Tertipu Oleh (Jalan) Pantai Duyung

Begitu anda memasuki Pulau Kemujan, setelah berjalan beberapa kilometer jauhnya sebelum bertemu SDN 01 Kemujan, pasti mau tidak mau mata anda akan tertarik ke sisi kanan jalan dimana terdapat papan tanda sederhana buatan tangan dengan cat merah yang bertuliskan “Jl. Pantai Duyung” dan “Gang Pungkruk”. Berhubung apa yang saya cari adalah pantai di Pulau Kemujan, maka papan ini terasa sangat jelas sekali begitu kami melewati jalan yang lurus ini. Penasaran donk, kayak apa sich Pantai Duyung ini. Ya udah, kami nekad masuk ke dalam jalan percabangan ini. Eh, begitu anda nanti bener-bener kesana, jangan heran ya. Jalan utama memang terbuat dari aspal, namun Jalan Pantai Duyung ini bukan merupakan jalan aspal. Buat saya, jalanan ini malah lebih mirip semak-semak yang dibuka paksa untuk dilintasi. Hihihihi.
Jalan ini membawa kami masuk ke dalam hutan pohon kelapa yang tumbuh tinggi dan rapat. Kami mulai merasa ada yang nggak beres nich. Mau kembali koq tanggung karena penasaran, tapi mau maju lagi juga nggak yakin. Ya udah deh, masih siang ini, hajar aja terus, begitu pikir kami. Walaupun saat itu siang hari, namun deretan pohon kelapa yang tinggi dan rapat membuat sejuk suasana di dalam hutan tersebut (jalanannya sudah hilang sama sekali, hanya rebahan rumput saja tempat motor kami melintas). Kemudian, di depan sana tampaklah sebuah gubug sederhana beratap rumbia yang tampaknya digunakan sebagai tempat untuk mengupas kelapa (tumpukan batok kelapa tertumpuk di depannya sementara lainnya dibakar untuk dijadikan arang). Beberapa anak main-main di depan gubug tersebut. Permasalahan baru muncul disini. Setelah gubug tersebut, jalanan bercabang dua, ke kanan dan kiri. Memang sich, nggak jauh dari rumah tersebut kami sudah bisa melihat air laut. Namun, itu bukanlah pantai yang kami cari. Air laut tersebut tampak langsung bersatu begitu saja dengan tanah pulau. Tidak ada pasir sama sekali. Tanah pulau yang tergenang air laut tersebut tampak becek. Keseluruhan pemandangan tersebut dibungkus dengan rerimbunan pepohonan dan beberapa perahu yang bersandar. Hmm....tampaknya bukan pantai yang bisa dijadikan idaman. Saya saja nggak yakin untuk menjejakkan kaki ke arah sana. Nggak lucu donk kalau kejeblos?
Ya sudah, akhirnya dengan tebak-tebakkan dan pertimbangan kecil, kami memilih jalan ke kiri (anak-anak tersebut agak bingung ketika ditanya “dimana Pantai Duyung berada?”. Mereka justru melihat kami dengan pandangan sangat tertarik). Oke, motor kami arahkan ke kiri, menyusuri jalan yang lurus. Tidak lama, kami bertemu lagi dengan pemandangan pantai serupa seperti yang kami lihat sebelum percabangan. Bedanya, kali ini ada jembatan dan sungai kecil yang bermuara menuju pantai tersebut. Tetap saja ini bukan pantai idaman yang kami cari. Rerimbunan pepohonan dan kapal-kapal yang disandarkan begitu saja membuat keseluruhan pemandangan yang tersaji menjadi agak err...menakutkan. Ya sudah, kami berpandangan positif bahwa di depan sana jalanan semakin mendekat ke arah pantai. Pantai pasir putih sudah menunggu kami. Oke, kami berjalan terus menyusuri jalan lurus tersebut. Nggak lama, niat positif kami segera menjadi ketidakyakinan. Jalanan yang semula masih tampak bekas jejak maupun rebahan rumput, kini semakin menghilang. Rumput semakin meninggi dan semak-semak tumbuh semakin rapat di sisi kiri dan kanan kami. Segera, tanpa membuang waktu, begitu melihat area yang agak terbuka sedikit, saya meminta teman saya yang mengendarai motor untuk putar balik. Tidak akan ada pantai di tempat seperti ini. Saya yakin!
Akhirnya kami kembali menyusuri jalanan tersebut dan kembali ke percabangan setapak utama. Kali ini, kami mengambil kanan untuk menuntaskan rasa penasaran kami. Harapan kami agak cerah disini, sebab, setelah melewati rerimbunan tanaman pakis yang tumbuh rapat dan menggantung rendah, pohon kelapa semakin tumbuh jarang dan kami bisa melihat langit lebih leluasa disini. Hore! Tak lama, setelah menyusuri jalan, kami melihat sesuatu yang kami sebut pantai –atau setidaknya mirip pantai karena kondisinya lebih baik dibanding rerimbunan pohon di tepi pantai tadi-. Namun, sesuatu yang tampaknya seperti pantai tersebut tidak berada dekat dengan jalan setapak tempat kami melintas. Sejumlah tanaman dan pepohonan menghalangi arah jalan kami kesana. Kami juga nggak yakin dengan apa yang akan kami injak apabila kami mendekat ke arah pantai tersebut. Pasir hisap mungkin? Hihihi. Ya sudah, kami berjalan semakin jauh menyusuri setapak untuk menemukan Pantai Duyung ini. Yah, kami akhirnya menemukan satu lokasi kecil yang bisa disebut pantai, namun fiturnya tetap sama, rerimbunan pepohonan, kapal disandarkan, tidak ada pasir dan airnya mencurigakan untuk dicelupi. Uh... kami segera bergegas dan melanjutkan perjalanan kami. Kami masih yakin, pantainya di sisi setapak sebelah kanan ini walaupun keyakinan tersebut perlahan mulai goyah. Hahahaha.
Akhirnya kami mengulang cerita di setapak kiri tadi. Jalanan setapak yang kami lalui semakin lama semakin menjauh arahnya dari pantai. Debur ombak maupun suara laut semakin menghilang dan kami yakin rutenya memutar, menjauhi arah pantai. Walaupun di setapak sebelah kanan ini lebih terurus lantaran kami melihat ada satu atau dua gubug di tempat ini, namun tetap saja kondisinya membuat kami yakin 100% tidak ada pantai apapun di tempat ini. Lupakan saja. Akhirnya, dengan penuh kekecewaan kami keluar kembali ke arah jalan raya utama. perjalanan setengah jam yang sia-sia kami habiskan di dalam Jalan Pantai Duyung. Mungkin saja Pantai Duyung memang bukan merupakan nama sebuah pantai, tapi nama jalan. Mungkin saja. Hihihi.

6 komentar:

  1. kayaknya emang salah mengartikan tulisan di papan itu yah mas? itu kan tulisannya jalan pantai duyung. maksudnya itu mungkin emang nama jalan, bukan berarti jalan untuk ke pantai duyung.. kebiasaan di kota kalo nama jalan berasal dari nama pahlawan jadi nama tersebut terkesan ambigu.. xixiixixii

    ReplyDelete
  2. Ketok'e sih begitu. Hahaha. Maklum, berhubung di Karimunjawa, semua yang bernama "pantai" dianggap masih pantai perawan. hahahaha. Yah, gpp deh. liat sisi positifnya, nyasar pun bisa dijadikan postingan blog. huehuehuehue

    ReplyDelete
  3. untung nyasarnya naik motor ya, kalau jalan kaki capek bener muter kesasar sana-sini. banyak hutannya ya :O

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. hahahaha,..........itu bukan pantai duyung mas,..........itu pantai doyong ( baca : miring )

    ReplyDelete
  6. ooohhh...hahaha...terima kasih ralatnya. Pantai Doyong toh :D

    ReplyDelete