Jembatan Merah identik dengan Surabaya. Tapi, dimana tepatnya lokasi jembatan ini? Kalau kita sering lihat acara dokumentasi perjalanan atau liputan jalan-jalan, jembatan merah ini menjadi ikon dimana penyiar atau peliput berada. Jadi, dimana lokasi jembatan merah ini?
Jembatan merah ini berada di Surabaya Utara, wilayah yang pada waktu itu menjadi cikal bakal pembentukan kota Surabaya tua. Pada jaman kolonialisme dahulu, banyak kota-kota di pesisir terbangun dari wilayah utara baru kemudian menyebar ke bawah, ke arah selatan. Jakarta dan Semarang adalah contoh lain dari kasus ini. Nah, di bagian Surabaya yang ini, mata anda akan terpuaskan oleh banyaknya bangunan tua bergaya kolonialisme yang menyebar di berbagai titik kemanapun anda memandang. Sedikit banyak, gaya kolonialisme ini berpadu dengan gaya pecinan karena di ujung jembatan merah ini terdapat kya-kya (yang artinya jalan-jalan).
Jembatan ini memang secara fisik warnanya merah. Di jembatan inilah terjadi peristiwa sejarah tewasnya Brig. Jend. Mallaby (sekutu) pada tanggal 30 Oktober 2009. Peristiwa ini memicu dikeluarkannya ultimatum dari sekutu pada 9 November 1945 agar Indonesia meletakkan senjata selambat-lambatnya pada 10 November 1945. Tidak mau meletakkan senjatanya dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan, akhirnya Surabaya digempur habis-habisan oleh sekutu. Tahu donk, 10 November tuh hari apa? Hari Pahlawan! Karena perjuangan rakyat Indonesia di Surabaya dalam melawan sekutu dan penjajah, maka 10 November 1945 dinobatkan menjadi Hari Pahlawan. Pada tanggal ini juga terjadi perobekan warna biru dari bendera merah putih biru di Hotel Yamato (Hotel Oranje) di Tunjungan. Merahnya jembatan ini bukan karena darah para pejuang yang gugur di wilayah ini. Jembatan ini dahulunya sudah berwarna merah semenjak jaman kerajaan Mataram. Kini, jembatan yang dahulunya kayu tersebut telah diubah pinggirannya menjadi besi pada tahun 1980 dengan tetap mempertahankan warna merahnya.
Wilayah ini memang dikenal sebagai kota lama-nya Surabaya. Jalan utama yang membelah wilayah ini adalah Jalan Rajawali. Nah, di ujung jalan Rajawali terdapat Jembatan Merah yang langsung terhubung dengan Kya-Kya, kawasan pecinan kota lama. Tepat di sisi utara Jembatan Merah terdapat Jembatan Merah Plaza, sejenis pusat perbelanjaan dan monument Jembatan Merah dengan bentuk seperti kobaran api berwarna merah. Wilayah sekitar Jembatan Merah ini sangat ramai dan agak berantakan. Tukang becak dan angkot banyak mendominasi wilayah ini. Mendekati jembatan merah, keramaian semakin menjadi-jadi. Hamper setiap langkah saya selalu ditawari oleh bapak becak yang menawarkan jasanya. Kalau bicara jujur, jembatan ini tidak terlalu istimewa kecuali berkat kehadiran plaza dan Monumen Jembatan Merah. Sudah cukup rasanya bisa melintas di atas jembatan ini. Sayangnya, saya banyak menerima nasehat agar banyak berhati-hati di sekitar jembatan ini. Cukup banyak pencopet dan tindak kejahatan yang terjadi di sekitar wilayah ini. Berhati-hati adalah nasehat yang bijak untuk diberikan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment