Awalnya saya sudah menyerah. Nggak mungkin lah ada tempat makan yang ramah di kantung saya di tempat seperti ini. Sudah memutari hampir seluruh bagian Galaxy Mall dan tidak melihat adanya satupun restoran atau tempat makan, bahkan di foodcourt sekalipun yang murah meriah. Sudahlah, makan siangnya di luar saja. Jangan buang-buang uang disini, begitu pikir saya.Nggak salah juga sich, mulai dari restoran-restoran mahal yang terdapat di bundaran utama, hingga food court, tidak ada satupun yang menarik minat dan menggugah selera saya. Apalagi food court, makanannya terlihat biasa saja untuk saya namun dengan harga yang mencengangkan. Buru-buru saya melenggang keluar dari tempat ini. Pendapat tersebut langsung berubah ketika saya melihat ada sebuah restoran yang terletak menggantung di atas balkon, tepat di deretan lorong restoran The Dining Town. Restoran tersebut mengusung gaya Jawa namun sepi. Nggak papa dech, yuk, mari kita coba lihat saja.
Saya harus berjalan mencari elevator lagi untuk bisa naik ke balkon nanggung tersebut. Restoran tersebut berada di ujung. Kalau nggak jadi gimana nich? Tengsin nggak yach kalau balik lagi? Hehehe…tapi keingintahuan saya lebih besar daripada rasa malu saya. Cuek aja ah, pikir saya. Restoran tersebut bernama Selasar Pitoe dengan arsitektur Jawa campuran yang cukup kental. Interiornya bagus menurut saya. Terus terang, ini sudah bikin saya jiper duluan dan sudah nggak minat lagi untuk melihat daftar menu. Beberapa sangkar burung dari rotan tergantung di langit-langit walaupun tanpa burung. Payung-payung kertas tergantung di langit-langit berpadu dengan kipas tangan besar tertempel di dinding. Piring-piring keramik ditanamkan ke tembok membuat interior menjadi sedikit banyak bercampur dengan Cina keturunan. Lampu kuno dan lukisan-lukisan tua terpajang di pilar-pilar utama membuat suasana Jawa Kuno semakin mengental di tempat ini. Tidak lupa, kerai bambu dan pinggiran atap khas Joglo membingkai tempat ini. Satu lagi, kursi yang digunakan bukan sekedar kursi plastik murah tapi kursi kayu hitam dengan ukiran yang mengingatkan saya akan kebudayaan Jawa Pesisiran. Gimana nggak jiper sama interior kayak gini? Pasti mahal dech...hiks...saya menatap dompet saya dengan sendu.
Kejutan terjadi waktu saya mengintip buku menu yang terpajang di pintu masuk Waroeng Selasar Pitoe ini. JRENG! Loch? Koq...Harga makanannya ramah di kantong saya yach? Sekilas, beberapa produk makanan yang saya lihat hanya berharga Rp. 10.000an saja. Aneka minuman pun berada di bawah harga Rp. 10.000. makanan utama yang tersaji di tempat ini sudah tentu makanan Indonesia dengan keistimewaan masakan Jawa tentunya. Lebih spesifik lagi, mayoritas makanan di tempat ini adalah makanan khas Jawa Timur. Tiba-tiba, dengan sangat herannya, perut berteriak-teriak minta diisi dan kaki pun menurut, memasuki restoran ini. Aneka kejutan datang silih berganti di tempat ini. Ketika kami masuk, seorang Mas berpakaian seragam yang bagus dan rapih dan tetap bercorak Jawa datang menghampiri kami dan mempersilahkan kami duduk. Berhubung masih pagi, kami satu-satunya pengunjung di restoran ini. Untuk ukuran makanan dengan harga yang cukup terjangkau. Sepintas, kualitas pelayanan di tempat ini mendekati sempurna. Sempurna! Mas yang tadi mempersilahkan kami duduk bersiap mencatat pesanan kami. Banyak menu-menu aneh dan menarik yang ada di buku menu. Tentu, ini nggak disia-siakan oleh saya untuk mempelajari banyak jenis makanan khas Jawa Timur. Saya pun bertanya tentang aneka jenis makanan yang ada di buku menu dan Mas tersebut mampu menjawab berbagai pertanyaan saya, tetap dengan senyum! Sempurna sekali lagi! Product knowledge Mas ini sangat bagus. Ia bisa menjelaskan dengan detail menu yang terpampang di buku menu, mulai dari kandungannya hingga kemungkinan cita rasanya. Mas tersebut juga pandai menyarankan kami untuk memilih menu-menu favorit di restoran ini. Untuk makan siang saya memesan nasi tahu telur yang menjadi khas Jawa Timur, tahu pong, dan es mangga. Teman saya memesan es kacang dan nasi tahu telur juga. Untuk makanan pembuka dan pembangkit selera, saya memesan bakwan jagung. Kalau melihat menu-menu yang ada, ditambah dengan murahnya harga dan perut yang sedang menari Ludruk sambil bernyanyi Tanduk Madjeng, rasanya saya ingin memesan semua makanan di buku menu ini. Hehehe…
Sambil menunggu, tentu kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk berfoto dan mengamati sekeliling. Ternyata, di atas meja yang saya tempati, ada sejumlah makanan kecil dalam keranjang yang bisa menjadi makanan pembuka sebelum menyantap hidangan utama. Makanan pembuka tersebut antara lain berupa aneka keripik dan kerupuk. Sambil nunggu, boleh banget nich nyobain kerupuk-keripik mini yang ada. Bagusnya lagi, makanan yang saya pesan tidak menunggu lama. Mereka cukup pintar untuk menyajikan bakwan jagung dan tahu pong di awal sebelum berlanjut pada makanan berat. Bakwan jagungnya memang sedikit terlihat ‘hitam’ tapi rasanya enak. Saya sendiri belum pernah makan tahu pong tapi saya jadi tahu bahwa tahu pong ternyata tidak berasa apapun sama sekali. Tahu pong disajikan dengan sambal berwarna coklat kehitaman yang rasanya cenderung manis. Tahu pong enak dimakan saat hangat-hangat.
Akhirnya, makanan utama yang saya tunggu datang! Saya sudah penasaran ingin mencoba tahu telor yang asli dimasak di Surabaya, tanah asal makanan ini, bukan yang dimasak di Jakarta atau kota lainnya. Aslinya, tahu telor sendiri cukup digado tanpa disertai nasi. Namun, karena ingin emndapatkan kepuasan lebih, saya memesan nasi yang dipadu dengan tahu telor. Oh yach, tahu telor sendiri adalah tahu yang digoreng bersama dengan telur yang dikocok lepas, kemudian diberi bumbu kacang dan ditaburi tauge yang banyak setelah itu ditimbun dengan kerupuk merah. Buat saya, bagian paling enak dari tahu telor adalah bumbunya! Menurut saya juga, tahu telor di Selasar Pitoe ini enak! Wajib coba. Hehehe…
Minuman sekaligus sebagai makanan pencuci mulut saya adalah es mangga. Baru kali ini saya meminum minuman yang segar dan enak seperti ini. Jadi, potongan mangga disusun dalam gelas, diberi sirup manis bening dan es. Rasa dan bau mangganya sangat segar dan manis. Pas banget diminum di kala siang hari bolong yang panas. Duh, saya rindu es mangga ini jadinya…
Berhubung tadinya saya sudah melihat buku menu terlebih dahulu, saya jadi punya perkiraan. Berapa kira-kira harga yang harus saya bayar untuk makan disini. Untuk berdua, saya kurang lebih menghabiskan Rp. 60.000an saja. Cukup murah yach dibandingkan dengan kepuasan yang kita dapat dengan memesan aneka jenis makanan dan minuman. Sampai saat-saat terakhir pun, pegawai Waroeng Selasar Pitoe ini tetap ramah dan supel. Mereka bisa diajak ngobrol untuk ditanya-tanya tentang restoran ini atau makanan yang terhidang. Pada saat kunjungan, kartu HSBC sedang mengadakan promosi 25% setiap pembelanjaan minimal Rp. 150.000. buset, ngasih makan berapa orang tuh yach sampai habis Rp. 150.000? makan sampai kenyang dan puas saja hanya sekitar RP. 30.000 per orang disini.
Seusai makan siang, saya menyempatkan diri untuk berfoto-foto di depan warung ini. Ada sebuah patung petruk yang membawakan buku menu berada tepat di depan restoran ini. Yang menariknya lagi, ada semacam whiteboard yang berisi foto-foto dan testimoni para artis dan figur publik yang menyempatkan diri untuk makan di Waroeng Selasar Pitoe ini. Nama-namanya nggak usah saya sebut kali yach, anda bisa memeriksanya sendiri kalau anda berkunjung ke Waroeng Selasar Pitoe di Galaxy Mall, Surabaya ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kayaknya enak...tahu pong penasaran euy rasanya gmn,disini ada jg yg jual,cuma pas mo beli...dia sdh gak jualan lg...*gigit jari* (advanture )
ReplyDeleteTahu Pong rasanya hambar >.<
ReplyDeletehampir ga ada rasanya. bumbu yang digunakan malah mirip bumbu rujak manisan mangga. agak aneh rasanya makan tahu yang digoreng renyah sama sambal begitu. tentu, ini bukan makanan favorit saya :(