Mungkin juga saya salah, tapi koq, kamar superior di Hotel Olympic Surabaya terasa lebih kecil daripada kamar standard-nya yach? Kamar standard Hotel Olympic (walaupun tanpa AC) berada di lantai dasar dan bisa dibaca disini. Sebelumnya, pada kunjungan awal, saya memang pernah merasakan kamar standard Hotel Olympic. Pada kali kedua kunjungan saya, saya mencicipi kamar superior yang berada di lantai 2-nya. Dari segi pemandangan, jelas kedua kamar ini berbeda. Kamar standard terletak di lantai dasar dan tidak memiliki jendela luar. Pemandangan yang bisa terlihat dari jendelanya hanya berupa koridor dalam dan parkiran motor. Suasana agak seperti ‘penjara’ terutama dengan aneka hiasan teralis menguatkan kesan ini. Nah, kamar superior berada di bagian atas hotel. Pemandangan yang terlihat dari lantai 2 bisa dikatakan lumayan, yakni keramaian Jalan Urip Soemohardjo wilayah Keputran Surabaya. Di depan kamarnya sendiri terdapat dua buah bangku berukir dan sebuah meja yang berukir juga. Padahal hanya beda Rp. 20.000 saja loch, tapi fasilitasnya lumayan beda yach? Pada tahun 2009, kamar Standard dihargai Rp. 110.000 dengan fasilitas kamar mandi dalam, kipas angin, sarapan pagi 2 orang dan televisi. Pada tahun 2010, harga tersebut naik Rp. 10.000 menjadi Rp. 120.000. Kamar Superior sendiri berharga Rp. 140.000. Entah, apakah di tahun mendatang kenaikan selalu signifikan sebesar Rp. 10.000 atau tidak. Hehehe…
Mari, kita lihat bagian dalam kamar superior yang memiliki AC dibanding kamar standard yang berada di lantai bawahnya. Selain dari AC, fasilitas lainnya sama persis, termasuk kamar mandi dalam, sarapan dan televisi. Ranjangnya sich agak sedikit beda terutama dari material yang dipergunakan. Pada kamar standard, ranjangnya merupakan ranjang besi. Walau demikian, kasurnya nyaman ternyata! Pada kamar superior, ranjangnya terbuat dari kayu dengan kasur yang nyaman dan bed cover yang hangat untuk ukuran saya. AC window yang sudah agak berumur (dan berbunyi) tampak di sudut ruangan. Butuh waktu lumayan sampai ruangan tersebut menjadi benar-benar dingin karena AC. Tanda gerusan jaman jelas tidak akan mampu ditutupi oleh perawatan yang bagaimanapun. Jelas, bagian dalam kamar tersebut sudah banyak mendapat aneka perlakuan dari berbagai penghuninya. Tanda yang paling jelas adalah coretan krayon di sudut kamar ini. Hmm…tampaknya sejumlah anak-anak pernah bermalam di tempat ini.
Hotel Olympic adalah sisa dari peninggalan jaman Belanda yang mengusung gaya Art Deco. Dilihat dari bangunannya, hotel ini sebenarnya apik dan unik. Namun, kalau kita amati, jelas hotel ini bukan pilihan utama saat kita akan bermalam di Surabaya. Bangunannya jauh dari kesan hotel yang menyenangkan dan malah menampilkan kesan menyeramkan. Nuansa jaman dahulu sangat kental di hotel ini. Walau demikian, untuk turis dengan anggaran menengah, hotel ini layak sekali menjadi pertimbangan bagi anda para pelancong. Sejumlah turis asing juga seringkali tampak menginap disini. Jangan pikirkan fisik bangunannya, pegawai hotel ini cukup ramah dan cukup informatif (walaupun, tidak semua mampu menampilkan informasi yang jelas). Alih-alih mencharge kamar kami sebesar 50% untuk check out selepas pukul 12, mereka dengan senang hati dititipkan barang-barang kami di lobby hotelnya. Senyum tidak pernah lepas dari wjaah-wajah para staffnya. Kalau mau pulang menuju bandara, hotel ini menyediakan persewaan angkutan kijang dengan supir dengan harga terjangkau. Anda akan diantar selamat sampai tujuan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kalau ke Semarang, cobalah menginap di hotel Candi. Jaman Belanda dulu namanya kalau nggak salah Beleuve atau apa, gitu (susah nulisnya :) ). Hotelnya kuno abis, arsitekturnya masih kolonial dengan banyak lengkung. Tapi sebenarnya saya belum pernah nginep di sana, sih (biarpun warga Semarang saya punya hobi nyobain hotel-hotel kuno). Soalnya 'danyang' alias 'penunggunya' suka menampakkan diri dengan tampang nyolot kalau kamarnya berantakan. Padahal saya tipe yang serampangan, nginep di hotel macam manapun pasti suasana kamarnya jadi kayak hotel esek-esek habis kena razia gitu, hihihi... Meski demikian, saya tetap rajin datang ke hotel ini. Soalnya di bagian belakang ada pub namanya On-On. Sudah eksis sejak tahun 90-an. Suasananya cozzy banget. Sangat tenang dan 90% lebih tamunya bule. Tempatnya kecil, cuma ada satu meja bilyar, bar, meja kursi di ruang dalam dan 1 teras depan serta dua teras samping. Desainnya juga sangat manis. Saya paling suka nongkrong di teras samping. Dulu hampir tiap hari saya ke On-On, jadi kalau saya nggak di rumah pasti pada ke sana (kan jaman dulu belum ada HP, hehehe...). Tapi sebenarnya yang paling keren adalah desain kamar mandinya. Mau rasanya ngobrol di situ kalau keadaan memungkinkan. Sayang sekarang desainnya udah berubah. Dan karena tambah populer, walhasil On-On jadi tambah rame. Plus dak di atas sudah nggak digunakan (kabarnya karena semakin banyak 'danyang' yang menampakkan diri (mungkin karena tambah rame, ya?), padahal nongkrong di atas sedap banget. Asal cuaca cerah aja, soalnya nggak ada atap sama sekali. Emeng-emeng soal 'danyang', pernah sekitar tahun '98, habis main bowling saya sama temen-temen nongkrong di sana. Kebetulan ada 2 temen yang lagi mudik dari sekolah di Amrik atau mana gitu, lupa. Kami sekitar 15 orang berserakan di seluruh wilayah On-On. Terus sebagian pada naik (termasuk saya), dan poto-potoan untuk mengabadikan teman yang mau balik ke Amrik itu. Ceritanya kami udah berbaris rapi dan seorang teman siap mengabadikan. Gigi udah hampir kering karena 'Cheeeeseee...', itu teman nggak kunjung motret, malah mangap-mangap nggak jelas sambil nunjuk ke belakang. Pas kami nengokin, di tembok dak tampaklah gadis rambut panjang gaun putih melayang bolak-balik sepanjang tembok dak. Saking takutnya kami cuma bisa melotot tanpa mampu bergerak. Walhasil pemandangan itu terekam lama di mata kami masing-masing. Untunglah salah seorang sadar dan menjerit. Walhasil kami pecicilan berebut turun sambil jerit-jerit (padahal cowok semua, ceweknya cuma saya, tapi pada cemen). Menurut dua orang temen saya, sementara yang lain jejeritan, mereka ada mendengar itu cewek cekikikan kayak di film-film. Hiiiiiiii..... Eh, kok malah jadi dunia lain gini? Hiii...hihihihi.... *sambil melayang pakai gaun putih panjang*.
ReplyDelete