Selamat Datang Di Sumatera Utara!

Deretan Wanita Batak menari Tor-Tor, diiringi Gondang Batak, dan alunan suara Pria Batak yang terdengar merdu. Saya tertegun menyaksikan kebersahajaan masyarakat Batak di desa di tepi Danau Toba. Waktu sehari rasanya tidak pernah cukup untuk tertegun dan menikmati perjalanan saya di tempat ini.
Ya, saya kembali lagi ke Sumatera Utara. Kali ini, saya mengekspansi wilayah jelajah saya hingga ke tengah kediaman Orang-Orang Batak dan pantai barat dan lepas pantai Sumatera Utara demi mengunjungi Nias. Ya, Sumatera Utara yang menempati wilayah di utara pulau Sumatera memang fenomenal. Wilayahnya luas, alamnya cantik, dan kekayaan budayanya melimpah. Bicara akan Sumatera Utara, kita nggak hanya berbicara akan orang Batak saja. Memang, orang Batak adalah penduduk dengan jumlah terbesar yang hidup di wilayah ini. Namun, di tepian Sumatera Utara, tinggallah orang Melayu Deli yang menempati wilayah dataran rendah di pesisir timur. Jauh di lepas pantai sana, orang-orang Nias juga merupakan bagian dari Sumatera Utara. Kemudian, ada penduduk dengan etnis Cina yang jumlahnya patut diperhitungkan, tinggal di banyak tempat di kota hingga desa di Sumatera Utara. Secara demografik, empat suku bangsa besar inilah yang banyak mendiami wilayah Sumatera Utara, selain tentunya orang Gayo dan Aceh di utara, orang Minang di selatan, serta orang Melayu Riau di sebelah tenggara, serta sejumlah etnis Jawa dan India. Ya, India.
Orang Batak yang menghuni wilayah tengah pun memiliki keunikan tersendiri. Umumnya, mereka tinggal di dataran tinggi yang berhawa dingin. Etnis Batak terbagi atas 6 puak walaupun beberapa puak menganggap bahwa mereka sudah merupakan satu etnis tersendiri, bukan sub-etnis dari Batak. Ke-enam puak tersebut adalah Batak Toba yang terbesar, kemudian Batak Simalungun yang tinggal di seputar Pematang Siantar, Batak Karo di seputar Brastagi dan Kabanjahe, Batak Pak-pak di seputaran Salak dan Sidikalang, Batak Angkola di sekitar Padang Lawas dan Batak Mandailing yang berada di Panyabungan dan Tapanuli Selatan. Wajah wilayah ini pun unik. Pantai timur merupakan wilayah dataran rendah berawa dan didominasi oleh kota-kota pelabuhan. Semakin masuk ke dalam, area ditutup oleh perkebunan sawit yang masif. Di bagian tengah Sumatera Utara, hampir seluruh arealnya berada pada ketinggian, berkisar di angka 2000 meter di atas permukaan laut. Hawa dingin dan kebudayaan yang unik yang menjadikan tempat ini menjadi primadona bagi urusan wisata. Pegunungan terjal dan langsung menukik ke arah pantai banyak ditemukan di sisi barat Sumatera Utara. Nggak heran, dari Tarutung, akses menukik tajam turun gunung ke arah Sibolga.
Alasan utama orang berkunjung ke Sumatera Utara tentu saja adalah Danau Toba. Danau terbesar di indonesia ini memang eksotis dan menarik kalau tidak bisa dikatakan indah. Belum lagi pemandangan cantik di seputaran danau ini dan kehidupan bersahaja Suku Batak yang mendiaminya membuat tempat ini bisa dikatakan sempurna. Benar-benar tempat yang indah dan pas sekali untuk relaksasi. Danau yang bisa ditempuh sekitar 5 jam perjalanan dari Kota Medan ini memang luar biasa cantik. Biasanya, pada saat orang pertama kali melihatnya, decak kagum akan terlepas keluar dari setiap mata yang memandangnya. Saya sendiri bersyukur bisa hidup dan bisa melihat danau cantik ini. Hahahaha. Pemandangan cantik danau ini dibingkai dengan bukit-bukit gundul kehijauan khas daerah vulkanis dan rumah adat Batak Toba, Rumah Bolon yang berjejer cantik di tepi pantai danau ini.
Atraksi utama Sumatera Utara nggak hanya Danau Toba saja sich. Sebagai danau yang teramat luas, setiap bagian pinggir dari danau ini berada di kota-kota yang berbeda. Sebut saja ada air terjun di Tongging, ada air panas di Pangururan, dan ada panorama di Haranggaol. Nggak hanya pemandangan alami, Sumatera Utara juga diberkahi kecantikan budaya orang-orangnya. Atraksi Patung Sigale-Gale dan Tari Tor-Tor dengan irama alunan musik khas Batak menjadi hiburan bagi para wisatawan. Belum lagi para warga Batak yang dianugerahi suara yang indah, menyanyikan lagu-lagu pop Batak, menemani perjalanan anda mulai dari suasana malam di cafe hingga terdengar di pasar dan toko-toko. Untuk memahami lebih lanjut dan terperinci adat istiadat dan budaya Sumatera Utara, ada banyak museum yang tersebar di penjuru kota dan kebupaten Sumatera Utara, misalnya saja Museum Simalungun di Pematang Siantar, Museum Pusaka Nias di Gunung Sitoli, dan T.B. Silalahi Center di Balige.
Kekayaan budaya Batak tidak menjadi satu-satunya atraksi budaya yang bisa dinikmati di Sumatera Utara. Di lepas pantai Sibolga sebelah barat, ada kepulauan Nias dengan pulau besar Nias yang menjadi habitat orang-orang asli suku Nias yang memiliki karakter budaya sendiri, berbeda dengan saudaranya di daratan Sumatera, Batak. Nias memiliki kebudayaan megalitik berupa patung-patung batu ukiran dan tari perang yang fenomenal. Tidak lupa, rumah adat Omo Sebua yang unik serta Hombo batu atau atraksi lompat batu setinggi dua meter yang menjadi ciri khas utama bangsa Nias, bisa disaksikan disini. Sementara itu, di sudut timur Sumatera Utara, sisa peninggalan Kesultanan Deli masih berdiri tegak untuk para penikmat sejarah yang menyukai kebudayaan Melayu Deli. Istana Maimun yang berdiri tegak dan cantik di pusat Kota Medan menjadi salah satu bukti kemegahan bangsa Melayu Deli di pesisir timur Sumatera Utara. Kebudayaan Melayu Deli sedikit banyak bersinggungan dengan Melayu Malaysia dan Kesultanan Siak di Riau serta Kesultanan Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam sana.
Di luar dari kebudayaan yang bisa dinikmati dengan indera penglihatan dan indera pendengaran, indera pengecap anda juga akan terhibur di Sumatera Utara, terutama dengan keragaman kulinernya yang tersebar dari utara hingga selatan, barat hingga timur. Medan, adalah kota yang paling baik untuk memulai semuanya karena Medan seperti kuali raksasa kebudayaan dan miniatur Sumatera Utara. Hampir semua suku bangsa utama di Sumatera Utara ada di kota ini, termasuk Cina, Minang, Aceh, Gayo, Nias, Arab dan India. Tentu saja, percampuran tersebut menyebabkan cita rasa makanan dari kota ini begitu kaya. Sebut saja Ifumie Binjai, Mie Aceh, Kari, Jus Martabe, hingga Babi Panggang Karo. Maklum, orang Batak dan Nias sebagian besar menganut agama Kristen sehingga babi menjadi makanan yang lumrah ditemukan di penjuru wilayah ini. Bagi teman-teman umat muslim yang tidak bisa mengkonsumsi jenis daging yang satu ini, jangan kuatir, jenis makanan lainnya yang tidak mengandung babi pun cukup banyak dan beragam. Kota lainnya yang dapat disinggahi untuk mencoba kuliner Sumatera Utara adalah Pematang Siantar. Jangan lupakan Durian Batubara dan Salak Labuhan Batu yang tiada duanya. Untuk kuliner khas Batak, anda bisa datang ke desa-desa sekitar Danau Toba dan mencoba Sassang, Tambor, Kidu-Kidu, Lomok-Lomok, Napinadar, hingga Naniura, versi Batak untuk Sushi dan Sashimi.
Nggak hanya itu saja, Sumatera Utara yang dilintasi oleh Bukit Barisan ini memiliki objek wisata khusus seperti misalnya lintas alam di Taman Nasional Gunung Leuser yang mencakup wilayah Dairi, Karo dan Langkat. Di Bukit Lawang, ada penangkaran Orang Utan. Bersama dengan Tanjung Puting di Kalimantan Tengah, kedua tempat ini merupakan pusat penangkaran dan pelatihan Orang Utan terkenal dan terbesar di Indonesia. Buat yang menggemari wisata rohani, ada sejumlah tempat yang menarik untuk dikunjungi seperti Salib Kasih, salib besar yang terletak di atas puncak bukit di Tarutung dan Taman Wisata Iman serta diorama Jalan Salib di Dairi. Makam Sisingamangaraja XII beserta kedua anaknya, pahlawan rakyat Batak di Desa Pagar Batu juga objek wisata menarik yang wajib untuk dikunjungi. Nah, rasanya alasan yang saya kemukakan sudah terlalu banyak kan untuk mencintai Sumatera Utara? Mari, siapkan tas anda, dan pergilah ke Sumatera Utara.

0 komentar:

Post a Comment