Ambarita Yang Bersahaja

Berminat menyambangi Huta Siallagan di Ambarita? Memutuskan untuk berkunjung ke kampung ini demi menyaksikan sejarah yang berdarah-darah? Hihihi.
Dengan jarak sekitar 4 KM, Desa Ambarita nggak terlalu sukar dicapai ternyata. Menariknya lagi, Desa Ambarita terletak di jalur lintas utara perlintasan Tomok – Pangururan sehingga dilintasi kendaraan umum, dan tentunya mudah dicapai oleh kendaraan sewaan. Untuk mencapai Desa Ambarita, anda akan dijamu oleh pemandangan bukit-bukit cantik selepas Tomok dengan rumah-rumah yang jarang. Yang tersisa hanyalah sawah dan makam-makam yang tersebar di tepi jalan. Di salah satu tepi jalan, saya bahkan melihat tugu berbentuk pohon natal. Unik sekali. Jalan menuju Ambarita lurus tanpa ada belok-belok sama sekali. Sekali waktu, anda akan bertemu dengan plang besar bertuliskan “Selamat Datang Di Desa Ambarita”. Tak lama, jalanan mulai memadat dan bangunan muncul di kanan dan kiri jalan. Jalan utama ini juga berfungsi sebagai Pasar Ambarita. Nah, plang Batu Parsidangan ini terletak tidak jauh dari Pasar Ambarita ini. Dengan jalan kaki pun, Batu Parsidangan hanya berjarak 500 meter saja. Menariknya, jalan desa yang melintasi Batu Parsidangan dan Kampung Siallagan ini terhubung dengan Tuk-Tuk Siadong loch. Artinya, anda bisa saja memasuki Batu Parsidangan tanpa melintasi jalan lintas Samosir sama sekali dari arah Tuk-Tuk Siadong.
Di Desa Ambarita ini, ada satu kampung (huta) yang bernama Huta Siallagan. Sesuai dengan namanya, kampung ini dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Raja Siallagan. Sesuai dengan ciri khas masyarakat Batak kuno, kampung mereka umumnya dibatasi dengan tembok batu yang mengelilingi kampung. Tujuannya jelas, untuk melindungi kampung karena pada masa itu, antar kampung kerap berperang satu sama lain. Saya pernah mengunjungi Huta Siallagan ini pada tahun 2007 lampau dan saya menemukan tidak banyak perubahan berarti disini kecuali adanya tambahan hiasan janur yang mengelilingi tembok huta namun bukan permanen. Hmm...mungkin baru saja digelar perayaan kali yach? Monumen besar Paddiri Raja Siallagan dengan keturunannya pun masih berdiri tegak di tempat ini. Tugu ini terletak persis di depan huta.
Tulisan Huta Siallagan dengan ukiran gorga khas Batak menyambut anda di pintu gerbang Huta. Begitu masuk, anda akan segera disambut oleh seorang ibu penjaga loket tiket yang meminta anda untuk membayar retribusi seharga Rp. 2.000 per orang. Tidak lama, datanglah seorang pemandu wisata yang bisa membantu anda untuk mendalami cerita sejarah di Huta Siallagan ini. Pemandu tersebut akan membantu anda menjelaskan filosofi rumah adat Batak, kondisi bagian dalam rumah, Batu Parsidangan, dan sejarah serta keturunan Raja Siallagan. Kalau anda nggak berminat untuk menggunakan jasa pemandu wisata, dipersilahkan koq untuk menolak jasa mereka. Nah, Batu Parsidangan yang menjadi pusat dari Huta Siallagan ini persis berada di tengah-tengah kampung. Di sebelahnya, ada Pohon Hariara atau pohon hari ketujuh yang tumbuh besar dan melilit pelataran tempat kursi-kursi batu tersebut berada. Anda diharapkan tidak nekad untuk naik ke pelataran Batu Parsidangan tersebut karena dikhawatirkan situs bersejarah ini bisa rusak. Naik saja nggak boleh, apalagi didudukin! Biasa dech, namanya mau eksis, kadang-kadang pose foto tuh suka agak nyeleneh, termasuk duduk berpura-pura menjadi Raja Siallagan dan tetua adat pada jaman dahulu. Hehehehe. Adapun Pohon Hariara adalah pohon yang dianggap suci untuk masyarakat Batak Toba. Konon, sebelum didirikan sebuah kampung, pohon ini akan ditanam terlebih dahulu. Apabila pohon tersebut bertahan hidup dan berkembang selama 7 hari, maka daerah itu layak untuk didirikan sebuah kampung. Pohon Hariara ini selain berumur panjang, memiliki kelebihan tahan segala cuaca dan rindang sehingga sering dijadikan tempat berkumpul masyarakat, atau tempat mamele (pemujaan terhadap alam gaib).
Selain deretan Ruma dan Sopo Batak yang berjejer di kampung ini, Huta Siallagan memiliki makam-makam generasi berikutnya dari Raja Siallagan. Di bagian belakang kampung ini terdapat lokasi penyembelihan terdakwa atau penjahat masyarakat. Hingga kini, atraksi rekonstruksi ulang penyembelihan ini bisa disaksikan oleh wisatawan. Jangan kuatir, tempatnya nggak menyeramkan koq. Bahkan cenderung nyaman karena sudah ada deretan kursi panjang di tempat ini. Di bagian belakang tempat penyembelihan terdapat toko souvenir buat para wisatawan yang ingin berbelanja. Sayang, turis umumnya berkunjung hanya sejauh Tomok saja. Walaupun Ambarita masih memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi oleh para wisatawan dibanding Simanindo di utara sana (sekitar 15 KM jauhnya), namun keramaian turis tidak terlalu tampak di tempat ini.
Objek wisata Batu Parsidangan mungkin adalah objek wisata yang paling terkenal se-Ambarita. Adapun objek wisata lainnya seperti Bukit Getsemani di Sanggam dan Pantai Ambarita mungkin tidak menerima kunjungan wisatawan sebanyak Batu Parsidangan ini. Walaupun tidak banyak objek wisata, namun Ambarita sendiri tetap memikat untuk dijelajahi. Desa ini masih memiliki peri kehidupan yang masih cukup tradisional walaupun sebagian penduduknya telah bekerja pada bidang pariwisata. Terbukti, sektor pertanian tetap mendapat perhatian khusus disini. Menarik sekali melihat sawah yang berpadu dengan pantai Danau Toba yang sudah mirip laut karena ombaknya. Ya, Ambarita memang terletak di tepi pantai Danau Toba. Namun, pada beberapa sisi desa, anda tidak akan merasakan pantai tersebut sama sekali. Ya, rasakanlah kebersahajaan Ambarita di tanah lapangnya, di pasarnya, di sekolah, dan di tempat-tempat warga berkumpul.

2 komentar:

  1. waaah keren banget itu rumah tradisionalnya berderetan :O
    langitnya cerah pula :D
    eh btw tiket masuknya murah ya, apa itu sudah termasuk biaya tour guide ? ato beda lagi ?

    ReplyDelete
  2. hihihi...tempat yang sangat cuco buat dijadikan lokasi foto foto, abis itu narsis dan pajang di pesbuk. hihihi

    di foto terlihat cerah ya Tir? aslinya itu puanaassssss...hahahha...padahal masih pagi loh itu :p tiket masuknya murah karena berupa tiket doank. kalau biaya tour guide sih lain lagi. hehehe. tega amat si tour guide cuma dapat dua rebu :p

    ReplyDelete