Terus terang, wisata ziarah tidak terlalu menarik minat saya. Jadi, Makam Sunan Nyamplungan yang berada di pinggir jalan (berada di sebelah kanan kalau anda melaju dari Karimunjawa ke Kemujan) tidak saya masuki sama sekali. Makam Sunan Nyamplungan ini berada di Pulau Besar Karimunjawa. Makamnya ini berada di sebuah rumah yang dipagar dengan warna putih. Papan petunjuk jalan yang menginformasikan keberadaan Makam Sunan Nyamplungan ini sudah tampak tua dan berkarat sana sini. Pengaruh angin laut kali ya? Alhasil, saya hanya berhenti sebentar di depan kompleks makam (tidak ada orang sama sekali di area), berfoto dari depan dan kembali melanjutkan perjalanan. Namun, pencarian saya akan Sunan Nyamplungan ini di internet menghasilkan temuan yang unik. Ada satu artikel yang saya suka karena menceritakan banyak hal tentang silsilah Karimunjawa termasuk asal nama Karimunjawa (berasal dari Kata kremun yang artinya samar-samar), Nyamplungan yang merupakan nama tanaman yang dibawa oleh Amir Hasan (nama asli Sunan Nyamplungan), hubungan Sunan Nyamplungan dengan Sunan Kudus dan Sunan Muria (putra dari Sunan Muria dan keponakan dari Sunan Kudus), Asal nama Legonlele, siput Karimunjawa yang berpunggung bolong, Ular Edor yang buta namun sangat berbisa dan menghuni gunung di Karimunjawa(Mas Tono penjaga Wisma Setia pernah bercerita soal ular ini), dan perihal Kayu Dewadaru. Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah siput yang punggungnya bolong ? kok bisa hhahha mau nyaingin sundel bolong ya
ReplyDeleteooh di Karimun Jawa juga ada gunungnya ya
lama gak berkunjung kemari akhirnya baca 'rapelan'. semua artikel menarik bro, seperti biasanya pengamatanmu terhadap momen sedetik saja bisa menghasilkan satu postingan blog. hehehe. yang jelas saya jadi tau bahwa di Karimun Jawa ternyata bukan hanya ada taman laut namun juga kebudayaan yang relatif beda dari Jawa. :D
ReplyDelete@Tiara : hahaha...sayangnya, saya nggak ketemu sama siput tsb. penasaran juga kayak apa bentuknya. Kalau Ular Edor sih diceritakan oleh Mas Tono yang menjaga Wisma WIsata. Tapi, saya nggak mau bertemu ular Edor. makasih. hahaha
ReplyDeleteIya, Gunung atau Bukit Gendero (apa Bendera yach?) dulunya merupakan bagian dari Gunung Api yang sudah mati.
@Oom Brad : hihihi....inilah kemampuan saya : ngemeng. hahahaha. iya, Karimunjawa yang kremunkremun agak beda dari orang Jawa secara umum yah :)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteRalat bos, rumah bercat putih bukan makam tapi kantor dinas BTNKJ, makam berada diatas gunung,...sayang bos gak keatas padahal bagus viewnya bisa melihat beberapa pulau dari dan menjadi salah satu lokasi sunset terindah karimunjawa
ReplyDeleteoalahh...terima kasih untuk ralatnya. hehehe
ReplyDeleteeh btw Mas, nggak ngeri ke atas gunung sana? ntar ada Ular Edor gimana? hiiiii
dengan ziarah kita kembali mendekatkan diri padanya,,
ReplyDeleteokk