Selamat Datang Di Humbang Hasundutan

Namanya unik yah? Humbang Hasundutan, begitu namanya, mungkin nggak terlalu banyak dikenal penduduk Indonesia atau turis pada umumnya. Hal ini mungkin saja terjadi karena menilik posisinya yang berada di tepian barat daya Danau Toba, hampir tidak memiliki objek wisata yang cukup besar yang bisa menjadi magnet utama turis. Padahal, salah satu kota kecamatannya, Lintong Nihuta atau yang biasa dikenal sebagai Lintong, adalah salah satu produsen kopi berkualitas di Indonesia, disejajarkan dengan kopi Kintamani, kopi Kalosi, kopi Gayo, kopi Ruteng, kopi Mandailing, kopi Wamena, dan kopi Losari. Namun, nama Humbang Hasundutan seakan-akan tenggelam di bawah bayang-bayang Lintong Nihuta. Walaupun potensi yang dimiliki sebenarnya cukup banyak dan wilayahnya terletak pada dataran tinggi, kenyataannya belum banyak objek wisata yang dimaksimalkan sebagai tujuan wisata. Pada saat kunjungan, saya melihat Humbang Hasundutan lebih berorientasi pada kegiatan perdagangan dan jasa alih-alih pariwisata. Tidak ada hal-hal berbau etnik atau budaya cukup menonjol disini (saya membayangkan sebuah Ruma Bolon atau museum Batak koleksi pribadi sederhana). Jumlah hotel yang terlihat dan tampak pun belum bisa dibilang menggembirakan. Walaupun alamnya sebenarnya cantik (terutama dengan area yang bersentuhan langsung dengan Danau Toba di sudut sebelah timur laut), namun tidak ada unsur yang benar-benar “wah” yang membuat orang serius ingin menjadikan Humbang Hasundutan sebagai tujuan wisata utama. Istilah kasarnya, kayaknya lebih menarik kalau lanjut ke Balige, Tarutung, Sidikalang, atau Pangururan karena lebih banyak yang bisa dilihat.
Humbang Hasundutan yang baru mekar pada tahun 2003 dari Tapanuli Utara sebenarnya adalah wilayah lama yang dileburkan dan dimekarkan kembali. Dahulu, pada jaman Karesidenan Tapanuli, ada sejumlah wilayah Afdeling atau yang sekarang kita kenal sebagai kabupaten. Afdeling Batak Landen adalah wilayah yang kita kenal sekarang sebagai wilayah Tapanuli Utara, mencakup Silindung (sekitar Tarutung), Humbang Hasundutan, Toba, Samosir, dan Dairi. Di bawah Afdeling Tapanuli, ada sejumlah Onder Afdeling yang salah satunya adalah Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba yang sekarang dikenal dengan Onder Afdeling Humbang Hasundutan (hanya saja waktu itu beribukota di Siborong-borong). Onder Afdeling bukanlah wilayah kecamatan karena pada masa sekarang, Onder Afdeling ini menjadi kabupaten-kabupaten baru, dimana salah satunya mekar menjadi kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten Tapanuli Utara sendiri diresmikan pada tahun 1945 dan hingga kini telah mengalami pemekaran berkali-kali hingga melahirkan anak dan cucu, salah satunya adalah Kabupaten Humbang Hasundutan yang berdiri pada tahun 2003.
Tidak ada sesuatu yang cukup khas yang saya bisa ingat cukup lama mengenai Humbang Hasundutan selain namanya yang unik. Kota terbesarnya, Dolok Sanggul biasa dilintasi oleh angkutan yang pergi dan pulang menuju Pangururan, Medan, Sidikalang, Tarutung, hingga Sibolga. Jalan terbesar dan terpanjang di kabupaten ini adalah Jalan Siliwangi yang sudah beraspal mulus. Hmm...sayang sekali, padahal saya rasa penamaan “Siliwangi” nggak berdasarkan kearifan dan kebudayaan lokal setempat. Akan lebih baik kalau jalan ini diberi nama Jalan Sisingamangaraja mengingat bahwa pahlawan nasional dari Tano Batak itu, Sisingamangaraja XII berasal dari kabupaten ini, tepatnya di Tombak Sulu-Sulu, Bakkara. Sayangnya lagi, Jalan Sisingamangaraja sudah dipakai di kawasan lain di Humbang Hasundutan ini. hehehe. Kali lain saya ke tempat ini, saya mungkin akan berkunjung ke Desa Tombak Sulu-Sulu, mencoba Aek Sipangolu, dan meminum kopi Lintong.

2 komentar:

  1. kalau liat foto yang kedua, tempat ini nggak begitu ramai tapi juga nggak sepi2 amat ya mas.. tapi ruko2nya udah keliatan modern dan nggak meninggalkan unsur batak..

    ReplyDelete
  2. iya, itu pusat koq Dolok Sanggul :D ruko-rukonya sudah cukup modern walau ada beberapa yang berkayu-ria :D

    ReplyDelete