Setelah sekian lama hanya bisa menginginkan saja, tanpa bisa merasakan, akhirnya kali ini saya naik kereta api! Yippie! Senangnya hati ini. Entah mengapa, saya selalu menganggap kereta api adalah transportasi yang paling seksi, romantis dan sendu. Suara dentingan bel yang menandakan bahwa kereta akan segera berangkat selalu menggetarkan lubuk hati saya. Anda boleh bilang bahwa saya cengeng, berlebihan, atau bahkan gila. Yang jelas, nuansa serupa tidak akan pernah saya dapatkan ketika saya menaiki pesawat terbang atau bus umum. Saya malah menemukan suasana terburu-buru dan rusuh ketika melakukan check in dengan pesawat terbang. Tidak ada suasana perpisahan yang nyata di bandara. Saya jadi teringat ketika beberapa kali mengantarkan saudara atau teman di stasiun kereta,. Suasananya sungguh beda! Saya merasa terharu, pedih, seakan-akan teman atau saudara kita itu akan pergi jauh (padahal masih di seputaran Pulau Jawa). Suasana keramaian stasiun kereta api, orang-orangnya, kebersahajaannya, romantismenya, dan bunyi dentang gerbong ketika terbanting selalu menarik hati saya. Apabila transit dengan pesawat terbang, saya pasti akan merasakan mual yang tidak perlu. Menyebalkan. Proses take off maupun landing yang berlebihan membuat saya merasakan sensasi tidak enak. Hal berbeda terjadi di kereta api. Setiap berhentinya kereta api selalu menggambarkan hal yang khas. Misalnya, suasana berhentinya kereta di Cirebon, Pekalongan, Semarang, atau Purwokerto pasti masing-masing berbeda. Tidak pernah sama.
Ketika kali ini saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi pernikahan teman di Kudus, saya merasa gembira bisa kembali lagi berkesempatan menggunakan kereta api sebagai sarana transportasinya. Memang, kini harga tiket kereta api terutama kelas eksekutif sudah cukup tinggi, terkadang bahkan menyamai harga pesawat terbang. Kondisi demikian membuat perjalanan dengan kereta api tidak menarik bagi sebagian orang. Sebagian orang memilih jalur cepat dengan pesawat terbang. Namun, bagi saya yang kebetulan waktu liburannya cukup panjang, saya bersedia menggunakan kereta api dan berlama-lama serta tidur di dalam gerbong. Tidur di dalam gerbong kereta juga merupakan seni tersendiri, menurut saya. Walaupun tidak bisa nyenyak 100%, namun ada kenikmatan tersendiri ketika saya tidur. Yang jelas, saya bahkan tidak bisa tidur karena terlalu gembira bisa bertualang dan menaiki kereta api.
Tujuan utama perjalanan saya kali ini adalah Kudus, kota di semenanjung timur laut Jawa Tengah. Saya bermaksud untuk mengunjungi pernikahan teman karib saya disana. Sayang, Kudus tidak dilintasi jalur kereta api. Oleh karena itu saya memutuskan untuk turun di Semarang untuk kemudian berganti angkutan bus umum guna mencapai Kudus. Untuk keberangkatan, saya memilih untuk menaiki Argo Anggrek, kereta api jurusan Jakarta Gambir – Surabaya Pasarturi yang akan berhenti di Semarang Tawang. Kereta Argo Anggrek ini akan melintasi jalur utara dan hanya berhenti di kota-kota besar saja seperti Cirebon, Pekalongan, Semarang Tawang, Cepu dan Surabaya Pasarturi sebagai tujuan akhir. Harga tiketnya Rp. 190.000 dan kereta berangkat pukul 21.30 tepat. Buat anda yang belum pernah naik kereta api eksekutif, cobain dech sekali-kali. Walaupun jarak tempuhnya cukup panjang (misal : Jakarta – Semarang yang bisa ditempuh dalam 55 menit perjalanan pesawat terbang, harus ditempuh kereta api dalam waktu 8-10 jam) tapi kenikmatan duduk di kelas eksekutif tidak bisa dibandingkan dengan pesawat kelas ekonomi. Yang jelas, kursi yang kita gunakan adalah kursi reclining sehingga bisa direbahkan asal tidak mengganggu orang belakang. Untungnya, jarak santara satu kursi dengan kursi di depan/belakangnya cukup lebar, memungkinkan kita untuk merebahkan kursi dengan cukup leluasa. Kursi di depan kita juga mempunyai pijakan kaki yang bisa distel. Tak lupa, tersedia bantal kecil dan selimut untuk membungkus tubuh di kala malam. Bagi yang butuh energi listrik, di bagian dinding kereta di setiap kursi ada stopkontak loch. Menarik yach? Barang bagasibisa diletakkan di bagian bawah sementara barang berharga saya kepit di sebelah saya dan saya balut dengah selimut. Aman! Malam hari bisa menjadi sangat dingin di dalam kereta api. Oleh karena itu, jangan lupakan jaket dan yang terpenting kaus kaki untuk menjaga kaki anda tetap hangat sepanjang malam. Entah yach, soalnya saya merasa udara dingin justru tersebar merata di bagian bawah kaki. Walau memiliki televisi, namun siaran televisinya kebanyakan berupa acara musik pop Indonesia. Menjelang tengah malam (saat saya sudah mulai mengantuk), siarannya berganti menjadi film action. Selepas tengah malam (saya terbangun sekilas), saya mendapati televisinya sudah berlayar biru. Tidak ada siaran lagi. Mungkin ini waktunya untuk beristirahat kali yach? Karena sistem tempat duduk di kereta memiliki nomor, maka anda tidak bisa dengan mudahnya bertukar tempat duduk. Duduklah sesuai dengan nomor kursi anda. Untuk memberikan kesan baik, mengobrollah ringan dengan orang di sebelah anda.
Satu hal yang perlu anda tahu, makanan dan minuman tidak tersedia gratis di dalam kereta api. Semua ada harganya. Dulu, makanan memang menjadi satu paket tiket perjalanan. Namun sekarang, makanan dijual terpisah dari tiket. Makanan yang mereka tawarakn tidak termasuk dalam harga tiket. Jangan terkecoh. Walaupun harganya tidak seberapa, namun pastinya ada sedikit rasa kesal begitu kita mendapati sebuah tagihan dikirimkan ke tempat duduk kita. Ooo...ternyata nasi goreng dan jus jeruk yang saya makan tadi tidak gratis, rupanya. Bertanya dahulu jauh lebih baik. Bertanyalah kepada petugas yang membagikan, apakah makanan ini gratis atau bayar. Menjelang pagi (tepatnya menjelang subuh), siap-siaplah dibangunkan karena seluruh selimut dan bantal akan ditarik dari peredaran. Untuk anda yang termasuk penikmat tidur, bersiap-siaplah hak anda terampas. Hehehe...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Yups aku jg ngerasa gt mar kl naik kereta api, seru,sahdu en sedikit sentimentil. Apalag kl jalan jauh,sampe hrs tdr dikereta...kok kayaknya benar2 merasa seperti lima sekawan sdg berpetualang, trio detektif sdg menyelidik...dan sebangsanyalah..
ReplyDeletekamu mesti cobain naik kereta ekonomi Jkt-Jogja spt yg aku rasakan tahun 2008 silam. Itu sensasinya beda lagi :)
ReplyDeleteBut enlightening. Seriously.
info aja. pemegang ktp seumur hidup dapat diskon 20persen. dengan menyerahkan fotokopi ktp waktu beli tiket kereta
ReplyDeleteNaik kereta api sensasinya tidak bisa digantikan dengan moda angkutan lain. Sayang Parahyangan sudah almarhum. Tut..tut..tuut....
ReplyDeleteSalam kenal kak lomar,
ReplyDeleteaku nemu blog ini dua hari yg lalu, setelah baca beberapa cerita, I'm permanently hooked. biasanya orang lain bangga kalo bisa wisata ke luar negri, tp kak lomar malah pingin wisata dari sabang sampai merauke.
Bulan oktober nanti saya mau ke Bunaken, semoga bisa lihat2 tempat2 lain juga.
cheers
@Jeung Henny : sayang di Kalimantan tidak ada kereta yach mbak'e? katanya sedang dijajaki untuk dibuat yach?
ReplyDelete@Brad : hihihi...berdasarkan rekomendasi yang banyak sampai di telinga saya, saya malah sangat sangat tidak disarankan untuk naik ekonomi untuk perjalanan sejauh itu. Hihihi...ntar dech kalau lagi gak musim liburan atau mudik, mungkin saya berniat mencobanya :D. *mungkin lebih enak naik keretanya siang siang kali yach, jadi nggak usah tidur dan sambil liat pemandangan* hehehe....
@Cie : oya? hmm...sayang, ktpku belum seumur hidup. hihihi...ortuku malah jarang naik kereta. hehehe...coba ada kerja sama dengan kartu kredit yach...hehehe...pasti menarik :D
@Pak Osu : Salam kenal Pak! :) iyah, serius, sensasinya tidak bisa disamakan dengan moda transportasi lain! Saya suka keromantisannya. hehehe...sedihnya, saya malah belum sempat mencoba Parahyangan, padahal sudah almarhum...hiks hiks...
@Vigor : Salam kenal dan terima kasih sudah menyempatkan datang :)
Terima kasih untuk pujiannya loch *jadi terharu* hehehe.waaaa...mau ke Bunaken? selamat yach! ditunggu ceritanya. Saya sendiri belum sempat kesana *dan pengen banget* hehehe...