Masakan Batak : Sangsang RM Robema, Tomok

[Perhatian] Postingan ini mengandung babi.
Apa sich masakan dari Tano Batak yang paling terkenal? Mungkin sebagian dari kita akan menyebut Babi Panggang Karo sebagai makanan yang paling terkenal dari Sumatera Utara, terutama Tano Batak sana. Namun, sesuai dengan namanya, Babi Panggang Karo atau dikenal sebagai BPK yang biasanya disajikan di Lapo Batak sejatinya merupakan makanan khas Tanah Karo loch (dari Merek sampai Sibolangit, Brastagi dan Kabanjahe). Nah, kalau masakan dari Tano Batak, apa sich sebenernya?
Yang jelas, makanan Batak bukanlah seperti makanan Yogyakarta atau Minang yang bisa dengan suksesnya menembus belantara nusantara dan menyebar hingga ke pelosok-pelosok. Siapa sich yang nggak kenal gudeg, bakso, atau nasi kapau? Buat saya, masakan Batak adalah termasuk salah satu masakan yang agak asing di telinga, dan asing juga di lidah saya. Tersebutlah sebuah rumah makan yang berada di tepi Desa Tomok, berada persis di pinggir jalan raya Tomok – Pangururan dengan nama RM. Robema. Rumah makan ini adalah salah satu restoran yang masih asli menyajikan masakan Batak dengan cara memasak yang sederhana dan apa adanya. Di depan pintu rumah makan ini tertulis : “Panggang, Lomok-Lomok, Tanggo-Tanggo, Cincang, Tombur, Napinadar, Naniura”. Namanya unik dan ajaib yach? Namun, buat teman-teman yang tidak mengkonsumsi daging babi atau vegetarian, sebaiknya perlu tahu bahwa rumah makan Batak asli umumnya menyediakan menu berupa daging babi yang diolah dalam berbagai cara. Kalau mau aman, sebaiknya makan di rumah makan yang jelas-jelas bertuliskan “Islam” atau “Vegetarian”. Nggak usah khawatir, terdapat sejumlah rumah makan Islam atau Vegetarian koq di sepanjang Desa Tomok, nggak sukar dicarinya. Berhubung penasaran sama kuliner asli Batak, maka saya memberanikan diri masuk ke dalam Rumah Makan Robema ini.
Saya pernah masuk ke dalam RM. Robema ini tahun 2007 lalu. Hehehe. Penampilan rumah makan ini jelas sudah sangat berubah dibanding empat tahun lalu. Walaupun sang Inang masih menggunakan rumah ini sebagai kediamannya, namun rumah makan ini jelas telah terpoles dengan sangat baik dibanding empat tahun yang lampau. Ya, Puji Tuhan, mungkin usaha beliau cukup sukses dalam menjalankan rumah makan sederhana ini. Sejumlah foto-foto beliau beserta anak-anaknya sedang berpose di Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi terpampang memenuhi sejumlah sudut dinding. Di dalam rumah makan tersebut hanya terdapat tiga deret meja panjang yang bisa digunakan oleh tamu untuk menikmati makanannya. Satu meja di samping yang terletak vertikal digunakan untuk memotong rempah-rempah seperti bawang dan cabai. Sebuah papan iklan lain di dalam rumah makan menginformasikan bahwa mereka tidak hanya menyediakan masakan Batak asli, namun juga beradaptasi dengan hadirnya nasi goreng, mie goreng dan mie rebus. Namun, tetap saja, di bagian atas papan tersebut tertulis dengan jelas babi kecap asam manis dan di bawahnya tertulis “catering”. Mungkin RM. Robema ini bisa menyediakan menu catering seharusnya yach...
Tujuan saya datang kesini ialah ingin mencicipi Sangsang! Walau tidak tertulis di plang depan, namun saya menyempatkan diri untuk bertanya terlebih dahulu kepada sang Inang, apakah ia menyediakan Sangsang atau tidak. Nampaknya, ini adalah makanan Batak standard sehingga bisa dipastikan ada dalam setiap hidangan. Oh ya, Sangsang itu adalah daging babi yang dimasak dengan darah babi itu sendiri. Kalau istilah umum, Sangsang ini lebih dikenal sebagai “Rendang Batak”. Ya, dari segi tampilan sich mereka sangat mirip dengan rendang hanya saja bumbu dan aromanya berbeda. Mengingat porsi makan orang Batak yang cukup besar, maka kami memesan satu Sangsang untuk dimakan berdua. Untungnya, kami nggak salah. Ya, satu porsi Sangsang sangat besar bahkan dua orang pun tidak mampu menghabiskannya. Fiuh. Selain Sangsang, kami memesan masakan standard yakni tempe dan tahu goreng. Selain itu, kami mendapat semacam sup yang sudah standard disajikan apabila makan di restoran Batak. Sup tersebut adalah sup daun labu.
Terus terang, rasa masakan Batak tampaknya bukan menjadi favorit saya. Mungkin bumbu andaliman yang mereka kenakan terlalu kuat sehingga sayur-sayur dan lauk disini berasa mint sekali. Sangsangnya lumayan namun cita rasanya sama sekali tidak mirip rendang. Sama sekali pun tidak menunjukkan kedekatan dengan semur. Sangsang ya Sangsang. Sayang sekali, sayur daun labunya sudah sejuk. Saya nggak tahu, apakah memang makannya demikian atau sebaiknya dihangatkan terlebih dahulu yach? Soalnya, sup daun labu ini rasanya....hampir tidak berasa! Entah bumbunya kurang atau memang aslinya seperti itu, saya tidak tahu. Untung saja ada tempe dan tahu yang sedikit familiar. Ajaibnya, tempe dan tahu yang kami konsumsi pun tidak mewakili tempe dan tahu yang biasa sering kami makan. Ajaib dech. Rasanya menjadi ajaib. Hehehe. Nasinya sendiri pun adalah nasi merah karena warnanya agak kemerahan. Warna nasi ini tidak disengaja melainkan merupakan hasil dari tanah Samosir ini. Untuk makan siang dua orang, kami harus mengeluarkan dana sebesar Rp. 35.000. Cukup murah sich mengingat bahwa Sangsang sendiri harganya Rp. 20.000. Nasi, tempe, tahu dan teh yang kami minum merupakan sisanya. Sayang, saya nggak terlalu puas dengan makan kali ini. Mungkin ada teman-teman tahu dimana saya bisa mendapatkan Sangsang yang lebih nendang? Hehehehe. Oh ya, Napinadar adalah ayam panggang khas Batak dengan siraman saus special Batak di atasnya berupa andaliman dengan darah ayam itu sendiri. Naniura adalah sashimi khas Batak, berupa ikan Mas segar yang tidak dimasak namun direndam dalam larutan asam dan jeruk nipis sementara Tambur adalah ikan khas yang hidup di perairan Danau Toba untuk kemudian dipanggang atau dibakar. Tertarik mencobanya?

3 komentar:

  1. fleksibel memang kalo bisa makan "all you can eat" kayak mas lomar.. terutama saat berada di daerah2 seperti sumatera utara dan indonesia timur :))

    ReplyDelete
  2. hihihihi.... tapi saya nggak berani coba belalang loch Mas. Biawak di Surabaya deket Tugu Bambu Runcing aja saya mikir2 dulu....hihihi

    ReplyDelete
  3. oh yah, satu lagi : larva kumbang Badak di Pohon Sagu yang membusuk...*bisa pingsan kali*

    ReplyDelete