Perjalanan menuruni lembah barat kemudian menaiki lagi lembah timur jelas lumayan menguras tenaga dan memakan waktu. Walaupun hawanya dingin dan langit mendung, namun perut saya sudah berkerucuk bersuara minta jatah. “Lapar!”, begitu jeritnya. Berhubung hari itu adalah hari Jumat, maka tidak banyak tempat makanan yang bisa dijadikan pilihan. Ada sich sejumlah rumah makan yang menawarkan makanan khas pegunungan “sate kelinci” yang tampaknya menarik untuk dicoba. Sayang, entah saya kepagian (waktu sudah menunjukkan jam 11 siang!) atau memang rumah makan tersebut nggak buka yach? Alhasil, saya hanya menemukan sejumlah rumah makan..errr...tepatnya sich tenda makan (karena tersusun atas terpal) yang buka dan menyajikan mie instan, nasi atau mie goreng, serta bakso. Tidak ada menu khas yang benar-benar bisa membangkitkan selera saya di tengah sejuknya udara pegunungan.
Tapi, di kala sedang melewati warung mis instan di dekat Candi II, tiba-tiba muka saya tersapu oleh uap mie instan yang sedang direbus. Tiba-tiba saja perut saya meronta, melakukan pemberontakan. Saya pun tidak tahan dan masuk ke dalam warung makan tersebut, Hihihi. Seorang ibu yang sedang mengawasi anaknya bermain menjaga warung tersebut. Saya memesan mie instan rebus dengan telur. Tebak berapa harganya? Rp. 3.500! Mata saya melotot dan langsung berbinar-binar. Gedong Songo sangat jauh dari kesan komersil. Masih ada makanan murah meriah, padahal di tempat wisata loch. Sambil menunggu mie tersebut masak, saya mengamati bahwa si ibu juga menjual aneka makanan ringan seperti biskuit dan kacang. Berhubung harga makanannya cukup murah, saya nggak enak hati donk. Maka, saya memborong kacang, biskuit dan minuman ringan di warung tersebut. Harganya luar biasa murah dan wajar. Untuk minuman isotonik bervitamin saja dihargai Rp. 4.500. Kacang-kacangan dan biskuit berkisar dari Rp. 3.000 hingga Rp. 4.000. Gimana nggak mau berguling-guling bahagia nich? Ibu tersebut sungguh bersahaja. Makanannya murah dan tempatnya oke, ada tikarnya segala.Hmm..semoga laris terus dan semakin banyak tamunya yach bu. Hohoho...
Akhirnya, 10 menit yang terasa panjang pun terlewati. Ibu tersebut agak lama dalam membuat mie instan pesananan saya. Namun, saya mengamati, ternyata di atas mie instan tersebut ditaburi potongan cabai rawit potong yang semakin menambah kaya cita rasa mie rebus ini. Enakkkk!!!! Kayaknya pegunungan dan mis rebus instan memang tidak dapat dipisahkan yach. Enaki banget rasanya makan yang hangat-hangat begitu di suhu dingin (kebetulan hujan sudah turun di wilayah tersebut).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment