Berkenalan Dengan Banua Niha Keriso Protestan

Ada yang baru di Nias. Selepas meninggalkan Sibolga, saya sudah tidak melihat HKBP (Huria Kristen Batak Prostestan) lagi. Sebagai gantinya, ada BNKP (Banua Niha Keriso Protestan) yang tersebar dimana-mana. Belum keluar dari Gunungsitoli saja, saya sudah melihat sejumlah BNKP berderet di tepi jalan. Sebagian besar penduduk Nias merupakan jemaat BNKP nampaknya.
Ya, kalau saya baca sejarah BNKP, wilayah jelajah Nommensen waktu itu memang tidak mencapai Nias. Menariknya, gereja pertama yang menyambangi Nias adalah misionaris Perancis yang berhaluan Katolik. Namun karena masa kerjanya yang tidak berlangsung lama karena kedua pastor ini keburu meninggal dunia. Selang beberapa puluh tahun kemudian, barulah Rheinische Missions-Gesselschaft atau yang biasa dikenal dengan RMG masuk dan melakukan penginjilan di Nias. Sebagai informasi, RMG ini adalah badan yang sama dengan badan yang melakukan perutusan ke dataran tinggi Toba dan melakukan pembabtisan perdana pada orang Batak. Pada awalnya, jemaat yang ada di Nias tidak tumbuh dengan pesat, namun selepas kedatangan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1900, jumlah jemaat tumbuh dengan pesat hingga mencapai beberapa puluh ribu dalam waktu beberapa tahun saja. Kini, BNKP adalah gereja paling populer di Nias, populasinya sekitar 60% penduduk, bersanding dengan Gereja Advent, Gereja Pantekosta Tabernakel, Gereja Katolik, dan Masyarakat Muslim. Bahasa pengantar resmi yang digunakan di BNKP, baik untuk alkitab adalah Bahasa Nias Utara. Alkitab perjanjian baru pun telah diterjemahkan dalam bahasa Nias ini. Unik, dan saya nggak mengerti sama sekali. Hihihi.
Gereja-gereja BNKP di Nias tersebar dimana-mana, mulai dari tepi jalan hingga pedalaman. Bentuk bangunan BNKP secara umum sederhana namun bentuknya khas, biasanya dengan bangunan menara gereja utama dengan atap bersusun dan salib di puncaknya. Pembeda antara satu jemaat dengan jemaat lainnya hanyalah wilayah yang ditandai seperti : Jemaat Fodo, Jemaat Nazaret, Jemaat Ononamolo, Jemaatn Yohanes, Jemaat Bawomataluo, dan lain-lain. Walaupun fisik gerejanya cukup sederhana seperti tampilan di beberapa foto di postingan ini, namun pada hari minggu, saya mendapati warga Nias sungguh bersuka cita untuk datang ke gereja (yang biasanya pagi) dengan pakaian yang rapih dan sopan. Yang wanita pun sebagian besar menggunakan rok, dan kaum tua menggunakan kebaya atau batik. Indah yach? Barangkali teman-teman nasrani berminat untuk mengikuti kebaktian di tempat ini sesekali?

1 komentar:

  1. Wow, thx ikut memberi informasi soal Nias yooo. Sbg anak nias, saya cukup bangga. Mohon maaf jk ada yg kurang berkenan disana. Tx

    ReplyDelete