Setelah bertanya sana sini, tersesat beberapa kali dan bertanya-tanya lagi, akhirnya kami semakin mendekati suara deburan ombak. Sampai di suatu percabangan, tibalah kami di ujung pencarian kami, pantai. Ya, secara resmi kami sudah menempuh 22 KM jalan raya Kemujan – Karimunjawa. Namun, saya sebenarnya agak mengharapkan pantai yang berpasir putih lembut, dengan banyak pohon kelapa dan pantai yang lebar. Kenyataannya, kami sampai di pantai yang sudah diturap dengan bebatuan. Ya, ujung pantai tempat kami berada ini sedang “dirapihkan” untuk menjadi dermaga. Dari informasi yang kami himpun, dermaga ini bernama Dermaga Legonbajak. Pembangunan baru dimulai sekitar April 2010 dan estimasi pembangunan akan memakan waktu 150 hari. Seharusnya, pada saat tulisan ini diturunkan, dermaga tersebut sudah jadi dan bisa digunakan.
tidak banyak yang bisa dilakukan di dermaga ini selain melihat-lihat proses pembangunannya saja. Tepi dermaga sudah dipagar dan hampir tidak ada pohon penaung yang besar pada siang itu kecuali sebuah pohon kecil. Alhasil, siang itu matahari benar-benar terik membakar kulit kami. Panas luar biasa! Proses pembangunan pos-pos dermaga pun masih dilangsungkan. Disana sini masih terdapat hamparan konblok, batu dan papan. Masih berantakan lah pokoknya. Yang jelas, bukan dermaga ini yang menarik minat kami, tapi perairan di sekitarnya. Walaupun pembangunan dermaganya masih berantakan, agak kontras dengan deretan pohon kelapa di sekelilingnya, namun air laut di tempat ini luar biasa jernih. Sampai di beberapa titik kejauhan, kami masih bisa melihat gradasi biru kehijauan. Langsung deh saya ingin menceburkan diri saya ke dalam air yang terlihat dangkal tersebut. Namun, air lautnya terlihat tidak terlalu bersahabat. Gelombangnya tampak cukup besar dan agak membuat nyali saya ciut. Ombaknya agak berbeda dengan desiran pelan yang biasa kita lihat di pantai-pantai wisata. Memang sich, di sekitar dermaga nggak ada orang yang nekad mencoba untuk berenang. Di sekeliling dermaga, walaupun nggak terlalu dekat banyak terdapat perahu. Mungkin spesifikasi pantai untuk dermaga dan untuk wisata memang dibedakan kali yach? Entah, saya bukan orang Teknik Sipil tapi nampaknya sich seperti itu.
Walau tidak tampak adanya orang yang berenang, namun papan peringatan dan informasi menyelam tetap dipasang di tempat ini. Intinya sama seperti yang sudah pernah saya lihat di bagian Karimunjawa lainnya. Papan tersebut menginformasikan peralatan yang harus diperiksa dan kesehatan yang sempurna sebelum menyelam. Papan tersebut juga mencantumkan kata-kata “utamakan keselamatan daripada keinginan anda”. Mungkin di sekitar sini ada lokasi yang baik untuk menyelam barangkali? Sayangnya, secara nggak sengaja saya melihat sekumpulan sampah yang tersangkut di bagian pinggir dermaga. Sampah tersebut tampak terbawa arus laut dan bukan sekedar merupakan efek dari pembangunan dermaga ini saja. Lumayan bikin miris dan sebel sich. Pantai yang masih masuk kategori perawan seperti ini ternyata memiliki sejumlah masalah juga yang harus dibenahi. Jujur aja, melihat sampah seperti itu, walau belum terlalu banyak, tapi niat saya untuk main air sudah lenyap..nyap..nyap...
tidak banyak yang bisa dilakukan di dermaga ini selain melihat-lihat proses pembangunannya saja. Tepi dermaga sudah dipagar dan hampir tidak ada pohon penaung yang besar pada siang itu kecuali sebuah pohon kecil. Alhasil, siang itu matahari benar-benar terik membakar kulit kami. Panas luar biasa! Proses pembangunan pos-pos dermaga pun masih dilangsungkan. Disana sini masih terdapat hamparan konblok, batu dan papan. Masih berantakan lah pokoknya. Yang jelas, bukan dermaga ini yang menarik minat kami, tapi perairan di sekitarnya. Walaupun pembangunan dermaganya masih berantakan, agak kontras dengan deretan pohon kelapa di sekelilingnya, namun air laut di tempat ini luar biasa jernih. Sampai di beberapa titik kejauhan, kami masih bisa melihat gradasi biru kehijauan. Langsung deh saya ingin menceburkan diri saya ke dalam air yang terlihat dangkal tersebut. Namun, air lautnya terlihat tidak terlalu bersahabat. Gelombangnya tampak cukup besar dan agak membuat nyali saya ciut. Ombaknya agak berbeda dengan desiran pelan yang biasa kita lihat di pantai-pantai wisata. Memang sich, di sekitar dermaga nggak ada orang yang nekad mencoba untuk berenang. Di sekeliling dermaga, walaupun nggak terlalu dekat banyak terdapat perahu. Mungkin spesifikasi pantai untuk dermaga dan untuk wisata memang dibedakan kali yach? Entah, saya bukan orang Teknik Sipil tapi nampaknya sich seperti itu.
Walau tidak tampak adanya orang yang berenang, namun papan peringatan dan informasi menyelam tetap dipasang di tempat ini. Intinya sama seperti yang sudah pernah saya lihat di bagian Karimunjawa lainnya. Papan tersebut menginformasikan peralatan yang harus diperiksa dan kesehatan yang sempurna sebelum menyelam. Papan tersebut juga mencantumkan kata-kata “utamakan keselamatan daripada keinginan anda”. Mungkin di sekitar sini ada lokasi yang baik untuk menyelam barangkali? Sayangnya, secara nggak sengaja saya melihat sekumpulan sampah yang tersangkut di bagian pinggir dermaga. Sampah tersebut tampak terbawa arus laut dan bukan sekedar merupakan efek dari pembangunan dermaga ini saja. Lumayan bikin miris dan sebel sich. Pantai yang masih masuk kategori perawan seperti ini ternyata memiliki sejumlah masalah juga yang harus dibenahi. Jujur aja, melihat sampah seperti itu, walau belum terlalu banyak, tapi niat saya untuk main air sudah lenyap..nyap..nyap...
0 komentar:
Post a Comment