Menikmati waktu-waktu sisa terakhir di Surabaya, sehabis makan es krim Zangrandi yang super enak dan membahagiakan tersebut, saya berjalan ke arah utara, ke arah Balai Kota Surabaya. Ada satu buah monumen yang menghadang di tengah-tengah jalan raya yang menarik perhatian saya. Monumen tersebut bersinar cukup terang karena disinari cahaya super terang dari lampu-lampu taman di sekelilingnya. Selain itu, taman yang ada di sekeliling monumen juga dipenuhi oleh penduduk lokal yang bersantai sehingga suasana menjadi ramai. Saya mencoba menyebrang di sudut Jalan Yos Sudarso yang super ramai dan pengemudi kendaraan Surabaya yang agak sukar mengenal istilah ‘ngèrém’. Bunyi klakson segera bersahutan di udara karena saya menyebrang jalan kecil tersebut demi mencapai monumen.
Tampaknya, hampir semua monumen, gedung, atau apapun yang memiliki nilai historik di Surabaya akan selalu diusahakan untuk dikaitkan dengan tanggal 10 November, misalnya hari peresmian bangunan pada 10 November. Tentu, hal ini tidak lepas jauh dari julukan kota ini yakni Kota Pahlawan. Seperti monumen yang saya kunjungi ini, Monumen Panglima Besar Djendral Soedirman Di Surabaya, diresmikan pada tanggal 10 November 1970 oleh presiden kala itu, Soeharto. Patung Panglima Besar Djendral Soedirman ini berdiri tegap seperti yang pernah kita lihat dalam buku-buku sejarah. Beliau mengenakan kopiah, tongkat dan sepatu boot. Hebatnya penata kota ini adalah adanya ruangan yang disisakan untuk dibuat menjadi taman di sekitar patung ini. Mulai dari bagian depan patung (patung tersebut membelakangi Balai Kota Surabaya dan menghadap ke arah Tugu Bambu Runcing) hingga wilayah di seberang Balai Kota, semuanya ditata dengan tanaman taman dan pelataran kecil. Berkat adanya taman dan pelataran kecil tersebut, warga kota banyak yang bersantai di tempat ini walau malam hari (cahaya lampu kekuningan yang menyinari patung ini lumayan terang untuk menyinari sekitar). Ada sepasang muda-mudi yang berpacaran dan meminta saya untuk memfotokan mereka, ada sepasang ibu dan bapak beserta anaknya yang melihat-lihat patung dan beberapa orang lagi yang duduk bersantai di sekitar patung. Suasana di sekitar patung cukup ramai dengan keberadaan masyarakat sekitar yang melewatkan malam (walaupun dingin) di tempat ini.
Pada bagian pedestal patung, di salah satu sisinya terdapat kata-kata mutiara Panglima Besar Djendral Soedirman yang mengobarkan semangat perjuangan pantang menyerah untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.kalau ada waktu, sempatkan sedikit berjalan kaki ke utara untuk melihat Balai Kota Surabaya yang cantik di kala malam hari. Dengan tema Sparkling Surabaya, balai kota ini bersinar dan beriklan terutama dengan lampu hias yang menunjukkan kata “Sparkling Surabaya”. Sayang, Balai Kota bukan tempat umum dan lagipula sudah malam, jadi keindahan balai kota hanya bisa disaksikan dari depannya saja. Yuk, jangan lama-lama disini. Bisa-bisa masuk angin dan makan debu jalanan…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment