Aksara Makassar Yang Unik

Sejalan dengan otonomi daerah, banyak wilayah yang memang pada dasarnya memiliki kebudayaan kuat, berusaha menonjolkan kebudayaannya tersebut. Salah satu ciri yang umum ditonjolkan adalah kebudayaan lokal dalam bentuk aksara. Contoh paling jelas dalam penerapan aksara ini adalah di rambu penunjuk nama jalan raya. Nama jalan dalam bahasa Indonesia berada di bagian atas dan di bawahnya tercantum nama jalan asli dalam aksara setempat.
Makassar memiliki aksaranya sendiri, banyak dipakai pada jaman Kerajaan Gowa-Tallo. Selain Makassar, ada sejumlah daerah yang saya amati memiliki aksara yang ditonjolkan lewat nama jalan, misalnya Bali, Yogyakarta dan Pangkal Pinang. Ini menjadi unik, sebab aksara Makassar berbentuk siku seperti tanda staccato dalam musik (^) maupun kebalikannya dan variasi dari keduanya. Penulisan nama jalan dalam aksara setempat ini hanya berlaku di Makassar saja. Saya tidak melihat adanya upaya serupa dari pemda daerah lain di Sulawesi Selatan. Entah mungkin saya tidak melihatnya atau bisa jadi aksara yang digunakan sudah berbeda atau daerah lain tidak memiliki kekhasan aksara atau bagaimana yach mungkin ada sebab lain? Soalnya di Makassar sendiri, tidak semua jalan diberikan aksara Makassar di bagian bawahnya. Saya hanya bertemu aksara Makassar di seputaran pusat kota saja.

4 komentar:

  1. aksara lontara ya namanya klu ga salah..

    ReplyDelete
  2. hehehe...aku malah ga tau namanya....:">

    maap....

    kenapa Lontara Cie? ada hubungannya dengan Lontar?

    ReplyDelete
  3. Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi..

    Salam kenal dari Makassar...
    saefuddinmuslimin.blogspot.com

    ReplyDelete
  4. Halo Saudara Saefuddin Muslimin

    Salam kenal dan salam sejahtera :)

    Terima kasih untuk infonya yang mendetail akan Aksara Lontara ini :) Pengetahuan saya jadi bertambah nich. Mudah-mudahan pembaca lain banyak yang terbantu yach :D

    Terima kasih

    ReplyDelete