Inilah puncak dari kunjungan anda selama berada di Sulawesi Selatan. Setelah melihat pantai dan pulau-pulau yang cantik, makanan yang eksotis, dunia kupu-kupu, lokasi pembuatan kapal Phinisi, berlayar di atas Danau Tempe dan melihat kelelawar, anda wajib datang ke Tana Toraja. Tana Toraja adalah salah satu bangsa dengan kebudayaan unik tiada duanya di dunia. Orang Tana Toraja terkenal akan kebudayaan dan ritual kematiannya. Pesta kematian mendapat posisi cukup penting dalam masyarakat Toraja disamping perayaan lainnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk menyelenggarakan satu pesta, banyak kerbau disembelih untuk memberikan jamuan kepada para tamu. Pestanya sendiri dapat dilangsungkan hingga berhari-hari lamanya. Tempat meletakkan jenazah itu sendiri umumnya di batu cadas, atau di erong, peti mati khas Toraja. Sebagai representasi mereka yang telah meninggal, dibuatlah Tau-Tau, boneka yang mirip dengan orang aslinya yang diletakkan di dekat kuburan mereka.
Rumah adat Toraja yang bernama Tongkonan dengan bentuk seperti kapal juga merupakan daya tarik Tana Toraja. Selain rumah, Tana Toraja memiliki tari-tarian adat yang menarik, pesta selain kematian, situs penguburan, seni ukiran dan tenunan, dan bentang alam yang menarik. Iklim di Tana Toraja sejuk bahkan cenderung dingin pada pagi atau malam hari. Kabut tebal kerap menutupi pegunungan di wilayah ini. Walaupun kebudayaan Mamasa dan Toraja cenderung sama, namun Tana Toraja sudah jauh lebih dahulu mendunia. Fasilitas dan akomodasi bagi para turis tersedia banyak. Aneka macam penginapan mulai dari losmen hingga hotel berbintang bisa ditemukan disini. Paket tour yang menarik serta tour guide yang berpengalaman bisa ditemukan disini. Akses jalan menuju Tana Toraja dapat dikatakan bagus. Kondisi berbeda hanya didapatkan ketika anda mengelilingi desa-desa sekitar. Solusi terbaik untuk mengunjungi desa-desa sekitar adalah dengan berjalan kaki atau bersepeda. Mobil agak sukar digunakan untuk memasuki beberapa tempat yang akses jalannya kecil.
Menuju Tana Toraja
Jarak Makassar – Tana Toraja sejauh 300an KM dapat ditempuh dalam waktu 8-10 jam. Banyak sekali pilihan bus yang bisa mengantarkan anda dari Makassar ke Tana Toraja, baik ekonomi maupun AC, baik bus kecil maupun bus besar dengan reclining chair. Jam keberangkatannya banyak sekali dan beroperasi hampir 24 jam. Ada transport pagi sekali atau malam sekali yang bisa membawa anda dari Makassar ke tana Toraja atau sebaliknya. Apabila anda bukan berada di Makassar, pilihan untuk memasuki Tana Toraja bisa dilakukan dari Pare-Pare, Sidenreng, atau Enrekang. Dari utara, Toraja bisa dimasuki dari Kota Palopo atau Luwu dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan melalui winding road. Opsi lain yang tidak kalah menariknya adalah pesawat terbang. Dari bandara Hasanuddin, Toraja bisa dimasuki dalam 45 menit perjalanan udara. Pesawat ini ada setiap hari selasa dan jumat. Sayangnya, this service unreliable. Sering terjadi pembatalan perjalanan karena cuaca buruk ataupun jumlah penumpang kurang.
Tidur
Tana Toraja memiliki apapun yang anda inginkan. Mulai dari losmen murah dan bersih hingga hotel berbintang mewah, semua ada disini. Mulai dari lokasi hotel yang terpencil dan sepi hingga yang terletak tepat di pinggir jalan raya sibuk, ada semua. Anda tidak akan kesulitan dalam menemukan hotel yang sesuai dengan selera anda dan anggaran anda. Beberapa yang boleh dijadikan pilihan adalah Wisma Maria I dan Pia’Poppies.
Berkeliling Tana Toraja
Berkeliling Kota Rantepao atau Makale cukup mudah. Anda bisa menggunakan kaki atau sepeda untuk melakukan ini. Namun, objek wisata pemakaman, desa wisata dan upacara adat biasanya berlangsung di luar kota. Objek wisata tersebar mulai dari pinggir jalan raya utama hingga masuk ke pedalaman. Walaupun jalan-jalan utama di Tana Toraja cukup banyak dilalui pete-pete, namun banyak pula area yang tidak dilintasi oleh kendaraan umum. Beberapa jalan masuk menuju objek wisata bahkan cukup sukar dilintasi kendaraan roda empat. Solusi terbaik untuk anda yang sendiri atau berdua adalah dengan sepeda motor. Sepeda motor hampir mampu menjangkau keseluruhan wilayah Tana Toraja. Hanya beberapa ruas yang cukup buruk yang sukar dilalui oleh sepeda motor. Objek wisata yang terletak di ruas Makale – Rantepao umumnya cukup mudah untuk dicapai dengan angkutan umum. Objek wisata yang terletak di ruas Rantepao – Batutumonga juga cukup mudah dicapai dengan angkutan umum.
Bori
Tempat ini terkenal dengan batu-batu menhir yang menjulang tinggi ke angkasa. Bori dikenal sebagai rante atau lokasi persembahan atau upacara.
Deri
Kalau di Lemo, dinding batu cadas besar dilubangi untuk dimasukkan mayat, maka di Deri, batu-batu cadas yang tidak terlalu besar namun jumlahnya banyak, digunakan untuk lokasi penyimpanan mayat. Batu-batu ini tersebar di banyak tempat, di pinggir jalan, di tengah sawah, dan di depan rumah.
Pangli
Adalah salah satu kompleks deretan Tongkonan yang masih dimiliki perseorangan. Di Pangli terdapat sejumlah Alang yang berderet cantik dengan Tongkonan besar di hadapannya.
Batutumonga
Terletak di kaki Gunung Sesean, Batutumonga menawarkan pemandangan indah Kota Rantepao dan Tana Toraja dari ketinggian. Terkadang, awan dan kabut menutupi tempat ini sehingga tampak seperti negeri di atas awan. Batutumonga boleh dijadikan sebagai pusat kegiatan karena disini terdapat penginapan dan rumah makan. Sambil memandang Tana Toraja dari ketinggian, nikmati secangkir kopi Toraja yang hangat di café.
Tinimbayo
Dari Tinimbayo, kita bisa melihat hamparan sawah terasering yang cantik terbentang di bawah dengan Gunung Sesean yang melatarinya. Di Tinimbayo hanya terdapat gazebo-gazebo kecil yang dapat digunakan untuk bersantai.
Pallawa
Disinilah foto-foto pemandangan Tana Toraja rata-rata diambil. Pallawa menawarkan deretan Tongkonan dan Alang yang saling berhadapan, sangat khas Tana Toraja. Masyarakat lokal masih tinggal di desa ini dan menjual produk kerajinan tangannya berupa kain, kalung, aksesoris, patung dan badik.
Rambu Solo
Rambu Solo adalah upacara adat khas Tana Toraja yang berfungsi untuk merayakan kematian. Walaupun dalam suasana sedih, Rambu Solo diadakan dengan meriah terutama dengan pertarungan kerbau dan pemotongan kerbau dalam jumlah besar. Rambu Solo bisa berlangsung berhari-hari dan membutuhkan biaya cukup banyak terutama bila kerbau yang disembelih cukup banyak. Untuk mengunjungi Rambu Solo, yang umumnya diadakan di pedalaman, bawalah hantaran secukupnya berupa gula atau rokok untuk menghormati keluarga yang ditinggalkan.
Ke’te’ Kesu’
Ini adalah desa wisata tercantik dan terlengkap yang ada di seantero Tana Toraja. Memiliki kemiripan dengan Pallawa, terutama dari deretan Tongkonannya, namun Ke’te’ Kesu; jauh lebih terkenal dan lebih tertata dengan rapi. Pemandangan di Ke’te’ Kesu’ yang sangat autentik Toraja adalah deretan Tongkonan dan Alang. Selain deretan Tongkonan, turis bisa memasuki kuburan gantung erong, macam-macam tau-tau di dinding batu, workshop kerajinan ukiran kayu, dan toko oleh-oleh yang menjual berbagai macam produk kerajinan tangan Tana Toraja.
Rantepao
Rantepao, ibukota Tana Toraja Utara memiliki banyak sekali penginapan mulai dari kelas losmen hingga hotel berbintang lima. Rantepao memiliki pasar wisata yang menjual pernak-pernik khas Toraja, kue Tori khas Toraja, dan sirup markisa asli Toraja.
Makan
Makanan Tana Toraja cukup bervariasi namun kebanyakan masuk dalam kategori slow food. Proses pemasakkan makanan cukup membutuhkan waktu, hingga berjam-jam lamanya. Walaupun ada makanan yang cukup mudah dibuat, namun makanan seperti Londong atau Pa’Piong membutuhkan waktu dalam pembuatannya. Rasa makanan di Toraja sendiri cenderung hambar atau sangat gurih. Banyak tempat di Rantepao menyajikan makanan khas Toraja seperti Mart’s Café.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Iri deh dgn dirimu mar,msh muda sdh keliling2...diriku msh muda jg sdh keliling2 jg,keliling lapangan doang lari pagi hehe. Iya,kebudayaan toraja emg terkenal, ktnya sih...sejak hdp org toraja sdh hrs menyiapkan dana yg cukup utk ms depan di saat pemakaman kelak,soalnya biaya pemakamannya mahal bgt.
ReplyDeletehehehe...Kalimantan Timur kan sudah dikau jelajahi...aku malah belum pernah loch...*berjuang* yup, biaya pemakamannya memang mahal banged. Sayangnya, nggak semua orang melakukan adat upacara ini pada masa kini. Banyak masyarakata pada umumnya sudah menguburkan jenazah dengan cara biasa, nggak heboh dan meriah kayak dulu. Yang masih melakukan ini mungkin kaum bangsawan atau orang-orang berpunya saja :)
ReplyDeletewah aku otw toraja nih,trip dadakan abis dr mamuju..aku ada 3 hr disini,rencana nginep di rantepao.Kira2 kalo keliling kota pake sepeda ada sewaannya gakya? dimana? thanks
ReplyDeleteWowwww...saya belum pernah ke Mamuju. Menarikkah? Saya mau coba suatu saat nanti :) Kalau mau sewa sepeda di Rantepao, coba saja di Wisma Maria. Mereka menyediakan penyewaan sepeda kayuh koq :) Pasti menyenangkan naik sepeda berkeliling Rantepao dan sekitarnya :D
ReplyDelete