Panjangnya Hutan Mangrove Diantara Karimunjawa dan Kemujan

Hayooo...siapa yang belum pernah melihat Mangrove? Mungkin sudah sering lihat tapi karena nggak tahu atau nggak ngeh dan nggak peduli, maka nggak tahu kali ya. Mangrove atau yang lebih dikenal dengan bakau biasanya mudah banget dijumpai dimana-mana terutama di wilayah pantai loch. Di Jakarta aja, hutan Mangrove yang cukup lebar terdapat di Jalan Tol Professor Sedyatmo menuju Bandara. Di Bali, hamparan hutan Mangrove juga bisa ditemukan di ruas jalan Jimbaran – Nusa Dua. Nah, di Karimunjawa, kita berkesempatan untuk mengunjungi sekaligus melewati hutan Mangrove kalau kita melintasi Pulau Karimunjawa ke Kemujan atau sebaliknya. Hutan Mangrove, adalah vegetasi khas wilayah perairan payau, biasanya terdapat di wilayah pantai yang menjadi muara sungai-sungai. Wilayah perairan payau (peralihan antara tawar dan asin) biasanya sukar ditanami oleh jenis-jenis tanaman. Nah, patutlah kita bersyukur dengan adanya mangrove atau bakau ini yang mampu hidup di perairan payau dan membuat rindang.

Nggak hanya membuat rindang wilayah pantai yang berair payau saja, hutan mangrove memiliki banyak sekali fungsi yang mendukung kehidupan di darat. Misalnya saja, mangrove menahan rembesan air luat agar air tawar di daratan tidak terasa asin. Mangrove juga secara efektif menahan hempasan angin laut atau badai tsunami yang bisa memporakporandakan wilayah pantai dalam sekejap. Dengan adanya dinding bakau pelindung, gelombang tsunami tidak akan membuat kerusakan yang sedemikian parah terhadap wilayah pantai. Hutan bakau juga menjadi tempat berkumpulnya aneka jenis hewan air seperti ikan sekaligus juga menjadi lokasi berkembang biaknya. Berbicara soal pemanasan global, hutan bakau juga memiliki fungsi yang sama seperti pohon perindang di daratan. Hutan bakau dipercaya mampu menyerap CO2 dalam jumlah besar dan menggantinya dengan O2 untuk menurunkan suhu global bumi. Semua fungsi-fungsi hutan mangrove ini tertera cukup jelas dan terpampang di banyak lokasi jalur mangrove di antara dua pulau, Karimunjawa dan Kemujan. Semua fungsi tersebut ditutup dengan pesan pentingnya melestarikan mangrove. Di salah satu papan, bahkan mangrove ditulis memiliki nama khas lokal yakni "Bongko".
Terbentang jauh sepanjang beberapa kilometer, hutan mangrove di antara kedua pulau ini memang unik, menarik, berfungsi sebagai cagar dan bisa dijadikan objek wisata yang menarik. Lokasi hutan yang sepi, tertata rapi, jarang dilintasi kendaraan membuat saya dan teman saya bisa berfoto dengan aneka gaya tanpa malu terlihat orang lain. Menyenangkan. Hehehe. Selat yang membentang memisahkan Karimunjawa dan Kemujan laksana sungai bagi saya. Airnya tidak bergelombang besar seperti laut, namun tenang dengan sedikit gelombang. Air di selat antara karimunjawa dan Kemujan ini bersih. Sesekali, kami bisa melihat lalu lintas nelayan dan pengemudi kapal jukung melintasi selat ini. bapak yang kami wawancarai mengatakan dia akan kembali lagi melintasi selat ini pada malam hari untuk menangkap ikan. Wow, saya nggak kebayang menangkap ikan dengan gelap-gelapan begini. Maklum, saya nggak melihat sama sekali ada instalasi kabel listrik atau lampu terpasang di jalur bakau ini. Saya jadi nggak berani membayangkan kalau kemalaman di tempat ini bagaimana yaaa...hiiiii.... Yah, saat itu sih terik terang benderang lantaran sedang tengah hari. Walaupun rindang, sayangnya, tumbuhan bakaunya tidak bisa tumbuh terlalu tinggi seperti misalnya Angsana atau Trembesi. Alhasil, kami harus berpanas-panasan berfoto di selat dan jembatan saat tengah hari bolong. Bisa aja sich kami berfoto saat pagi atau sore hari, tapi nanti lokasi menarik lainnya nggak kekejar dooonk.

3 komentar:

  1. hutan mangrove di jakarta ataupun di kepulauan seribu banyak yang kotor, sampah pada nyangkut di akar mangrove. di bali kondisinya lebih baik. masih lebih bersih walaupun terkadang masih keliatan juga sampah-sampah plastik..

    nah kalo di karimunjawa gimana mas? apakah kondisinya masih bagus? dalam arti bebas dari sampah?

    ReplyDelete
  2. kata temen saya ... biji pohon mangrove bisa dibuat makanan, di Semarang sini sudah ada pembudidayaannya katanya

    ReplyDelete
  3. @Tri : mungkin berbanding lurus terhadap kepadatan penduduk kali yaaa...Disini, sejauh mata memandang sih cukup bersih, walaupun ada satu dua bungkus makanan. Tapi secara keseluruhan, bisa dibilang bersih sich :D kan sesuai postingan saya, selama saya berfoto foto gila di Hutan Bakau itu, kendaraan yang melntas bisa dihitung pake jari (bahkan ga sampai jari di tangan kedua...hehehehe)

    @Tiara : wah, saya ndak tahu tuh. jadi, manfaat pohon ini makin banyak aja yah. memang tumbuhan yang luar biasa. Tiara sudah pernah coba? boleh dishare? hehe. Oh ya, faktanya, Indonesia adalah pemilik hutan Mangrove terluas di dunia (sekitar 2 jutaan hektar gt), mengalahkan Brazil yang cuma satu juta sekian. Kudu makin digalakkan lagi nih penanaman Mangrovenya :D

    ReplyDelete