Kelilingan Pasar Besar Malang

Bangunanya sich hanya satu buah, lokasinya dekat dengan Kelenteng Eng An Kiong dan Terminal Gadang. Tulisannya jelas : Pasar Besar Malang terpampang jelas di depan gedung pasar tersebut. Namun, dalam perkembangannya, pasar tersebut melebar kesana kemari sehingga saat ini, kita bisa melihat banyak sekali toko, ruko, pedagang kaki lima dan bangunan pasar tumbuh dan berkembang di sekeliling pasar ini. Dalam banyak buku travel, Pasar Besar Malang ini disebut-sebut sebagai salah satu sight and activities alias spot-spot menarik yang bisa dikunjungi dan tempat untuk berfoto-foto tentunya. Apa pasal?
Pasar Besar Malang dan wilayah sekelilingnya adalah wilayah yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuhnya Kota Malang. Jadi, anda sudah bisa menebak donk, kalau desain dan arsitektur wilayah sekitar pasar bergaya Belanda dan kuno. Beberapa bagian dari apasar ini ada yang bergaya pecinan namun dominasi terbesar masih gaya Belanda. Kalau anda menyembatkan diri melihat-lihat di sekitar wilayah ini, anda akan menemukan banyak sekali papan-papan reklame, plang nama dan merek yang berusia cukup tua, di atas dua puluhan tahun. Bahkan terkadang, ejaan yang digunakan ada yang masih menggunakan ejaan lama. Tuanya reklame dan papan plang nama dan merek ini juga bisa terlihat jelas dari model reklame yang dipergunakan, desain dan bentuk-bentuk yang digunakan. Jadul abis intinya. Saya berwisata nostalgia disini. Untungnya, walaupun beberapa bangunan tampak berlumut dan kurang terawat, secara umum kondisi Pasar Besar Malang ini masih cukup dikatakan baik. Banyak spot-spot yang bisa dijadikan nostalgia, masih berdiri dengan tegak hingga sekarang. Rumah dan ruko yang berdiri di tempat ini sebagian besar masih merupakan warisan dari jaman kolonialisme Belanda.
Di pasar ini, selain barang-barang ‘umum’ yang disajikan, seperti pakaian, makanan dan minuman, ada juga barang-barang antik seperti lukisan, mainan elektronik dan balon. Makanan yang kebanyakan dijual disini juga merupakan khas Malang, misalnya saja pia kacang dan kue-kue jajanan pasar lainnya. Ada sebuah rumah bergaya Chinese yang terletak di dekat Pasar Besar Malang, namun bagian depannya tertutup oleh para pedagang lukisan walaupun sebenarnya pintu gerbangnya terbuka. Oleh karena hal tersebut, saya tidak jadi memasuki rumah yang sangat mengundang tersebut. Rumah tersebut sangat mengundang karena arsitekturnya dan keunikan modelnya. Sayang sekali saya tidak masuk karena belakangan saya baru tahu, rumah tersebut adalah Museum Bentoel. Sayang juga, mengapa tidak diletakan satu papan nama atau apapun yang menyatakan bahwa rumah tersebut adalah museum? Saya kelewatan satu spot penting disini.
Ada beberapa nama toko yang membuat saya terheran-heran. Salah dua diantaranya adalah Gadjah Mada Plaza dan Sogo. Dua hal tersebut ada di deretan Pasar Besar Malang ini. Gadjah Mada Plaza di tempat ini tampaknya adalah sebuah department store yang menjual berbagai macam pakaian sementara Toko Sogo adalah toko yang tampaknya menjual kacamata (terlihat dari logonya) namun pada saat tersebut, tokonya sedang tutup. Seperti biasa, karena saya hanya melihat-lihat saja, maka saya tidak sampai masuk ke dalam lingkungan pasar. Beberapa toko lainnya bernama sedikit bernuansa narsis seperti Ika, Pododjodjo, Platina, dan Miramar serta Idhi Boeyoet.
Pasar Besar Malang bisa dicapai dengan banyak cara. Kalau anda dari alun-alun, cara terbaik mengunjungi pasar ini adalah dengan berjalan kaki kurang lebih sejauh 1 kilometer. Perjalanan tersebut tidaklah jauh sama sekali mengingat sambil berjalan, anda bisa melihat banyak bangunan menarik bergaya jadul di kiri dan kanan jalan. Pasar ini bisa dicapai dengan berjalan kaki ke arah selatan dari alun-alun, tinggal mengikuti deretan ruko dan toko di sepanjang jalan. Becak bisa menjadi alternatif lain mengingat banyak sekali becak berseliweran di jalan tersebut hingga Pasar Besar Malang. Berulang kali saya ditawari naik becak oleh bapak-bapak penarik becak tersebut. Namun saya hanya membalasnya dengan gelengan lemah bahwa saya tidak berminat naik becak. Saya suka berjalan kaki. Padahal, naik becak disini tidak terlalu mahal, palingan sekitar Rp.3.000 saja.
Alternatif terakhir adalah dengan menaiki angkutan umum yang tentu saja banyak melintasi pasar ini. Kode untuk angkutan yang melintasi pasar ini adalah G alias Gadang. Terminal Gadang adalah terminal yang berada di ujung rute yang melewati Pasar ini. Jadi, misalnya AG=Arjosari Gadang akan bergerak dari Arjosari menuju Gadang dan tentu saja melewati pasar ini. Angkutan umum harganya Rp. 2.000-Rp.3.000 sekali jalan.

5 komentar:

  1. nah ini nih part yang plg nendang dari malang (buat aku): museum bentoel (yang gila museum :)
    tepatnya dimana ya bro. nuwunn...

    ReplyDelete
  2. hehehehe.....hebat!!! bravooooo

    saya sich suka museum, tapi agak males kalau foto2, soalnya hasilnya gelap...hehe
    Museum Bentoel ini ada di dekat Pasar Besar Malang ini. masih sederetan koq. sayangnya, emang ga ada plang namanya, jadinya musti diperhatikan bener-bener di bagian penjual lukisan kaki lima. ada satu rumah yang nuansanya agak unik dan antik, namun bergaya Chinese alih-alih Belanda. :)
    sayang, saya nggak sempat masuk karena nggak tahu :(

    ReplyDelete
  3. info bro. museum sejarah benthoel, alamat: jalan wiromargo no.32. dekat aja kok dengan matahari. cuman rumah yang sekarang udah replika. aslinya rumah berdiri persis depan pagar

    ReplyDelete
  4. sekarang ada kok tulisan gede di samping rumah: museum sejarah bentoel (ga pake 'h' ya ternyata..hehe). kayaknya si papan dari marmer deh

    ReplyDelete
  5. sayang banged dech kemaren saya melewatkan Museum ini. T.T hiks....

    thanks buat infonya yach. syukur-syukur udah ada papan, jadi orang2 bisa ngeh pas melewatinya yach :D

    ReplyDelete