Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru

Siapa sich yang nggak kenal Gunung Bromo? Ketenaran namanya bahkan sudah melampaui batas negara kita ini loch. Orang-orang di seluruh penjuru dunia terus berdatangan demi menyaksikan keindahan alam dalam setting yang benar-benar super ini. Gunung berapi ini adalah salah satu dari sejumlah gunung berapi yang masih aktif di dunia dan berada di lautan pasir. Gunung Bromo terletak di dalam Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Lautan pasir yang menutupi kaldera Taman Nasional ini adalah salah satu penyebab mengapa Gunung Bromo memiliki setting yang sangat super. Tidak banyak gunung berapi di dunia memiliki setting seperti ini. Ribuan wisatawan lokal maupun asing kerap berdatangan walaupun bukan pada musim kunjungan wisata. Fotografer kerap mengabadikan tempat ini sebagai pelengkap portfolio mereka. Keindahan taman nasional ini tiada tara. Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru atau yang biasa dikenal dengan nama “Bromo” saja umumnya menjadi tujuan wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Jawa.
Gunung Bromo bukan satu-satunya objek wisata yang diincar banyak orang. Apa yang mereka incar hingga rela bangun pagi-pagi ialah pemandangan matahari terbit. Matahari terbit ini dapat disaksikan di Gunung Penanjakan yang berada di utara taman nasional di ketinggian 2700an meter. Suhu pagi hari di puncak Penanjakan sangat kejam. Suhu udara pada musim kemarau bisa mencapai 0 derajat celcius, bahkan kurang. Persiapkan kelengkapan pakaian anda mulai dari topi, sarung tangan, syal baju hangat, penutup kuping, kaus kaki dan sepatu yang tebal untuk menahan hawa dingin yang menyengat. Dari Gunung Penanjakan, pemandangan spektakuler, berturut-turut, Gunung Batok, Gunung Bromo, Gunung Kursi dan di kejauhan Gunung Semeru, puncak tertinggi di pulau Jawa, bisa anda saksikan. Pada musim kemarau, pemandangan yang akan anda dapatkan bisa lebih dramatis lagi karena kabut maha tebal berkumpul di dasar kaldera, menutupi lautan pasir. Istilah “negeri di atas awan” sama sekali bukan khayalan. Istilah ini hadir di taman nasional ini.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru memiliki kaldera yang cukup lebar dan luas. Wilayah kaldera taman nasional ini meliputi hingga 4 kabupaten di Jawa Timur : Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Oleh sebab itu, cara mencapai pusat kawah ini pun bisa dicapai dari 4 kabupaten tersebut. Jalur yang paling umum tentu saja Probolinggo. Jalur ini merupakan jalur yang paling terkenal dan memiliki pilihan angkutan umum paling luas dibanding jalur-jalur lainnya. Dari Probolinggo, wisatawan bisa menginap di Ngadisari, Sukapura atau Cemoro Lawang yang paling dekat dengan pintu masuk taman nasional. Keempat tempat ini memiliki akomodasi yang memadai untuk para wisatawan. Pilihan transportasinya pun beragam mulai dari bison, wagon, bus besar, mobil carteran, hingga ojek.
Rute alternatif kedua yang cukup umum ialah melewati Pasuruan. Dari Pasuruan, anda harus mencapai Tosari kemudian lanjut ke Wonokitri. Dari Wonokitri, Dingklik ialah titik terakhir sebelum anda mencapai bibir taman nasional. Dari Dingklik, umumnya rute dilanjutkan ke Gunung Penanjakan untuk melihat matahari terbit. Apabila turis dari Cemoro Lawang yang menuju ke Penanjakan berasal dari sebelah timur, maka turis dari Dingklik datang dari sebelah barat untuk tiba di Gunung Penanjakan.
Rute ketiga ialah rute yang kurang populer namun jalanan yang menuju tempat ini tetap eksis. Anda bisa mencapai Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dari Malang. Dari Malang, perjalanan harus dilanjutkan ke Tumpang, Gubug Klakah, dan kemudian Ngadas. Dari Ngadas, perjalanan dilanjutkan lagi ke Jemplang yang berada di bibir taman nasional. Sedikit berbeda dengan rute Probolinggo atau Pasuruan, rute Malang ini adalah rute terbalik. Apabila di kedua rute utama, Gunung Penanjakan yang menjadi lokasi primadona untuk melihat matahari terbit, maka di Jemplang anda akan melihat Gunung Semeru di belakang anda, kemudian berturut-turut Gunung Kursi, Gunung Bromo dan Gunung Batok di depan anda. Kaldera lautan pasir sejauh 12 kilometer ini sebenarnya dapat anda lalui dengan berjalan kaki untuk mencapai pusat kawah. Sayangnya, hal ini sama sekali tidak disarankan mengingat adanya fauna liar asli kaldera Tengger yakni Ajak atau anjing liar asli khas Jawa yang tinggal di kaldera tersebut. Ajak dikenal mampu menyerang manusia dan bisa menjadikan manusia sebagai korbannya. Kalau ingin menyebrangi lautan pasir tersebut dan bertolak ke Gunung Penanjakan, sewalah jeep yang banyak ditemui di Ngadas atau Tumpang. Ingat, hanya jeep yang mampu untuk melintasi kaldera lautan pasir taman nasional ini.
Rute terakhir adalah rute yang paling tidak populer yakni via Lumajang. Rute ini tidak lazim digunakan sebagai rute menuju Gunung Bromo karena justru lebih populer dijadikan rute awal pendakian Gunung Semeru. Dari Lumajang, perjalanan dilanjutkan ke Senduro, kemudian Burno dan akhirnya tiba di Desa Ranu Pani yang memang terkenal sebagai objek wisata, memiliki air terjun dan danau serta pintu masuk menuju jalur pendakian Gunung Semeru. Dari Ranu Pani, perjalanan bisa dilanjutkan ke Jemplang sehingga rutenya serupa dengan rute dari Malang. Buat yang pertama kali menuju Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, sebaiknya cek ketersediaan semua rute ini dech. Maklum, informasi yang bisa didapat dari rute selain Probolinggo atau Pasuruan tuh umumnya sedikit sekali. Cek milis dan blog para petualang yang pernah mencoba rute-rute alternatif untuk melebarkan pilihan anda. Siapa tahu, anda tertarik mencoba mengakses bromo melalui jalur yang agak sedikit ‘tidak biasa’.

4 komentar:

  1. hohohoho...terima kasih Cie...:)
    kabar baik? :D

    ReplyDelete
  2. yop. thank bro
    lagi konsen ngurusin web museum, jadi sementara ngeblog-nya cuti dulu..moga ga bablas..hehe..
    udah sampai bromo ya, akhirnya...
    congratulations!

    ReplyDelete
  3. owww....selamat berjuang untuk tugas mulianya yach :D tahun 2010 kan tahun museum, toh? hehehe

    ReplyDelete