Akhirnya…sampai juga saya di tempat legendaris ini. Selama bertahun-tahun, saya hanya mendengar namanya saja dan bermimpi serta berandai-andai bisa mengunjungi tempat ini suatu saat untuk bisa menikmati es krim yang konon katanya sangat enak itu. Akhirnya, di suatu hari minggu di
Waktu melihat gambarnya dahulu, saya membayangkan Toko Oen ini terletak di sebuah jalanan sepi, agak terletak di pinggir
ndiri, saya sadar bahwa saya salah seratus persen. Toko Oen tidak seperti yang saya bayangkan. Toko Oen ternyata terletak di sebuah pertigaan ramai, tepat hampir di jantung pusat
Sebuah papan nama bertuliskan “WELKOM IN MALANG Toko Oen Die Sinds 1930 Aan De Gasten Gezelligheid Geeft” menyambut saya di sisi yang tidak berhadapan dengan Katedral. Saya hanya bisa menebak-nebak, “Selamat Datang Di Malang Toko Oen berdiri sejak 1930” sisanya, nggak kebayang sama sekali. Entah dech kalau misalnya Gasten itu ada hubungannya dengan gastronomi atau perut yach? Hehe..maksa…kalau ada yang tahu mohon bantuannya yach.
Pintu masuk toko ini berada di sisi yang berhadapan dengan gereja. Mari kita masuk yuk.
Meja-meja bulat rendah berbalut kain kotak-kotak dikelilingi oleh kursi-kursi rotan santai yang rendah juga terlihat memenuhi ruangan besar tersebut. Di pojok ruangan, tulisan berbahasa Belanda tersebut tampak terpajang sebagai spanduk. Pilar-pilar ruangan besar tampak berdiri di beberapa sudut ruangan tersebut. Suasana interior ruangan tampaknya memang dipertahankan agar suasana jadul tetap terasa. Lampu-lampu natal dipasang di jendela dengan pendar yang berbeda-beda, lukisan-lukisan jadul Kota Malang jaman dulu terpasang di beberapa sudut ruangan, pintu-pintu berat dan besar dari kayu dengan arsitektur yang kuno semakin membuat saya merasa mundur beberapa puluh tahun silam.
Sayangnya, di luar
Cukup tentang interiornya, sekarang tentang makanannya.
Sayangnya, menurut saya untuk steak dan sosisnya, harganya kurang masuk akal. Harganya mencapai puluahn ribu untuk satu porsi makanan. Mungkin memang karena kualitas makanan Toko Oen yang tinggi sehingga harus dibayar dengan harga yang agak up-priced, namun buat saya yang berbudget-ria, agak sayang mengeluarkan uang sampai puluhan ribu rupiah untuk menikmati sepotong sosis atau steak di sebuah toko yang legendaris. Lagipula, toko Oen terkenal dengan es krim dan roti kuenya, begitu kilah saya…hehehe…
Kebanyakan, menu-menu di tempat ini ditulis dalam tiga bahasa,
Nah, karena saya nggak memesan roti, kue, sosis ataupun steak, akhirnya saya memesan es krim saja yang tentu disebabkan andalan dari toko ini adalah es krim (Jelas, di bagian depan toko ini ada tulisan “Toko Oen Ice Cream Palace Restaurant Patissier”). Sempat bingung juga memilih es krim yang akan saya makan padahal setiap es krim ada fotonya dan ada harganya (harganya berkisar antara Rp.20.000 ke atas-beberapa es krim ada yang berharga cukup mahal-). Akhirnya, saya sampai ‘menahan’ seorang mbak di meja kami agar kami bisa bertanya-tanya tentang jenis setiap es krim yang tersaji disini. Entah kenapa, kesan pertamanya sangat mengecewakan, walaupun product knwledge mbak ini bagus, tapi tampaknya ia kurang deksriptif dalam menjelaskan produk es krimnya dan satu hal lagi, kurang ramah. Ia menjelaskan dengan tampang datar dan muka sedikit memberenggut. Entah kenapa, mungkin karena ditawan itu tadi?
Cukup lama juga es krimnya datang (saya aja nggak inget memesan apa) dan setelah memakan, yah, untuk mengatakan hal yang sebenernya, cukup mengecewakan juga. Mengingat nama besarnya dan es krimnya yang tersohor, rasa es krimnya justru buat saya biasa saja. Entah saya salah memilih es krim atau memang ini hanyalah masalah selera namun buat saya, tidak ada yang spesial dari es krim yang saya makan. Jujur, saya saja tidak terlalu ingat dengan nama es krim yang saya makan. Mungkin karena saking tiada kesannya sama sekali yach? Yang saya ingat hanyalah rasa rum-nya cukup terasa di es krim saya. Antara gambar dan aslinya pun cukup berbeda. Rasanya, es krim saya tidak sebesar yang ada di gambar dech. Teman saya memesan es krim jagung yakni es krim dua scoop dengan bubur jagung di sekelilingnya. Menurutnya, rasanya biasa saja. Tidak ada yang spesial. Enak sih enak tapi ya itu, tidak ada yang spesial. Sekali lagi, mungkin ini masalah selera loch yach. (Roti dan cakenya pun cukup ‘biasa’ saja).
Yang menyenangkan, tempatnya cukup luas dan bisa untuk bercengkrama dengan teman-teman. Di sisi lain, ada beberapa anak muda yang makan es krim sambil membaca komik dan mendengarkan musik disini. Benar-benar suatu tempat yang bisa digunakan untuk santai dalam waktu panjang. Yang masuk di tempat ini pun kebanyakan orang-orang yang terlihat ‘berduit’. Cukup jelas, mengingat harganya, saya rasa agak sedikit memberatkan bagi pembeli dengan kemampuan ekonomi yang agak ‘di bawah’.
Itu sedikit cerita saya mengenai Toko Oen yang sangat terkenal dan tersohor itu. Yang jelas, kunjungan ke Oen adalah sangat wajib kalau ke Kota Malang. Belum ke
hmmm ini toch tempat yg ada di NG Traveller kemaren..mantabbbb
ReplyDeletewaktu di jogja sempat nostalgia ke tiptop di jln mangkubumi. aku pesannya tutti frutti. ternyata juga ga kayak dulu ya..sayang...
ReplyDelete@Anno : oya? sampai masuk NGT? hehehe....
ReplyDelete@Cie : Tiptop ada di Jogja juga? yang aku tahu malahan di Kesawan, Medan. Pelayannya pakai baju Melayu Deli, *sampai ngajak foto bareng loch* hihihi..... es krimnya memang unik dan ga bisa disamakan sama es krim pabrikan...:)
waktu aq pesen tutti fruity di oen mlg, enak koq mas. hmm ngiler wes. serviceNya juga oke koq. mgkn wkt hari itu anda kurang beruntung, si mbaknya lg PMS kali.hihi
ReplyDeletemungkin kali yach. Mbaknya lagi PMS, makanya bikinnya kurang enak rasanya....hihihi
ReplyDeletesalam kenal :D