Museum La Galigo Di Dalam Fort Rotterdam

Museum La Galigo ini adalah Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan. Museum La Galigo ini berada di dalam kompleks Benteng Rotterdam di Makassar. Lumayan toh, sekali rengkuh, dua tiga pulau terlampaui. Penggunaan nama La Galigo itu sendiri bukan tanpa alasan. La Galigo sendiri adalah epik terpanjang di dunia. Epik ini sebagian besar berbentuk pusi yang ditulis dalam bahasa Bugis Kuno. Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading, seorang pelaut, pahlawan dan perantau yang berani dan yang hidup di wilayah Sulawesi Selatan kala itu. Namun demikian, epik ini bukanlah cerita sejarah karena isinya banyak mengandung mitos dan peristiwa luar biasa. Walau begitu, epik ini tetap memberikan gambaran kebudayaan Bugis kala itu. I La Galigo sendiri adalah anak dari Sawerigading. Nama Sawerigading dan La Galigo ini terkenal hampir di seluruh daratan Sulawesi. Penggunaan nama La Galigo lainnya selain nama museum adalah nama jalan raya.
Museum La Galigo ini buka setiap hari bahkan hingga hari libur (biasanya, museum kan tutup di hari senin ya toh?) dari pukul 8.00 – 16.00 WITA. Sayang, penggunaan kamera di dalam museum harus mendapatkan izin terlebih dahulu. Pada saat saya memotert bagian luarnya saja, saya seperti mendapat perasaan bahwa saya diawasi oleh penjaga loketnya. Jadi nggak nyaman. Ada pula beberapa aturan yang wajib ditaati seperti dilarang menyentuh koleksi. Aturan ini cukup wajar mengingat benda koleksi adalah barang sejarah yang bernilai tinggi.
Museum ini terbagi menjadi dua lokasi loh. Satu di sisi utara benteng dan satu lagi di sisi selatan benteng. Barang-barang yang dipajang antara lain benda-benda keramik seperti guci, piring dan mangkuk porselen Cina, aneka perhiasan termasuk kalung-kalungan dan aneka literatur klasik maupun modern tentang berbagai hal yang ada di Sulawesi Selatan. Beberapa literatur tersebut tampak masih mengulas kebudayaan wilayah Sulawesi Selatan yang sekarang mekar menjadi Sulawesi Barat. Literatur tentang Sande, perahu Mandar, dan Bendi di wilayah Polewali dan Mamasa. Literatur lain yang dapat ditemui antara lain info tentang tenunan Bira, Erong Toraja, komunitas Bissu dan benteng Fort Rotterdam serta perkembangan Kerajaan Gowa-Tallo.
Tiket masuk museum seperti biasa ya cukup murah yach. Untuk dewasa hanya Rp. 3.000 dan anak-anak Rp. 2.000 saja. Pada waktu kedatangan saya, banyak anak-anak sekolah yang memadati museum ini. Mungkin untuk tugas sekolah kali yach? Seperti halnya museum-museum di Indonesia yang kita kenal. Museum satu ini tidak lepas dari nuansa gelap, kurang terurus dan konsep yang tidak menarik. Keterbatasan dana pengembangan dan operasional mungkin menjadi salah satu penyebab kondisi museum seperti ini. Wajar saja, harga tiket masuknya saja hanya Rp. 2.000 hingga Rp. 3.000 saja. Kalau mau ngomong kasar, satu piring nasi plus lauk pauk saja lebih mahal dari pada tiket masuk museum. Sayang sekali, mengingat banyak informasi yang ada di museum ini sebenarnya bisa berguna lebih kalau lebih diinformasikan. Saya tertarik sekali akan literatur tentang Sulawesi Selatan tersebut. Namun sayangnya, tidak ada yang menjaga etalase tentang literatur ini sehingga saya tidak bisa bertanya pada seorangpun. Yah…ini pekerjaan rumah dinas pariwisata yang, menurut saya, masih sangat panjang untuk menjadikan seluruh museum-museum di Indonesia menarik dan ramai dikunjungi. Terlebih tahun ini, tahun 2010 yang merupakan Tahun Kunjungan Museum.

6 komentar:

  1. si museum ada bawah tanahnya loh..nyimpan koleksi guci2, keramik2, dll

    ReplyDelete
  2. ohyah? waduh...aku gak masuk sich yah jadi ga tau...thanks buat infonya Cie :D

    ReplyDelete
  3. yup bener tuh, sebenarnya banyak hal yg bs dipelajari dr masa lampau. banyak manfaat yg bs dipetik dr kehdpan di masa lalu. cuman sayangnya, museum2 cenderung terkesan "dingin", kaku, dan tdk menarik sehingga jarang ada yg tertarik berkunjung ke museum.(advanture)

    ReplyDelete
  4. yup...hehe...sayang nuansanya kaku. tapi baru2 ini aku baca Museum Purbakala Sangiran. liat sepintas fotonya sih kayaknya bagus dan modern yah. jadi pengen ke Sragen...hehe

    ReplyDelete
  5. boleh..boleh, ntar kita kesana yak...siapkan ajah ticket pp, akyu PASTI dgn senang hati menemanimu...wkwkwk

    ReplyDelete
  6. hyakakakak...ampunnnnnn Bu...nyerah saya...XD

    ReplyDelete