Menjemput Penumpang Di Bandara Binaka Gunungsitoli

Selamat Datang di Bandar Udara Binaka
Plang Bandara Binaka di Pertigaan
Bandar Udara Binaka (GNS) adalah bandar udara utama di Nias, penghubung dengan daratan Sumatera, tepatnya di Kota Medan. Sayangnya, selain penerbangan reguler, hanya ada penerbangan langsung carteran yang melayani kota Medan – Gunungsitoli dan sebaliknya. Ini artinya, anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk naik pesawat kecil yang melayani dua kota ini kalau mau memaksakan diri mencarter pesawat. Lebih disayangkan lagi, Sumatera Utara itu kan wilayah yang cukup lebar. Bandara kecilnya tersebar di berbagai kabupaten seperti misalnya Barita di Parbaba, Pangururan, Samosir; Sibisa di Toba Samosir; Silangit di Tapanuli Utara; Drs Ferdinand Lumban Tobing, Pinang Sori di Tapanuli Tengah; dan Aek Godang di Tapanuli Selatan. Namun nyatanya, tidak ada lalu lintas antara bandara-bandara kecil di kabupaten seluruh Sumatera Utara ini. Semua bandara kecil ini hanya terkoneksi dengan Polonia saja sebagai hub utama. Hal ini diperparah dengan minimnya jadwal penerbangan dan informasinya. Jadi, naik kendaraan umum di darat untuk kemudian menyambung dengan pesawat kecil tampaknya bukanlah opsi yang menarik untuk dipertimbangkan. Informasi terakhir, saya mendapati bahwa ada pesawat rute Pinang Sori – Gunungsitoli namun kebenarannya sulit untuk dibuktikan walaupun dikatakan beroperasi seminggu sekali pada hari selasa. Saya tidak ingin mengambil resiko dan mengacaukan seluruh rencana perjalanan saya, maka saya memilih jalur darat sebagai jalur yang terpercaya. Apabila anda nekad mau mengambil jalur udara, selalu cek berkali-kali mengenai jadwal apakah bisa dipercaya atau tidak. (Hubungi Bapak Ariyanto di 081376689935 : info : Selasa : Sibolga – Gunungsitoli ; Rabu : Gunungsitoli – Pulau Tello – Sibolga : pesawat baling-baling NBA berkapasitas 18 orang dengan harga Rp. 165.000 – 175.000 karena disubsidi oleh pemerintah daerah Nias)
Jalan masuk menuju Bandara Binaka dari ruas utama
Ini sebabnya ketika pesawat Citilink yang saya tumpangi tidak bisa mendarat lantaran sebuah Susi Air pecah ban di Polonia, sedikit hati kecil saya agak berharap bahwa pesawat akan dialihkan setidak-tidaknya ke Pinang Sori, Aek Godang, Silangit, atau setidak-tidaknya Sibisa, lah. Hahaha. Lumayan, bisa menghemat waktu perjalanan khan? Sayangnya, itu tidak terjadi karena pesawat dialihkan ke Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru dan tidak ada yang boleh turun. Alhasil, saya menunggu di dalam pesawat sambil dongkol, untung saja nggak dikasih menu makan siang ikan tongkol. Hihihi. Saya tiba kembali di Polonia pukul 12 siang, terlambat 3 jam dari jadwal yang artinya saya harus mengubur harapan saya untuk sampai Sibolga pada malam hari. Huh.
Areal parkir Bandara Binaka
Bangunan Utama Bandara Binaka
Bandara Binaka bukanlah bandara besar. Letaknya agak jauh dari pusat kota yakni sekitar 15 KM. Dengan panjang landasan hanya 1800 meter saja, jelas Boeing 737 dan Airbus A320 tidak mungkin mendarat di tempat ini. pesawat yang melintasi rute ini hanyalah pesawat-pesawat kecil seperti Casa, Cessna, Fokker, dan pesawat yang tidak membutuhkan landasan panjang untuk lepas landas maupun mendarat. Uniknya, walaupun bandara kecil, namun Binaka ternyata cukup sibuk dengan lalu lintas pesawat di sekitarnya. Maskapai Lion Air saja memiliki 4 rute penerbangan bolak balik Medan setiap harinya. Belum lagi Merpati. Kemudian ada pesawat carteran seperti Susi Air yang bolak-balik melayani rute ini. Yah, walaupun kesibukannya nggak bisa dibandingkan dengan misalnya saja Polonia, Medan, namun untuk ukuran sebuah kabupaten, bandara ini oke punya. Ini juga alasan mengapa Bandara Binaka merupakan tempat yang potensial untuk menjemput tamu. Ya, dengan jarak 15 KM dari pusat Kota Gunungsitoli, tamu yang baru tiba akan kesulitan kalau nggak memiliki kendaraan untuk membawa mereka menuju ke Gunungsitoli atau Teluk Dalam. Ini salah satu alasan mengapa taksi yang saya tumpangi masuk kompleks bandara dan menunggu untuk menjemput tamu yang baru saja mendarat. Walaupun lagi-lagi menunggu, tapi setidaknya saya sudah bisa menjenguk Bandara Binaka walau tidak sempat mencicipi pesawat yang mendarat di bandara ini. hehehe.
Bangunan utama bandara Binaka yang sudah kusam
Bandara yang menempati areal cukup lebar ini tidak memiliki ciri khas bangunan Nias sama sekali kecuali sebuah rumah adat Nias khas Nias Utara yang terbangun di sisi depan kompleks bandara, itu pun kalau memang rumah tersebut masih termasuk dalam kompleks bandara. Bangunan bandara secara umum berupa kotak-kotak saja, berwarna dasar biru cerah dan putih. Namun, cuaca dan waktu telah memudarkan kecerahan tersebut. Sebagian besar catnya telah terkelupas dan tertutup dengan kotoran serta lumut sehingga kesan kurang terawat sangat kuat terasa di bandara ini. Untungnya, areal parkirnya yang cukup luas mampu menampung ratusan kendaraan walaupun saya yakin kalau tingkat kesibukan bandara ini meningkat, jangankan areal parkirannya, namun luas bangunannya pun perlu ditambah. Kompleks Bandara Binaka ini juga bersatu dengan kantor Stasiun Meteorologi Binaka – Gunungsitoli.
Kantor Penjualan tiket NBA
Yang menarik, ada satu bangunan yang memasang spanduk warna merah dengan tulisan NBA, PT. Nusantara Buana Air. Di sebelah judul, spanduk itu menjelaskan rute-rute yang dilayaninya yakni Gunungsitoli menuju Pulau Tello, Sibolga, Silangit, dan Sinabang pulang pergi. Wow! Sebagai informasi, Pulau Tello adalah bandara yang berlokasi di Pulau-Pulau Batu, bagian dari Kabupaten Nias Selatan, terlepas dari pulau utama Nias. Sementara Sinabang adalah ibukota Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darrusalam. Hmmm? Jadi ada yach rute menuju tempat-tempat ini dari Gunungsitoli? Spanduknya sich terlihat baru dan bersih, namun bangunan tersebut tampaknya tidak berpenghuni. Sudah lama tidak berpenghuni atau semata karena hari minggu-kah? Saya tidak sempat bertanya atau mencari informasi lebih lanjut tentang ini. Mungkin teman-teman bisa bantu?
Bandara Binaka dari kejauhan. Terlihat ATC
Beberapa penumpang tambahan datang dan membawa barang bawaan yang lebih banyak lagi. Kami diminta untuk keluar karena sang supir mau menyusun lebih banyak barang lagi di pucuk taksi. Wow, sejumlah barang bawaan ditambahkan lagi dan dibebat dengan tali tambang plastik yang lebih banyak lagi. Bahkan, konstruksi tali dibuat sedemikian rupa hingga mengikat bagian pintu yang saya tempati. Alhasil, sebelum sampai Teluk Dalam, saya tidak bisa keluar lewat pintu yang saya tempati, harus keluar lewat pintu sisi satunya lagi. Hahaha. Untung saja, semua barang-barang tersebut dapat tertata dengan baik dan dibantu dengan kemahiran sang supir dan co-supir untuk menata, perjalanan pun siap dilanjutkan lagi menuju Teluk Dalam dengan segera. Dengan tambahan penumpang lagi, sekarang taksi ini sudah benar-benar penuh. Saya hanya berharap bahwa taksi ini tidak berhenti lebih lanjut lagi untuk menambah penumpang. Selain membuat sempit kapasitas duduk, waktu pun semakin terulur. Semoga.

2 komentar: