah sekedar menonton film ini saja. "Ikuti Hatimu", kata David Chalik yang menjadi ustadz dalam film ini.

Hal lain yang menarik untuk saya angkat adalah setting film ini. Tentu, bukan tanpa alasan posting film ini bisa masuk ke dalam indahnesia.co.cc. Film ini bersetting di Semarang Utara, kawasan kota lama yang berpadu dengan kawasan pecinan. Sambil menonton, mata anda akan dimanjakan dengan arsitektur bangunan tua khas Semarang Kota Lama. Bisa menjadi ide yang baik untuk berjalan-jalan ke Semarang dan menikmati sudut kota yang satu ini. Bahkan, pada salah satu adegan, lokasi pengambilan gambar dilakukan di tempat yang cukup terkenal, yakni taman di sebelah Gereja Blendug, Semarang. Saya kembali bernostalgia ketika menyaksikan film ini.
Kembali lagi, sebelum film ini habis tayang di bioskop, teman-teman wajib menonton film ini. Saya merasakan sensasi kesegaran setelah sudah cukup lama tidak menyaksikan film Indonesia yang berkualitas. hal yang teman-teman perlu ingat, ini bukan film agama. Jadikanlah film ini untuk membuka pikiran kita, bahwa kita perlu semakin mempererat persaudaraan kita dengan teman yang berbeda ras dan agama, suku dan aliran. Kejadian buruk akibat gesekan antar umat beragama dalam film tersebut sungguh tidak mengenakkan hasilnya. Tidak perlu sama sekali hal tersebut sampai terjadi di dunia nyata. Pesan yang ditampilkan cukup jelas. Kebenaran hanya milik Tuhan semata. Tidak perlu-lah kita menghakimi sesama kita. Kembali lagi, kebenaran hanya milik Tuhan semata. Semua orang sudah letih dengan gesekan-gesekan tersebut. Mengapa tidak mengembangkan senyum dan memeluk saudara-saudara kita?

2 komentar:

  1. serial karimunjawanya udah selesai kah? :D

    ReplyDelete
  2. belum...ini kebetulan baru nonton ajah, jadinya nyelip sebiji...hehehe

    ReplyDelete