Kembali Ke Desa Tomok, Pintu Samosir

Ya, saya akhirnya kembali lagi ke Tomok. Setelah hampir empat tahun berselang, akhirnya saya kembali lagi ke desa yang cantik ini. Tomok, sebagai pintu gerbang Samosir di sebelah timur via Ajibata adalah desa yang bisa dibilang lumayan ramai. Maklum, namanya juga pelabuhan! Keramaian desa ini berlangsung sebelum matahari terbit hingga beberapa saat sesudah matahari terbenam. Walaupun selewat pukul delapan malam masih ada penyebrangan, biasanya kondisi Desa Tomok sudah sangat sepi. Kelewat sepi bahkan! Hanya beberapa rumah dan warung makan saja yang masih memiliki aktifitasnya sendiri. Itu pun dengan penerangan a la kadarnya dan suara yang samar-samar saja. Kalau anda berlayar dari Ajibata, daratan Sumatera sana di Kabupaten Toba Samosir, tempat pertama yang anda pijak di daratan Samosir ini adalah Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Menariknya, pelabuhan di Desa Tomok ini cukup banyak. Yang pernah saya lalui dan terlihat cukup jelas dari tepi jalan sich ada tiga. Entah berapa jumlah pelabuhan lain yang tidak terlihat. Apakah setiap kapal memiliki pelabuhannya sendiri-sendiri, ataukah setiap kapal boleh berhenti di pelabuhan mana saja yang mereka suka? Saya tidak tahu…hihihi…
Desa Tomok sebenarnya adalah desa yang indah. Desa ini memiliki perpaduan warna birunya air Danau Toba, hijaunya sawah di sekitaran pelabuhan, hijaunya perbukitan yang tertutup pepohonan, dan birunya langit Samosir yang bersih tanpa tercemar polusi. Anak-anak berlari-lari bermain di sekitar pelabuhan, sesekali ketika berhadapan mereka akan memanggil kami dengan sebutan “mister”. Beberapa ekor babi ternak tampak merumput dengan bebas di lereng bukit di sekitar pelabuhan. Agak mencengangkan memang. Namun bagi warga, tampaknya ini bukan suatu keanehan mengingat mereka mengkonsumsi babi dalam keseharian. Ada beberapa restoran yang menjual daging babi sebagai menu utamanya. Tentu, rumah makan ini biasanya adalah rumah makan khas Batak. Untuk anda yang tidak mengkonsumsi babi, ada beberapa rumah makan yang menyediakan mie atau bakso koq.
Objek wisata di Tomok tergolong cukup banyak. Semua objek wisata tersebut terkumpul di satu area, dekat dengan Pasar Tomok yang juga berfungsi sebagai pasar souvenir karena lebih fokus pada penjualan cenderamata dan produk khas Samosir. Nggak heran, banyak sekali turis yang dibuai oleh romantisme menyebrang Danau Toba di sisi ini, jalan-jalan di Tomok, mengunjungi Makam Raja Sidabutar, menyaksikan pertunjukkan Sigale-gale, masuk ke Museum Batak dan berbelanja di Pasar Tomok lalu kembali lagi ke Parapat. Sayang aja sich, padahal Samosir menawarkan banyak hal menarik yang bisa dieksplorasi selain wajah Tomok saja. Imbasnya pun jelas, dari seluruh wajah Samosir, mungkin Tomok dan Tuk-Tuk Siadong yang paling dipoles dengan manis. Ambarita berada di urutan kedua. Semakin ke arah timur, polesannya semakin berkurang. Demikian pula dengan komersialisasi di tempat ini. Tomok dan Tuk-Tuk Siadong adalah dua tempat yang paling komersil di Tanah Samosir ini. Semakin mendekati arah Pangururan, nilai komersilnya semakin lenyap.
Kalau anda kebetulan hanya memiliki waktu yang sangat singkat saja, memang anda nggak punya pilihan sih untuk hanya mengunjungi Tomok saja. Toh, Tomok itu seperti etalasenya Samosir koq. Walau demikian, akan sayang sekali kalau anda melewatkan Batu Parsidangan dan rekonstruksinya di Ambarita, Museum Batak yang lengkap di Simanindo, dan Makam-makam cantik di seputaran Kecamatan Pangururan, serta Desa penenun Ulos di Lumban Suhi-Suhi, sekitar 40 KM-an dari Tomok. Belum lagi kalau saya menyebut mata air panas alami di Pangururan, Gunung Pusuk Buhit di Kecamatan Sianjur Mula-Mula, dan Danau Sidihoni serta Danau Aek Natonang masing-masing di kecamatan Pangururan dan Simanindo. Jadi yah, sebaiknya memang ambil waktu cuti yang panjang, nikmati beberapa malam anda di Tanah Samosir dan sekitarnya untuk merasakan Batak yang sebenar-benarnya. Di luar dari Pulau Samosir, saya tidak menemukan banyak ritual kebudayaan Batak ditampilkan untuk kepentingan turisme loch. Nikmati sajalah selama berada di Tanah Samosir ini. Namanya juga asal muasal lahirnya Orang Batak Toba? Sayang sekali bukan kalau dilewatkan?

1 komentar:

  1. kalau biaya anak anak naik fery kesamosir berapa?

    ReplyDelete