Kalau pada saat kedatangan saya menumpang bus untuk mencapai Malang dari Surabaya, maka untuk pulangnya saya mencoba jalur alternatif, kereta api. Mengapa saya sampai memilih kereta api dibandingkan bus lagi tentunya ada beberapa pertimbangan donk! Kondisi saya saat itu membawa tas ransel (yang dari awal memang sudah berat) ditambah dengan dua buah kardus untuk makanan oleh-oleh. *depeleh...depeleh.....* Stasiun letaknya tepat di tengah kota, berbeda dengan Terminal Arjosari (tempat dimana ada bus yang akan membawa saya kembali ke Surabaya) yang terletak di daerah pinggir kota utara, daerah Belimbing. Opsi naik dari stasiun sangat menggiurkan saya banget donk secara stasiun deket banget dari pusat kota! Perlu dicermati, kereta nggak setiap jam ada. Untuk kereta Malang Express Bisnis, kereta hanya berangkat dua kali dari Malang menuju Surabaya pada jam 05.10 – 07.24 dan 13.15 – 15.27. sebaliknya, dari Surabaya, Malang Express Bisnis berangkat pada jam 10.00 – 12.17 dan 17.00 – 19.10. harga tiket Malang Express bisnis adalah Rp. 15.000 per orang. Kereta termewah yang berangkat dari Malang menuju Surabaya dalah Malang Express Bisnis ini. Ada lagi jenis kereta Panataran Ekonomi yang harganya Rp. 4.500 dengan jam keberangkatan interval 2-3 jam mulai dari jam 4.35 pagi sampai 18.45. Kalau anda mementingkan kenyamanan dan keamanan, rasa-rasanya bayar tiket agak mahalan sedikit (walaupun kereta bisnis pun tidak memiliki ac, namun hanya kipas angin) nggak jadi masalah. Saran saya, naik kereta Malang Express Bisnis. Ada jaminan dapat tempat duduk pokoknya.
Buat yang bingung, beli tiket bisnis agak berbeda dengan tiket ekonomi loch. Begitu anda masuk dalam ruang utama stasiun, anda hanya bisa beli tiket ekonomi disini. Tiket kelas bisnis hanya bisa dibeli di bagian reservasi, di bagian samping bangunan utama. Pertama juga bingung, namun mbak-mbak yang agak pelit informasi ini akhirnya menjelaskan dengan malas bahwa beli tiket bisnis di sebelah, bagian reservasi.
Nah, sama seperti naik pesawat, sebaiknya tiba di stasiun sebelum waktu keberangkatan. Memang, aturannya nggak terlalu ketat seperti bandara, tiba setengah jam pun masih sempat koq. Keretanya sendiri bergerak ontime. Tepat pukul 13.15 lebih sedikit, kereta Malang Express itu berjalan. Jangan lupa beli makanan dan keripik-keripik di toko-toko di stasiun (lumayan loch, dua jam di dalam kereta). Harganya cukup murah loch, misalnya keripik apel 80 gram sekitar Rp. 11.000. Lumayan khan? Bisa juga sich anda beli makanan di dalam kereta (soalnya di dalam kereta ada penjualan nasi goreng dan jus-jusan yang diedarkan oleh petugas kereta api) tapi ingat, keripik dan jajanan pasar hanya ada di toko-toko di sekitar stasiun saja.
Kereta panas nggak masalah karena begitu bergerak, angin akan berhembus masuk ke dalam kereta dan lumayan bikin adem. Apalagi nanti perjalanan akan melintasi banyak daerah di atas pegunungan, teriknya matahari nggak terlalu berpengaruh rasanya. Dalam perjalanan, kereta akan berhenti di beberapa stasiun. Stasiun yang saya ingat antara lain Blimbing, Singosari, Lawang, Bangil, Sidoarjo, Wonokromo dan tentu saja Gubeng. Untuk jarak yang demikian pendek, kereta ini berhenti di terlalu banyak tempat menurut saya. Namun, berhubung saya tidak dikejar waktu, rasanya asik-asik saja menikmati berhentinya kereta ini di beberapa stasiun. Kereta ini juga melewati beberapa titik namun tidak berhenti di stasiun tersebut, sebut saja Tanggulangin yang hanya dilewati begitu saja. Dalam perjalanan, anda akan disuguhkan banyak sekali pemandangan yang menarik. Buat saya, menariknya perjalanan ini dimulai dari Malang hingga ke Bangil. Sepanjang rute ini, anda akan melihat sawah, ladang, pepohonan kapuk randu, pegunungan, sungai dan macam-macam bentang alam walaupun tidak terlalu menyegarkan (dan menyejukkan). Buat saya, pemandangan ini cukup menarik, apalagi ketika melewati Lawang, titik tertinggi dari perjalanan kereta ini. Di Lawang, anda bisa melihat atap-atap rumah penduduk dari atas dipadu dengan pemandangan gunung di kejauhan.
Pemandangan menarik lainnya berada di antara Bangil dan Sidoarjo. Lumpur Lapindo Porong yang terkenal tersebut terlihat lebih jelas ketika kita menaiki kereta api dibandingkan dengan bus. Kereta yang saya tumpangi berada tepat di sisi bibir tanggul-tanggul penahan lumpur tersebut. Apabila dahulu ada berita mengenai rel kereta api yang tergeser atau rusak karena lumpur dan harus dipindahkan, mungkin rel kereta yang berada di wilayah ini maksudnya. Walau posisi saya sangat dekat dengan tanggul, saya masih kesulitan melihat semburan lumpurnya. Saya hanya dapat melihat tanggul-tanggulnya.
Selepas Bangil, anda pasti merasakan panas yang saya rasakan. Ya, ketika hampir memasuki wilayah perkotaan, sejuknya hawa pegunungan di daerah Malang tidak terasa lagi. Yang tersisa hanyalah panas dan gerah. Saya sudah tidak sabar untuk segera mandi dan membersihkan badan dari keringat yang membuat tubuh lengket. Kondisi ini diperparah dengan merokoknya ibu-ibu dan bapak-bapak yang duduk di depan saya. Ya, berhubung keretanya bukan kereta ac, merokok tampaknya masih jadi hal yang lumrah dan biasa bagi mereka. Jangan heran, ada ac aja masih merokok, apalagi gak ac kayak gini?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah murah ya harga kereta nya...cuman 15 rb yg bisnis...
ReplyDeletetp kok foto interior kereta nya gak ada mar???penasaran liat dalam nya.
kl gw dl pernah naik kereta dr Jogja menuju Mojokerto dan dari Solo menuju Jogja...cuman 2 kali aja pengalaman gw naik kereta api...seru banget sih,,,, banyak yg dilihat...ada ibu2 yg jual ayam goreng, yg ayam nya banyak bgt..tp agak jorok secara gak pake penutup, jd kayaknya ayamnya gak higienis...
haha...believe me, interiornya ga menraik buat difoto, malah penuh sama orang2 merokok, malah jadi sebel guenya :(
ReplyDeleteooo...sempet naek prameks juga? hihihi...itu seru tuh, cuma 7.500 kalo gak salah yah. murah meriah! tapi gue gak ketemu tuh sama yg jual ayam goreng secara prameksnya rame banged....empet2an...hehehe...lo gak nyoba ayamnya kan nas? :-SS