Becak Makassar kecil! Saya saja yang badannya nggak besar dan masih masuk dalam kategori kurus, sudah merasa ngepas sekali. Becak masih dapat ditemukan di senatero Kota Makassar bahkan di pusat kota. Dan untuk saya yang pernah merasakan becak berukuran besar, becak di Makassar rasanya kecil sekali kapasitasnya. Apa kaki saya yang sudah kepanjangan yach?hehe..
Bentuk fisik becaknya sich biasa saja dengan becak yang pernah kita lihat dimanapun, beroda tiga, lengkap dengan atap dan umumnya dicat warna-warni sesuai dan sekehendak sang pemilik becak. Perbedaannya hanya terletak pada kapasitasnya yang lebih terbatas dibandingkan becak yang umum ditemui di Jawa, misalnya. Walau kecil, becak-becak ini jago bermanuver di jalan raya maupun di jalan-jalan kecil sekalipun. Saya saja sampai takut kalau becaknya tumpah. Bukan apa-apa, selain rasa sakit yang pasti mendera, rasa malunya itu loch kalau si becak sampai tumpah di jalanan. Hahaha…langsung pengen lenyap ditelan bumi. Dijamin, pasti jadi tontonan orang banyak. Mana tas ransel saya gede lagi! mending buru-buru kabur aja dech dari TKP.
Tawar menawar becak dilakukan sebelum naik becak. Umumnya, mereka mematok harga yang tinggi untuk muka-muka yang terlihat seperti pendatang, misalnya saya. Contoh saja, dari depan Fort Rotterdam sampai Terminal central (sekitar 2 KM) harga yang harus dibayar ialah Rp. 15.000! Saya sewot dan karena merasa dekat, saya tawar menjadi Rp. 5.000 saja. Maklum dech, saya ngerasa jarak segitu bukan apa-apa dan masih bisa ditempuh dengan jalan kaki koq. Sayangnya, saya memang keasyikan ngobrol di Pelabuhan Kahyangan sehingga kesiangan. Saya masih harus mengejar Pete-Pete yang mau menuju ke Bantimurung. Akhirnya, setelah nego dengan alot dan menggunakan skenario pergi, si abang becak menyetujui harga RP. 7.000. Yah, cukup adil lah mengingat daripada kepanggang, mendingan saya ngadem di dalam becak barang 5-10 menit saja. Hehehe….Abang becak disini banyak dan bisa ditemukan dimana saja. Umumnya, anda akan bertemu mereka dalam keadaan tidak beroperasi. Mereka duduk-duduk atau tiduran santai di dalam becak mereka sambil mengobrol atau makan. Mungkin inilah cara mereka menikmati hidup kali yach? Kalau anda memiliki waktu luang atau lagi males naik angkot(Pete-Pete), becak bisa menjadi alternatif. Memang lebih mahal tapi kan lebih privat. Lagipula angin sepoi-sepoi yang mendera wajah saya ternyata mengasyikkan. Hehehe…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mungkin supaya banyak becak yg dipake...wah,kalo bawa keluarga mungkin hrs sewa dua becak kali yah, berarti ongkos extra..(advanture)
ReplyDeleteTRING!!!! ahaaaa
ReplyDeletejangan2 ini jawabannya! biar kalau rame2, jadi banyak becak yang disewa...hehehe,....ongkos bertambah deh...wekekek...
ya iya dong, akyu gituh...manajer keuangan keluarga, semua yg berhubungan dgn budget msk dalam sel2 kelabuku...kikikikkkk *pdhal mah pelit*
ReplyDeletehehehe...sel sel kelabu tuh alam bawah sadar yach maksudnya? wakakak...
ReplyDeletekalo kata hercule poirot (agatha christie)...otak tuh sel kelabu...pdhal sel otakku merah...hihi
ReplyDeletewedeh....bacaannya Agatha Christie ternyata :D
ReplyDeleteseru cerita becaknya :)
ReplyDelete