Salah satu hal yang sangat autentik Batak untuk dilakukan di Tano Batak, apalagi kalau bukan menikmati musik dan tari-tarian, pertunjukkan alat musik, serta kesenian khas Batak? Nggak usah sedih dan bingung mau cari dimana. Di Tuk-Tuk Siadong, ada satu tempat khusus untuk menikmati pertunjukkan ini. Kebetulan, pertunjukkannya berada persis dimana di lokasi saya menginap yakni di Bagus Bay. Kabar lebih baiknya lagi, pertunjukkan ini gratis-tis-tis-tis-tis. Lebih hebatnya lagi, untuk anda yang nggak tinggal di Bagus Bay, ada transportasi gratis-tis-tis-tis-tis loch dari Bagus Bay untuk kembali ke penginapan anda seusai pertunjukkan berlangsung (setidaknya itu yang tertulis di brosur yang tertempel di dinding resepsionis hotel). Tulisannya kurang lebih “Free Admission. Free Transport back to your losmen after the performance, if you stay elsewhere”. Nggak bisa menikmatinya karena anda berada di Tuk-Tuk Siadong pada waktu yang salah? Lagi-lagi, jangan sedih, pertunjukkan ini digelar dua kali dalam seminggu koq, setiap rabu dan sabtu dimulai pada pukul 20.15 dan akan berakhir kurang lebih pada pukul 22.00. Sambil menikmati pertunjukkan, anda bisa memilih menu untuk makan malam loch di Bagus Bay Restaurant ini. Kurang asyik apa lagi coba?
Pertunjukkan diawali dengan iring-iringan musik khas Batak Toba dan ini bukan musik rekaman loch. Sejumlah pria berpakaian kemeja bermotifkan Ulos memainkan alat musik Batak seperti gondang, seruling, bahkan ada gong segala! Lagu-lagu instrumen yang dimainkan biasanya segar, ceria dan menyenangkan, membuat orang ingin menari (termasuk saya. Hihihi). Setelah sejumlah musik dimainkan, mulailah sederetan gadis-gadis muda berpakaian adat lengkap masuk dan menari beberapa jenis tarian khas Batak. Tari-tarian tersebut sangat khas Batak dikarenakan posisi tangan mereka yang biasanya berada di samping pundak dengan telapak diarahkan ke arah atas. Sambil menari, mereka melakukan variasi dengan posisi tersebut seperti bersalaman, memberi hormat, memutar tangan, namun inti dasar gerakannya seperti itu (saya rasa, teman-teman sudah tahu ya seperti apa gerakannya). Nah, seusai membawakan sejumlah tarian, beberapa gadis maju dan mengambil Ulos yang terlah dipersiapkan untuk kemudian menghampiri beberapa tamu. Beberapa tamu ini ditawari untuk ikut menari bersama sambil mengikuti gerakan para gadis-gadis tersebut. Lucu juga melihat gerak para tamu yang kebanyakan orang Eropa harus mengikuti gerakan para gadis tersebut dan kemudian memberikan ulos kepada rekannya. Sebagai penutup, gadis-gadis tersebut keluar dari panggung pertunjukkan dan yang tersisa di panggung adalah sejumlah bapak-bapak yang sudah berumur, namun memiliki kualitas vokal yang sangat menawan. Ya, saya pernah dengar semacam pandangan umum bahwa Orang-Orang Batak dianugerahi suara yang indah, terutama untuk para prianya (ibu ataupun gadis Batak juga ada yang bersuara ciamik sih, sebut saja Rita Butar-Butar, atau Christine Pandjaitan). Hal ini cukup nyata melihat bapak-bapak yang ada di depan saya sama sekali tidak bisa dikatakan muda namun mereka menyanyikan banyak lagu terutama lagu-lagu tradisional Batak dengan indah dan kuat.
Lagu-lagu yang dibawakan baik untuk musik instrumental, tarian, hingga lagu pop kebanyakan memang terasa asing buat yang jarang mendengar lagu khas Tano Batak. Namun, kalau kita cermati baik-baik, beberapa lagunya cukup sering terdengar di keseharian kita seperti Sing Sing So, Sinanggar Tullo, lagu kebersamaan seperti Lisoi, dan lagu tradisional seperti Baringin Sabatola. Yang jelas, lagu-lagu sedih macam Inang atau Butet tidak dinyanyikan disini. Semua lagu yang disajikan bernuansa ceria (tentunya nggak mungkin banget menyajikan lagu sedih kalau musiknya menghentak-hentak dan gerakannya dinamis). Nah, setiap selesai pertunjukkan, seorang bapak yang tampaknya pemimpin dari grup ini akan mengucapkan “thank you” dan kemudian menjelaskan perihal penampilan berikutnya dalam bahasa Inggris yang tidak terlalu baik. Setiap selesai pertunjukkan, umumnya diakhiri dengan tepuk tangan yang riuh rendah diantara para tamu. Kalau teman-teman mau berfoto atau mau mengabadikan mereka, silahkan saja, nggak masalah koq untuk berfoto-foto. Walaupun dikatakan gratis, namun untuk mengapresiasi pertunjukkan seni ini, anda dihimbau untuk menyumbang ala kadarnya pada kotak sumbangan yang tersedia di depan panggung tempat mereka mementaskan pertunjukkan. Buat saya, pertunjukkannya ini sangat menarik dan berharga serta sangat layak diapresiasi. Kalau bukan kita yang peduli terhadap kelestarian kesenian ini, siapa lagi?
Pertunjukkan diawali dengan iring-iringan musik khas Batak Toba dan ini bukan musik rekaman loch. Sejumlah pria berpakaian kemeja bermotifkan Ulos memainkan alat musik Batak seperti gondang, seruling, bahkan ada gong segala! Lagu-lagu instrumen yang dimainkan biasanya segar, ceria dan menyenangkan, membuat orang ingin menari (termasuk saya. Hihihi). Setelah sejumlah musik dimainkan, mulailah sederetan gadis-gadis muda berpakaian adat lengkap masuk dan menari beberapa jenis tarian khas Batak. Tari-tarian tersebut sangat khas Batak dikarenakan posisi tangan mereka yang biasanya berada di samping pundak dengan telapak diarahkan ke arah atas. Sambil menari, mereka melakukan variasi dengan posisi tersebut seperti bersalaman, memberi hormat, memutar tangan, namun inti dasar gerakannya seperti itu (saya rasa, teman-teman sudah tahu ya seperti apa gerakannya). Nah, seusai membawakan sejumlah tarian, beberapa gadis maju dan mengambil Ulos yang terlah dipersiapkan untuk kemudian menghampiri beberapa tamu. Beberapa tamu ini ditawari untuk ikut menari bersama sambil mengikuti gerakan para gadis-gadis tersebut. Lucu juga melihat gerak para tamu yang kebanyakan orang Eropa harus mengikuti gerakan para gadis tersebut dan kemudian memberikan ulos kepada rekannya. Sebagai penutup, gadis-gadis tersebut keluar dari panggung pertunjukkan dan yang tersisa di panggung adalah sejumlah bapak-bapak yang sudah berumur, namun memiliki kualitas vokal yang sangat menawan. Ya, saya pernah dengar semacam pandangan umum bahwa Orang-Orang Batak dianugerahi suara yang indah, terutama untuk para prianya (ibu ataupun gadis Batak juga ada yang bersuara ciamik sih, sebut saja Rita Butar-Butar, atau Christine Pandjaitan). Hal ini cukup nyata melihat bapak-bapak yang ada di depan saya sama sekali tidak bisa dikatakan muda namun mereka menyanyikan banyak lagu terutama lagu-lagu tradisional Batak dengan indah dan kuat.
Lagu-lagu yang dibawakan baik untuk musik instrumental, tarian, hingga lagu pop kebanyakan memang terasa asing buat yang jarang mendengar lagu khas Tano Batak. Namun, kalau kita cermati baik-baik, beberapa lagunya cukup sering terdengar di keseharian kita seperti Sing Sing So, Sinanggar Tullo, lagu kebersamaan seperti Lisoi, dan lagu tradisional seperti Baringin Sabatola. Yang jelas, lagu-lagu sedih macam Inang atau Butet tidak dinyanyikan disini. Semua lagu yang disajikan bernuansa ceria (tentunya nggak mungkin banget menyajikan lagu sedih kalau musiknya menghentak-hentak dan gerakannya dinamis). Nah, setiap selesai pertunjukkan, seorang bapak yang tampaknya pemimpin dari grup ini akan mengucapkan “thank you” dan kemudian menjelaskan perihal penampilan berikutnya dalam bahasa Inggris yang tidak terlalu baik. Setiap selesai pertunjukkan, umumnya diakhiri dengan tepuk tangan yang riuh rendah diantara para tamu. Kalau teman-teman mau berfoto atau mau mengabadikan mereka, silahkan saja, nggak masalah koq untuk berfoto-foto. Walaupun dikatakan gratis, namun untuk mengapresiasi pertunjukkan seni ini, anda dihimbau untuk menyumbang ala kadarnya pada kotak sumbangan yang tersedia di depan panggung tempat mereka mementaskan pertunjukkan. Buat saya, pertunjukkannya ini sangat menarik dan berharga serta sangat layak diapresiasi. Kalau bukan kita yang peduli terhadap kelestarian kesenian ini, siapa lagi?
iyap setuju sekali :O harusnya ada dukungan dari pemerintah juga ya :(
ReplyDeletekontur wajah wanita batak tuh menurutku bagus deh, tegas dan kuat :D
hehehehe...betul, selain swasta yang bergerilya, hendaknya pemerintah aktif melestarikan kesenian daerah toh ya. Hm...iya, salah satu ciri khas wajah Batak yang sangat khas adalah bentuk rahang yang kotak dan tegas :)
ReplyDeleteAku setuju kalau anda mengatakan orang batak dianugerahi suara yang indah, hanya saja pengetahuan anda tentang penyanyi sepertinya harus diasah kembali, nggak salah sih Rita Butar-Butar atau Christine Pandjaitan, hanya saja koq ya artis jadul gitu, mbok ya artis yang trendy gitu, kan banyak tuh artis Batak yang juga hits saat ini, seperti Syahrini atau Iis Dahlia…..ya kan…..^_^
ReplyDeletehyakakakakka...Bang Iman, you make my day!!! akhirnya bisa ketawa juga hari ini...hahahaha
ReplyDeleteEh, Teteh Syahrini bukannya dari Sekabumi eta? trus Ceu Iis Dahlia mah dari Indramayu atuh Kang :p
hmm...coba, siapa ya artis Batak Modern untuk saat ini? mungkin Vicky Sianipar dan Dewi Marpaung kali yach?
ehem..Rita Butar-Butar memang sudah sangat jadul pisan, tapi suaranya bikin saya merinding apalagi pas dia nyanyi "seandainya aku punya sayap" itu...wiiii *love her much!*