Bandungan, Bukan Bandung, Bukan Bandengan!

Bandungan adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, kira-kira hampir dua jam perjalanan dari Kota Semarang kalau naik bus umum. Ada objek wisata menarik yang ingin saya kunjungi di Bandungan, yakni Candi Gedong Songo. Nah, Bandungan sendiri terletak bukan di jalan raya utama Semarang-Yogyakarta atau Semarang-Solo. Di sekitar Kecamatan Bawen, ada belokan ke arah kanan berupa jalan tidak terlalu lebar yang bisa mengantarkan anda ke wilayah Bandungan.
Hmmm...ternyata, pukul 5 pagi masih terlalu pagi bagi saya untuk mencari bus menuju Bandungan. Menurut bapak becak yang mengantarkan saya, bus Bandungan berukuran ¾ artinya bus sedang, bukan bus besar yang bisa membawa anda ke Yogyakarta atau Solo. Cari punya cari, ternyata mencari bus Bandungan cukup sulit. Artinya, bus ini tidak berlalu lalang cukup sering. Saya malah banyak menemukan bus luar kota berseliweran. Rasanya, saya menunggu satu jam di tempat ini. Untuk informasi, Bandungan dan Sumowono adalah dua wilayah yang berbeda namun masih berada dalam satu rute. Kalau anda tidak menemukan bus yang menuju Bandungan, anda bisa mencari bus yang menuju Sumawono.
Untungnya, kesabaran saya cukup diuji satu jam saja. Setelah menunggu, mengobrol, dan ngemil makanan apapun di warung ibu, akhirnya saya melihat bus sedang bertuliskan “Bandungan” melintas. Spontan saya berdiri dan mengibar-ngibarkan tangan saya ke arah bus. Bus tersebut tidak dipenuhi terlalu banyak orang, cenderung sedikit malah dibanding perkiraan saya. Ongkos yang harus dibayarkan adalah Rp. 13.000. Mulailah perjalanan kurang lebih 2 jam untuk mencapai Bandungan. Di dalam bus, saya baru menyadari, ada terpampang jadwal resmi angkutan menuju Bandungan dari Semarang. Bus pertama berangkat pukul 05.35 dari Terboyo dan tiba si Sumowono pukul 07.29. Jadwal-jadwal lainnya adalah 09.23 – 11.17, 13.11 – 15.03 dan 16.59 – 18.53. Jadwal resmi ini berdurasi 2 jam kurang 6 menit. Dengan durasi yang cukup lama ini (sudah termasuk menaikkan dan menurunkan penumpang) saya bisa terlelap beberapa kali di dalam bus ini, terutama di wilayah Banyumanik. Walaupun durasinya tidak setepat itu, namun patokan jadwal keberangkatan bus patut dicermati. Hal ini berkaitan dengan jalur Bandungan yang tidak terlalu gemuk dibanding jalur lainnya. Dalam perjalanan memasuki kawasan Bandungan, saya memang melihat alam Bandungan yang asri, penuh dengan homestay dan penginapan, namun juga justru jauh dari keramaian. Satu-satunya lalu lalang warga yang paling jelas disini adalah anak sekolah. Banyak dari anak-anak ini menggunakan bus yang saya tumpangi. Bus menjadi penuh dengan kehadiran mereka. Pilihan lain bagi mereka apabila tidak menggunakan bus ini adalah dengan angkot kecil berwarna hijau yang melayani rute Sumowono – Bawen. Jadi, perhatikan jadwal keberangkatan bus yang memang tidak terlalu sering ini, hanya ada sekitar 4 per hari. Jangan sampai ketinggalan dan jangan sampai nggak bisa pulang lantaran sudah kesorean di Bandungan. Memang sich, ada banyak homestay dan wisma penginapan di Bandungan. Tapi, buat anda yang menyukai keramaian kota, jelas, Bandungan nggak akan masuk dalam daftar tempat dimana anda bisa menginap. Bandungan sunyi dan syahdu. Kehidupan disini berjalan perlahan dan santai. Saat malam tiba, hampir tidak ada aktifitas berarti yang bisa dilakukan oleh tamu di luar penginapan. Kalau anda suka, silahkan menginap di Bandungan. Tarifnya bervariasi, murah serta mudah dibooking atau sekedar walk-in. Ketersediaan kamar cukup banyak walau saat akhir minggu sekalipun. Bus yang saya tumpangi ini memang akan meneruskan perjalanan hingga ke Sumowono, namun anda sebaiknya turun di Gedong Songo. Bilang saja dengan kenek bus-nya, dia akan menurunkan anda tepat di depan pintu masuk Gedong Songo.
Dari pintu masuk Gedong Songo, anda harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 kilometer jauhnya. Anda bisa menempuh perjalanan ini dengan jalan kaki yang menyenangkan karena di kanan kiri banyak aneka tanaman, atau naik ojek yang banyak tersebar di pintu masuk gerbang Gedong Songo. Tarif ojek bervariasi, rata-rata Rp. 10.000 untuk masuk kawasan. Ojek dan jalan kaki menjadi pilihan satu-satunya untuk memasuki kawasan Gedong Songo. Sayang, nggak ada angkutan umum yang melayani rute gerbang hingga mencapai kompleks Gedong Songo. Kalau anda pintar menawar, ada beberapa supir ojek yang rela mengantar dengan biaya Rp. 5.000. Supir ojek di tempat ini terlihat santai dan tidak agresif dalam menawarkan jasa mereka. Bahkan, menurut saya, mereka cenderung nyantai dan cuek, walaupun ada juga supir ojek yang datang menghampiri saya dan menawarkan jasanya. Sisa perjalanan selama 3 kilometer akan ditempuh dengan menyenangkan, apalagi udara pagi pegunungan sangat sehat untuk kulit. Pemandangan aneka bukit dan gunung akan mewarnai kanan kiri anda hingga tiba di pintu masuk Kompleks Candi Gedong Songo.

8 komentar:

  1. Udara pegunungan sgt sehat utk kulit=> emgnya pelembab sehat utk kulit hehe :)

    ReplyDelete
  2. tiga km itu nanjak apa datar cak

    ReplyDelete
  3. @Jeung Henny : wah, saya lebih percaya udara gunung daripada pelembab atau moisturizer, jeung...hehehe...lebih asli dan natural.

    @Cie : Hmm..berhubung ini di gunung, jalanannya pasti nggak lurus-lurus amat. Hihihi...jalanannya walaupun nggak terjal, tapi sedikit mendaki dech :D kalau waktunya banyak, boleh banget menggunakan kaki tuch :D

    ReplyDelete
  4. akhir juli kemarin akhirnya kesampaian juga ke gedung songo. setelah 1,5 tahun :)
    dari pertigaan pom bensin aku naik ojek, jalannya nanjak e. pulangnya jalan, menemukan jipang dan labu parang lagi berbunga. senang banget bisa mengenal lebih jauh makanan sehari-hari

    ReplyDelete
  5. iyaaa...jalan-jalan di tempat ini sangat menyenangkan. udah hawanya uadeemmm, kanan kiri bebungaan dan tanaman. suejukkkkk

    *tapi kalau jalannya jam 12 siang tetep aja panas cig* hehehehe :p

    rindu Gedong Songo dan kabutnya nich :)

    ReplyDelete
  6. terima kasih infonya, terlebih tentang bus yang hanya 4 kali sehari biar tidak kaget kalau sampai tertinggal eheheheh

    ReplyDelete