Tersebutlah di salah satu sudut jalan yang hampir sejajar dengan Tunjungan Plaza, plus sedikit tanya-tanya sana sini, akhirnya saya menemukan Hotel Majapahit. Kembali ke masa silam, Hotel ini dahulu pernah dikenal sebagai Hotel Oranje (Hotel Yamato) , hotel tempat para pejuang kemerdekaan naik ke puncak menara dan merobek warna biru dari bendera Belanda. Kalau anda ingat-ingat pelajaran sejarah pada saat sekolah dasar, anda mungkin teringat kembali akan peristiwa ini. Peristiwa ini terjadi karena Belanda yang nekad menaikkan bendera merah putih biru di hotel ini. Rakyat (pemuda) yang marah pada saat itu ramai-ramai turun ke jalan dan memanjat puncak menara hotel untuk merobek warna biru dari bendera Belanda. Sejak saat itu, bendera Indonesia, Sang Saka Dwi Warna Merah Putih terus berkibar di Bumi Indonesia hingga saat ini. Tulisan akan peristiwa tersebut terekam jelas dan terdeskripsikan dengan jelas di salah satu dinding hotel. Saya, yang memang tidak menginap di hotel ini dan hanya melewatinya saja menyempatkan diri untuk membaca kisah sejarah tersebut. Karena alasan tersebut, hotel tersebut merupakan benda cagar budaya yang bentuknya masih dipertahankan hingga saat ini. Padahal, kalau dilihat dari bangunan dan ukurannya, nuansa jadul dan ukuran yang kecil sangat membayang-bayangi hotel ini. Namun, tampaknya disitulah letak kelebihan dan keunggulan hotel ini. Nilai sejarah yang dikandungnya serta nuansa kolonialisme yang membuat hotel ini berbeda.
Hotel ini pernah terkenal dengan sebutan Hotel Mandarin Majapahit selama masih dipegang manajemennya oleh Mandarin Oriental grup. Sekarang, hotel ini bernama Hotel Majapahit saja. Nuansa jaman dahulu masih sangat terasa terlihat mulai dari eksterior bangunan, bentuk menara, lampu, serta tiang lampu taman yang banyak terdapat di halaman hotel. Hotel ini jelas merupakan salah satu objek wisata wajib kunjung saat anda bermain-main ke Surabaya. Hotel ini bisa dicapai dengan mudah kalau anda berjalan kaki dari arah Tunjungan. Namun, kalau anda menaiki kendaraan bermotor, anda perlu tahu bahwa jalanan di depan hotel ini adalah jalan satu arah. Artinya, anda harus memutar terlebih dahulu baru bisa mencapai jalana satu arah di depan hotel ini.Hingga kini, hotel ini kerap dijadikan simbol atau ikon Surabaya sebagai Kota Pahlawan selain lambang Sura dan Baya yang paling populer. Keberanian arek-arek Surabaya pada masa itu dalam mempertahankan kemerdekaan (19 September 1945) dan pidato pengobaran semangat Bung Tomo pada 10 Oktober secara tidak langsung menjadikan Surabaya sebagai Kota Pahlawan dengan puncak menara Hotel Majapahit ini dijadikan simbolnya.
Berikut adalah tulisan yang muncul di dinding Hotel Majapahit. Pada tanggal 19 September 1945…. Ketika melihat bendera merah-putih-biru berkibar kembali di Hotel Oranye (Yamato Hotel). Kemarahan rakyat dan pemuda-pemuda di Surabaya tidak tertahan lagi. Dengan serempak rakyat bergerak suasana menjadi panas,. Jalan Tunjungan menjadi lautan manusia yang bergelora….
Terjadilah….Insiden bendera, fajar permulaan meletusnya api revolusi, karena rakyat hanya menghendaki supaya Sang Dwi-Warna Merah-Putih saja yang berkibar di angkasa Indonesia. Sedang si tiga-warna harus turun….
Kemudian…berkibarlah Sang Dwi Warna hingga detik sekarang dan untuk seterusnya sebagai lambang kemegahan dan kejayaan Nusa dan Bangsa Indonesia.
Potongan kalimat dalam prasasti batu di dinding luar hotel tersebut yang menarik turis untuk mengunjungi hotel ini, termasuk saya. Walaupun Hotel Majapahit adalah hotel yang cukup up-priced, namun ukurannya tidak terlalu lebar. Tentu, ini karena mempertahankan nilai sejarah yang dikandungnya. Kalau punya budget lebih, boleh dech cobain tidur di hotel yang sarat nilai historis ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment