Toko Oen Yang Legendaris Itu

Akhirnya…sampai juga saya di tempat legendaris ini. Selama bertahun-tahun, saya hanya mendengar namanya saja dan bermimpi serta berandai-andai bisa mengunjungi tempat ini suatu saat untuk bisa menikmati es krim yang konon katanya sangat enak itu. Akhirnya, di suatu hari minggu di Kota Malang, saya melewati Toko Oen ini dan memutuskan untuk evening tea di toko ini. *yihaaaaaa*Sekilas buat yang belum tau atau bahkan belum pernah dengar tentang Toko Oen. Toko Oen adalah toko legendaris di Kota Malang (Eh, katanya di Semarang juga ada Toko Oen yach?). Toko ini sudah ada semenjak jaman penjajahan Belanda (terlihat sangat jelas dari arsitektur bangunannya). Toko ini sangat khas dalam menjual roti, kue dan es krim, cemilan favorit para njonja dan meneer pada jaman dahulu. Hingga kini, toko ini tetap setia menjual berbagai produk roti, kue, es krim dan kini produk yang dijualnya bertambah ragam dengan adanya souvenir khas Malang mulai dari cemilan keripik hingga kartu pos dan pernak-pernik lainnya.

Waktu melihat gambarnya dahulu, saya membayangkan Toko Oen ini terletak di sebuah jalanan sepi, agak terletak di pinggir kota dengan pemandangan sawah di sekelilingnya. Rural area, dalam bahasa Geografinya. Ketika saya melihat toko ini dengan mata kepala saya se

ndiri, saya sadar bahwa saya salah seratus persen. Toko Oen tidak seperti yang saya bayangkan. Toko Oen ternyata terletak di sebuah pertigaan ramai, tepat hampir di jantung pusat kota! Toko Oen ini terletak persis di depan Katedral Kota Malang. Di depannya, kendaraan berseliweran tak henti-henti memenuhi jalanan yang lebar tersebut. Saya sampai mengalami sedikit kesulitan ketika ingin menyebrang jalan. Tidak ada pemandangan sawah sama sekali. Hanya ada kendaraan roda dua maupun empat berlalu lalang berseliweran. Jalan yang hiruk pikuk.

Sebuah papan nama bertuliskan “WELKOM IN MALANG Toko Oen Die Sinds 1930 Aan De Gasten Gezelligheid Geeft” menyambut saya di sisi yang tidak berhadapan dengan Katedral. Saya hanya bisa menebak-nebak, “Selamat Datang Di Malang Toko Oen berdiri sejak 1930” sisanya, nggak kebayang sama sekali. Entah dech kalau misalnya Gasten itu ada hubungannya dengan gastronomi atau perut yach? Hehe..maksa…kalau ada yang tahu mohon bantuannya yach.

Pintu masuk toko ini berada di sisi yang berhadapan dengan gereja. Mari kita masuk yuk.
Meja-meja bulat rendah berbalut kain kotak-kotak dikelilingi oleh kursi-kursi rotan santai yang rendah juga terlihat memenuhi ruangan besar tersebut. Di pojok ruangan, tulisan berbahasa Belanda tersebut tampak terpajang sebagai spanduk. Pilar-pilar ruangan besar tampak berdiri di beberapa sudut ruangan tersebut. Suasana interior ruangan tampaknya memang dipertahankan agar suasana jadul tetap terasa. Lampu-lampu natal dipasang di jendela dengan pendar yang berbeda-beda, lukisan-lukisan jadul Kota Malang jaman dulu terpasang di beberapa sudut ruangan, pintu-pintu berat dan besar dari kayu dengan arsitektur yang kuno semakin membuat saya merasa mundur beberapa puluh tahun silam.

Sayangnya, di luar sana kendaraan berseliweran dan di dalam, para manusianya asik berlaptop ria, ber-BB-ria dan mendengarkan music dari portable music player sambil membaca komik. Serasa kembali dihempaskan ke masa sekarang. Hohoho…
Cukup tentang interiornya, sekarang tentang makanannya. Ada satu etalase yang memajang makanan roti dan kue. Hampir semua yang terlihat begitu menarik dan menggoda apalagi ditunjang dengan harga per porsi yang tidak terlalu mahal. Untuk satu potong kue(cake) berkisar antara Rp. 10.000an dan untuk roti berkisar antara Rp. 6.000an. cukup murah. Sambil menunggu pesanan datang, anda bisa icip-icip roti dan kue yang ada disini walaupun saran saya adalah jangan karena dijamin, anda akan kekenyangan karena lapar mata untuk mencicipi roti dan kue-kue ini. Dijamin, anda nggak bisa mencicip main course yang ada di toko ini. Untuk main course, Toko Oen menyediakan berbagai hidangan a la Belanda seperti steak dan sosis.

Sayangnya, menurut saya untuk steak dan sosisnya, harganya kurang masuk akal. Harganya mencapai puluahn ribu untuk satu porsi makanan. Mungkin memang karena kualitas makanan Toko Oen yang tinggi sehingga harus dibayar dengan harga yang agak up-priced, namun buat saya yang berbudget-ria, agak sayang mengeluarkan uang sampai puluhan ribu rupiah untuk menikmati sepotong sosis atau steak di sebuah toko yang legendaris. Lagipula, toko Oen terkenal dengan es krim dan roti kuenya, begitu kilah saya…hehehe…

Kebanyakan, menu-menu di tempat ini ditulis dalam tiga bahasa, Inggris, Indonesia dan Belanda. Nggak heran, tempat ini dipenuhi oleh orang-orang yang saya yakin, berasal dari negara di Eropa yang bahasa utamanya bukan Inggris. Saya sempat menduga orang-orang ini adalah warga Belanda, Jerman, Belgia atau Denmark (melihat perawakannya). Sayang, saya tidak berkenalan juga dengan mereka jadi tidak tahu mereka berasal darimana. Memang, selain turis lokal, pengunjung Toko Oen ini kebanyakan adalah warga asing ya itu tadi, kebanyakan adalah turis Eropa. Mungkin mengenang masa-masa nenek moyang mereka berkuasa disini kali yach? Secara tidak langsung, mereka memang memiliki kekerabatan dekat dengan Indonesia jadinya.

Nah, karena saya nggak memesan roti, kue, sosis ataupun steak, akhirnya saya memesan es krim saja yang tentu disebabkan andalan dari toko ini adalah es krim (Jelas, di bagian depan toko ini ada tulisan “Toko Oen Ice Cream Palace Restaurant Patissier”). Sempat bingung juga memilih es krim yang akan saya makan padahal setiap es krim ada fotonya dan ada harganya (harganya berkisar antara Rp.20.000 ke atas-beberapa es krim ada yang berharga cukup mahal-). Akhirnya, saya sampai ‘menahan’ seorang mbak di meja kami agar kami bisa bertanya-tanya tentang jenis setiap es krim yang tersaji disini. Entah kenapa, kesan pertamanya sangat mengecewakan, walaupun product knwledge mbak ini bagus, tapi tampaknya ia kurang deksriptif dalam menjelaskan produk es krimnya dan satu hal lagi, kurang ramah. Ia menjelaskan dengan tampang datar dan muka sedikit memberenggut. Entah kenapa, mungkin karena ditawan itu tadi?

Cukup lama juga es krimnya datang (saya aja nggak inget memesan apa) dan setelah memakan, yah, untuk mengatakan hal yang sebenernya, cukup mengecewakan juga. Mengingat nama besarnya dan es krimnya yang tersohor, rasa es krimnya justru buat saya biasa saja. Entah saya salah memilih es krim atau memang ini hanyalah masalah selera namun buat saya, tidak ada yang spesial dari es krim yang saya makan. Jujur, saya saja tidak terlalu ingat dengan nama es krim yang saya makan. Mungkin karena saking tiada kesannya sama sekali yach? Yang saya ingat hanyalah rasa rum-nya cukup terasa di es krim saya. Antara gambar dan aslinya pun cukup berbeda. Rasanya, es krim saya tidak sebesar yang ada di gambar dech. Teman saya memesan es krim jagung yakni es krim dua scoop dengan bubur jagung di sekelilingnya. Menurutnya, rasanya biasa saja. Tidak ada yang spesial. Enak sih enak tapi ya itu, tidak ada yang spesial. Sekali lagi, mungkin ini masalah selera loch yach. (Roti dan cakenya pun cukup ‘biasa’ saja).

Yang menyenangkan, tempatnya cukup luas dan bisa untuk bercengkrama dengan teman-teman. Di sisi lain, ada beberapa anak muda yang makan es krim sambil membaca komik dan mendengarkan musik disini. Benar-benar suatu tempat yang bisa digunakan untuk santai dalam waktu panjang. Yang masuk di tempat ini pun kebanyakan orang-orang yang terlihat ‘berduit’. Cukup jelas, mengingat harganya, saya rasa agak sedikit memberatkan bagi pembeli dengan kemampuan ekonomi yang agak ‘di bawah’.
Itu sedikit cerita saya mengenai Toko Oen yang sangat terkenal dan tersohor itu. Yang jelas, kunjungan ke Oen adalah sangat wajib kalau ke Kota Malang. Belum ke Malang kalau belum icip-icip Oen. Sedikit saran, cobalah mengikuti saran pramusaji seperti misalnya ketika si mbak menyarankan “Oen Special” yang justru tidak kami turuti karena bentuk es krimnya yang agak biasa. Hmm.. mungkin rasa dan bentuk tidak selalu berkaitan kali yach disini?


5 komentar:

  1. hmmm ini toch tempat yg ada di NG Traveller kemaren..mantabbbb

    ReplyDelete
  2. waktu di jogja sempat nostalgia ke tiptop di jln mangkubumi. aku pesannya tutti frutti. ternyata juga ga kayak dulu ya..sayang...

    ReplyDelete
  3. @Anno : oya? sampai masuk NGT? hehehe....

    @Cie : Tiptop ada di Jogja juga? yang aku tahu malahan di Kesawan, Medan. Pelayannya pakai baju Melayu Deli, *sampai ngajak foto bareng loch* hihihi..... es krimnya memang unik dan ga bisa disamakan sama es krim pabrikan...:)

    ReplyDelete
  4. waktu aq pesen tutti fruity di oen mlg, enak koq mas. hmm ngiler wes. serviceNya juga oke koq. mgkn wkt hari itu anda kurang beruntung, si mbaknya lg PMS kali.hihi

    ReplyDelete
  5. mungkin kali yach. Mbaknya lagi PMS, makanya bikinnya kurang enak rasanya....hihihi

    salam kenal :D

    ReplyDelete