Kembali Ke Gubeng (Surabaya..Surabaya..Oh Surabaya)

Gubeng adalah salah satu stasiun di Kota Surabaya yang lokasinya paling sentral, setidaknya itu menurut saya. Apa pasal? Kalau anda nggak punya waktu banyak untuk melihat-lihat Surabaya, maka saran saya hanya satu : menginaplah di dekat Jalan Suryo dan sekitarnya sebab di seputaran tempat ini, anda bisa menikmati sepotong kecil Surabaya. Walaupun kecil, namun kalau anda sudah ke tempat ini, rasanya sudah bisa dikatakan cukup sah bahwa anda sudah sampai Surabaya. Nah, Gubeng sendiri terletak di sudut perpanjangan jalan ini. Benar-benar sentral dech. Mau kemana saja gampang.
Surabaya sebenarnya memiliki beberapa buah stasiun, namun stasiun yang terletak cukup dekat dengan pusat kota hanyalah Stasiun Gubeng dan Stasiun Kota. Buat saya, seputaran Stasiun Kota agak miskin dengan atraksi atau tempat yang bisa dilihat, jadi saya lebih suka Gubeng sebagai tempat pendaratan saya.
Seperti yang sudah saya dengar sebelum dan sesudahnya tentang Surabaya. Surabaya adalah kota yang keras. Waspadalah terhadap tindak kejahatan di kota ini. Tingkat kriminalitasnya nomor dua setelah Jakarta. Masalah klasik yang dihadapi kota besar pada umumnya adalah masalah kesejahteraan masyarakatnya yang biasa berujung pada kejahatan. Oleh karena itu, selepas anda keluar Gubeng dan ketika anda berjalan-jalan di pusat kota, selalu waspada terhadap barang bawaan anda. Begitu kurang lebih kata-kata orang yang sudah pernah ke Surabaya dan berniat memeringatkan saya. Terima kasih sebelumnya atas peringatannya. Jadi, saya bisa memastikan posisi dompet dan kamera saya dengan hati-hati. Tapi mungkin saya nggak simpen kamera kali yach? Kalau saya simpen, foto-foto untuk blog ini bagaimana donk? Nggak ada foto kah? Saya sangat berharap bahwa kesan-kesan orang lain tentang Surabaya adalah salah. Saya masih mendambakan Surabaya yang baik hati dan tidak sombong :)
Saya turun dari kereta Malang – Surabaya di saat hari menjelang sore. Kejutan pertama yang saya dapat akan stasiun Gubeng adalah backsound. Stasiun ini memutar lagu instrumental Surabaya sebagai pengiring saat para penumpang keluar dai kereta untuk menuju peron kedatangan. Surabaya…Surabaya…Oh Surabaya….Surabaya memang kota yang panas. Hawa segar yang saya rasakan ketika di Malang, Singosari, hingga Lawang, langsung hilang begitu saya mencapai Sidoarjo, apalagi Surabaya. Panas! Saya bergegas keluar bergabung bersama para penumpang lainnya untuk keluar dari stasiun dan mencari angkutan yang akan membawa saya ke selatan stasiun. Seperti saran saya sebelumnya, pilihlah hotel yang tidak begitu jauh dari Gubeng. Alhasil, kalau anda punya waktu untuk berjalan-jalan dalam keterbatasan, boleh coba berjalan menyusuri jalan raya dari Gubeng hingga hotel anda.
Begitu keluar dari stasiun, anda akan dihadang terlebih dahulu oleh sebuah papan informasi yang menjelaskan tentang trayek angkutan umum yang dapat anda gunakan selama berada di Kota Surabaya. Alternatif lainnya, seperti yang tertulis di papan tersebut adalah taksi dan becak. Oh yach, Surabaya masih memiliki becak yang dapat mengantarkan anda untuk melintasi rute-rute tertentu (di luar jalan raya utama). Buat yang praktis dan romantis, becak bisa menjadi pilihan.
Nah, senantiasa mirip seperti terminal kedatangan apapun di Indonesia, mulai dari terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan hingga bandara, akan ada sejumlah Cak yang menyerbu anda untuk menawarkan jasa pengantaran, taksi, hingga carter kendaraan. Maaf, saya tolak habis semuanya karena saya tahu, hotel saya dekat dan saya sudah melakukan reservasi. Kendalanya hanya satu, walaupun dekat, agak mustahil saya berjalan kaki sambil membawa segerombolan barang di kanan dan kiri saya di tengah teriknya sonar matahari sore yang masih memancar pekat. Alhasil, saya memilih naik becak. Kalau persewaan mobil dan taksi maupun ojek banyak ditemukan di dalam stasiun, becak bisa ditemukan di luar wilayah stasiun. Saya mendapat informasi tentang tempat mangkal becak justru dari para supir yang saya tolak tersebut. Sambil menyelam minum air. Sabil menolak, saya sudah berhasil mematahkan stigma tentang orang Surabaya yang keras. Tidak sesuai dengan stigma tersebut, mereka ternyata ramah dan informatif. Oh yah, becak yang akan mengantarkan saya bertarif fleksibel tergantung jauh dekatnya jarak. Untuk jarak Gubeng – Hotel Olympic yang tidak terlalu jauh, saya menawar Rp. 10.000. harga ini saya dapatkan dengan menawar a lot sebab dengan harga Rp. 15.000 saya bisa mendapatkan tempat di taksi untuk mengantarkan saya dengan lebih cepat bahkan! Becak memang memiliki kekurangan berupa akses jalurnya yang tidak sebebas kendaraan bermotor lainnya. Ia harus melintasi jalur non-protokol di kota ini. Agak termarjinalkan jadinya. Jadi, kami melintasi daerah tepian jalan protokol dan agak muter-muter dikit. Hanya saja, ketika melintasi (sedikit) tanjakan, si Cak langsung terengos-engos mendorong becak. Kasihan saya melihatnya. Sebagai jerih payahnya, saya menambahkan Rp. 5.000 lagi karena telah mengantarkan saya ke Hotel Olympic. Kebebasan sepenuhnya tergantung kepada anda untuk memilih jasa angkutan yang tersedia. Dan, Selamat Datang Kembali di Surabaya!

2 komentar:

  1. Akhirnya muncul jg ttg surabaya :) oh,saya banget nget tu,baik hati n tdk sombong,cuma sedikit jutek wkwkwkwk...Wahhh saya dulu nyampe gubeng (entah gubeng,ntah stasiun kota) malam ...naik KRL dr stasiun sepanjang. Dan ketika itu naik taxi ke hotel berhubung badan dah tepar dgn sukses ,Kayaknya pilihan murah taxi bluebird... Gak nepu2 tu... tapi emg asikan becak,waktu itu kami ketemu segerombolan turis asia yg muter2 naik becak rame2...kalo malam enak...gak panas :) (Http://advanture.wordpress.com)

    ReplyDelete
  2. kekekee.....rajin menabung juga pastinya yach? :P
    wah, stasiun mana yah? yang jelas Gubeng dan Kota sama sama dilewati kereta mayoritas sih yach. binun juga eike. tapi kalau Jeung Hen deket sama Tugu Pahlawan, mungkin di Kota kali yah. kalau deket Kebun Binatang, harusnya Gubeng. Naik becak sore-sore tetep aja panas...kesian pula si Cak penarik, udah tua tapi masih berusaha ngayuh becaknya

    ReplyDelete