Taksi Medan - Parapat Plus Plus

Kalau dibandingkan dengan naik bus dari Terminal Amplas menuju Parapat seharga Rp. 50.000, naik taksi dari Bandara Polonia menuju Pelabuhan penyebrangan Ajibata seharga Rp. 90.000 sich hemat banget! Kelebihannya jelas : waktu tempuh lebih singkat, nggak berhenti-berhenti, dijemput di airport dan diturunkan di pelabuhan (nggak usah panas-panas ria menuju Terminal Amplas di siang hari bolong), dan lebih eksklusif. Buat yang mengejar waktu, jelas pilihan ini lebih menarik walaupun harus membayar biaya lebih mahal. Namun, ada satu keuntungan lagi yang bisa kita dapat dengan menaiki taksi, yakni olahraga kardio gratis!
Taksi dalam pengertian umum di Sumatera Utara adalah mobil penumpang, baik Avanza, Xenia, APV, Innova, GranMax, atau Luxio yang memang secara khusus digunakan untuk mengangkut penumpang dari satu titik ke titik lain yang biasanya jauh (antar kota). Supir taksi dan calonya ini ada dimana-mana. Mereka biasanya mengumpulkan penumpang terlebih dahulu di satu titik baru berangkat. Kalau jumlah penumpang tidak memenuhi kuota, biasanya mereka nggak akan berangkat. Jadi, anda dapat keuntungan satu lagi, yakni belajar bersabar, apalagi di bulan puasa ini yach. Hehehe.
Kenapa sich saya bilang anda akan mendapatkan latihan kardio gratis? Yah, latihan ini belum terlalu terasa ketika anda berada di dalam Kota Medan, atau bahkan keluar dari Kota Medan itu sendiri. Rute yang akan kami tempuh adalah Medan – Tanjung Morawa – Lubuk Pakam – Perbaungan – Sei Rampah - Tebing Tinggi – Tapian Dolok – Pematang Siantar – Tiga Dolok – Parapat. Di Perbaungan sedang ada perbaikan jembatan dalam rangka menyonsong hari raya Idul Fitri, oleh karena itu kendaraan akan bergerak perlahan. Namun, selepas Lubuk Pakam, kami akan bertemu jalan-jalan lurus dengan median jalan tidak terlalu lebar dan jumlah mobil tidak terlalu banyak. Disinilah sang supir menginjak pedal gas dalam-dalam, memepet mobil di depan, membunyikan klakson berkali-kali, dan menyalip kendaraan lambat di depannya. Wihhh...sepanjang perjalanan, alih-alih menikmati perjalanan, kami seringkali merasa was-was lantaran sang supir terlalu semangat dalam membawa kendaraan, memepet kendaraan di depan dalam kecepatan tinggi, dan berkali-kali menyerobot kendaraan-kendaraan lain. Berkali-kali pula sang supir mengumpat kepada pengemudi lain yang dirasanya “tidak tahu aturan” dan mengganggu lajurnya. Umpatannya bukan sekedar mengumpat nggak jelas di balik setir namun berteriak sambil membuka kacanya! Hahaha. Saya hanya bisa tersenyum kecut kepada teman saya ketika sang supir melakukan hal tersebut. Sementara itu, penumpang lain yang tampaknya sudah lebih terbiasa, tampak tenang dan beberapa bahkan tertidur di dalam kendaraan yang melaju kencang tersebut. Wih, alih-alih tertidur, saya lebih memilih untuk melihat kanan dan kiri jalan sambil berpegangan kencang ke apapun yang bisa dipegang. Rasanya, terjaga jauh lebih melegakan daripada tidur.
Begitu melewati kota, seperti Tebing Tinggi, supir kembali tidak dapat memacu kendaraannya gila-gilaan. Apalagi banyak sekali razia yang dilakukan polisi dalam rangka menyonsong hari raya Idul Fitri. Memasuki kota, sang supir pun kembali mengenakan sabuk pengaman, yang akan dilepaskannya begitu keluar dari sebuah kota. Hahaha. Tercatat, hanya ada 6 area tempat sang supir mengencangkan sabuk pengamannya : Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Sei Rampah, Tebing Tinggi, Perbaungan, dan Pematang Siantar. Pemandangan di kota-kota yang dilalui tidak jauh ubahnya dengan Kota Medan. Hanya saja, tutupan lahannya lebih sedikit dan kami bertemu areal ladang yang luas diantara kota-kota yang kami lalui. Suhu udara cukup panas, maklum, kami masih berada di wilayah pesisir Sumatera Utara bagian timur. Wilayah ini didominasi oleh dataran rendah dan rawa-rawa. Nuansa Batak masih belum terasa disini, sebab Deli Serdang dan Serdang Bedagai adalah wilayah yang nuansa Melayu-nya masih cukup kental (walaupun masakan khas Batak seperti Babi Panggang Karo sudah mulai terlihat dimana-mana). Kurang lebih satu setengah jam menyusuri jalan lintas propinsi, kami berhenti di Pasar Bengkel, Perbaungan, Serdang Bedagai untuk beristirahat.

3 komentar:

  1. wah banyak ya nama daerah yang ditempuhnya :O
    pengen nyobain naek taksinya :D seru itumah kayaknya :P

    ReplyDelete
  2. @tiara: seru apanya? bikin jackpot mah iyaa.. haha

    ReplyDelete
  3. hahahaha...disini berlaku peribahasa : alon alon asal kelakon :p biar lambat asal selamat deh. hihihihi...kayak gini deh ga usah dicobain :p

    ReplyDelete