Nggak Usah Kuatir Menuju Cemoro Lawang, Ada Wagon!

Tujuan utama seorang turis atau backpacker melihat Bromo adalah untuk menyaksikan matahari terbit. Biasanya, selepas itu, mereka menyudahi kunjungan mereka di Bromo dan bergegas melanjutkan perjalanan ke kota lain. Walaupun ada sebagian kecil yang tetap tinggal dan beristirahat dalam arti sesungguhnya di Bromo (umumnya adalah wisatawan asing yang sudah agak berumur), namun pada umumnya orang akan menyudahi kunjungan begitu matahari terbit sudah disaksikan. Apabila anda termasuk dalam golongan mayoritas ini dan anda seorang backpacker, anda perlu banget memperhatikan informasi ini.
Rute Cemoro Lawang – Probolinggo dilayani oleh beberapa tipe kendaraan. Aneka macam mulai dari ojek, kijang, wagon, hingga bison melayani rute ini. Kali ini, saya membahas Wagon karena angkutan ini cukup praktis dibanding bison dan lebih terjadwal dibanding kijang carteran. Wagon sendiri adalah mobil minibus dengan bentuk agak mirip carry yang melayani rute Cemoro Lawang – Ngadisari – Sukapura – Probolinggo dan umumnya hanya melayani turis saja. Bison sendiri adalah mobil yang sangat besar dengan jumlah muatan yang banyak dan bisa diletakkan di atap kendaraan. Buat yang pernah menjelajah Pulau Timor, harusnya anda sudah mempunyai bayangan akan bentuk bison seperti apa. Nah, wagon ini memiliki interval tertentu dalam perjalanannya. Yang paling umum adalah interval 2 jam sehingga wagon yang berangkat pukul 10 pagi akan ditemui lagi pada pukul 12 siang. Jarak Cemoro Lawang – Probolinggo dapat ditempuh dalam 1 jam sehingga tidak setiap jam wagon bisa diandalkan. Untuk info terkini, anda sebaiknya bertanya pada hotel anda agar lebih akurat.
Yang menyenangkan, wagon ternyata melayani rute Probolinggo – Cemoro Lawang. Berhubung titik akhir dan awal wagon yang memang berada di Cemoro Lawang, maka dapat dipastikan akan selalu ada angkutan paling malam dari Probolinggo menuju Cemoro Lawang pada sore hari, baik ada atau tidak ada penumpang sama sekali. Info yang saya dapat, waktu tersore bagi keberangkatan wagon adalah pukul 5 sore dan akan tiba di Cemoro Lawang pada pukul 6. Setelah itu, wagon akan beristirahata di Cemoro Lawang. Keesokan paginya, Wagon akan mulai beroperasi pagi hari sekitar pukul 6, 8 dan seterusnya. Demikian juga dengan Probolinggo, ada keberangkatan wagon pada pukul 7, 9 dan seterusnya. Buat yang ketinggalan, nggak usah khawatir. Menunggu di travel agent tidak seberapa buruk toh? Harga tiket per orang dibanderol Rp. 35.000, jauh lebih murah dari semua angkutan omong kosong yang ditawarkan ke saya pada saat keberangkatan. Wagon ini tidak didapatkan di terminal. Anda harus sedikit berjalan kaki keluar dari terminal (Dengarkan saya, jangan pernah mencari angkutan Bromo di dalam terminal! Jangan pernah! Atau anda akan menyesal!) ke arah pintu gerbang kota dan bertemu dengan jejeran travel yang menyewakan kendaraan maupun memiliki jadwal wagon terorganisir.
Wagon sendiri akan berangkat begitu waktu sudah menunjukkan jam keberangkatan. Wagon tidak menunggu penuh namun mereka cukup aktif menjemput tamu-tamu yang menginap di hotel-hotel di Cemoro Lawang, Ngadisari dan Sukapura untuk turun menuju Probolinggo. Saya sendiri berhenti cukup lama di Ngadisari, Hotel Sion untuk menunggu semua penumpang jasa wagon keluar dan naik wagon. Perjalanan pulang yang saya lalui, sangat saya syukuri. Langit tidak hujan walaupun tidak bisa disebut cerah, juga. Awan tebal mendung jelas menggelayut rendah di sini gunung berbarengan dengan kabut yang hampir menutupi seluruh pandangan saya ke arah pegunungan. Selepas semua tamu dijemput, mulailah wagon bermanuver meliuk-liuk di jalanan turun menuju Probolinggo. Pemandangan yang tersaji cukup menarik seperti para petani memanen tanaman mereka, truk mengangkut sayur dan hasil bumi, tepi hutan dan kebun serta rumah-rumah penduduk. Walau demikian, pemandangan tersebut cukup bisa bikin saya ketiduran mengantuk juga. Akhirnya, saya tertidur cukup lama di jalur Ngadisari - Sukapura dan baru terbangun ketika sudah sampai Kota Probolinggo. Hubungi nomor telepon wagon Sinar Jaya di (0335) 430751 dan (0335) 7684114 atau di 081336811199. Pastikan, anda mendapat kepastian tempat untuk naik dan turun Bromo.

8 komentar:

  1. kalo saya perhatikan, gaya penulisanmu sedikit berubah mulai posting tentang Bromo ini. But two thumbs up, as usual :)

    ReplyDelete
  2. oya? dimana berubahnya Oom Brad? hehehe...mohon kritikannya donk :D

    ReplyDelete
  3. Gaya citizen journalism-nya mulai menguat di sini, jadi bukan lagi sekedar catatan perjalanan.

    Keep up the good work :D

    ReplyDelete
  4. waduh...berat bahasanya, Bro...hohoho....
    semoga ini perubahan yang ke arah lebih baik yach :D
    aminnn :)
    makasih ^^

    ReplyDelete
  5. diberkatilah engkau anak muda yg luar biasa! hehehe
    infonya sangat amat berguna banget, karena akhir bulan ini saya mau backpacking sendirian lintas jawa. destinasi pertamanya itu bromo dan saya masih ribet kumpulin data2 dan info menuju tempat itu.
    makasih banyak ya :)
    God bless you abudantly

    ReplyDelete
  6. Halo Mega :D
    sukses untuk perjalanan lintas Jawa-nya yach. Seoga berhasil dan kabari kalau sukses, ditunggu foto-fotonya yaaa ^^ terima kasih juga sudah mampir dan menjadikan saya salah satu sumber referensi perjalanan anda. Tuhan berkati dirimu abundantly juga :)
    Salam dan berkat untuk sepanjang perjalanan :)

    ReplyDelete
  7. Lomar, mau tanya lagi dong. Jadi intinya sebenernya kita bisa ya naik ke Cemoro Lawang engan Wagon dari Banyuangga? soalnya kalau baca kisah kamu yg akhirnya naik ojek itu, aku jadi ngeri juga nih. Soalnya aku perempuan trs sendirian lagi, pasti jadi sasaran empuk. Intinya mendingan aku segera keluar terminal dan cari wagon2 tersebut kan? aku berangkat hari jumat ini, jadi super deg-degan juga hahhaha tnx! :)

    ReplyDelete
  8. hahaha...iya, bisa koq. keluar dari Bayuangga, atau kalau perlu ga usah masuk terminal sama sekali. dari Bayuangga, ke arah kiri aja. telusuri jalannya :)

    ReplyDelete