Berkenalan Dengan Lembah Mamasa

Mamasa adalah sebuah wilayah yang terletak di pegunungan, diapit lembah-lembah hijau dan langit yang biru. Terletak di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, Mamasa beriklim sejuk dan cenderung dingin pada saat malam hari. Kabut selalu meliputi kawasan ini pada pagi dan sore hari. Pemandangan indah tersebar hampir di seluruh penjuru lembah. Aneka bentang alam mulai dari air terjun, bukit, lembah, dan pegunungan. Sayang, Mamasa tidak memiliki pantai karena seluruh batas wilayahnya tidak ada yang berbatasan dengan laut. Kabupaten yang baru berdiri 8 tahun ini masih dalam tahap membangun. Jalan rusak ringan hingga parah mendominasi wilayah lembah ini, bahkan ketika anda baru memasuki gerbang kabupatennya. Jalan yang berkualitas cukup baik hanya terdapat di seputaran kota saja. Akibatnya, jalan sepanjang 90 KM yang menghubungi Polewali dan Mamasa harus dilalui dalam waktu sekitar 5 jam karena kondisi yang rusak. Tidak hanya jalan negara saja, jalan desa yang mengelilingi kabupaten ini juga rusak dalam kondisi lebih parah. Terkadang, antara satu desa dengan desa lainnya bahkan belum terbentuk suatu jalan. Anda harus berjuang keras menembus jalan tanah berpasir yang apabila hujan akan menjadi kubangan tanah liat.

Fitur

Bukan sekedar kekayaan bentang alam yang menjadi daya tarik Mamasa. Mamasa justru terkenal akan kebudayaannya. Mamasa dikatakan masih bersaudara dengan Tana Toraja yang terletak di sebelah timur. Walaupun terletak bersebelahan, namun tidak ada jalan yang langsung menghubungkan kedua wilayah ini. Karena Tana Toraja lebih dahulu terkenal, maka Mamasa kerap dikatakan memiliki kemiripan dengan Tana Toraja. Kemiripan kedua wilayah ini tampak pada ukiran kayu yang terdapat di rumah, bentuk rumah, upacara adat dan pakaian adat mereka. Walaupun tidak sama persis, namun sangat jelas terlihat ada hubungan antara kedua wilayah ini. Mamasa terkenal karena keindahan arsitektur rumahnya, situs pemakaman, dan kehidupan desa adatnya.

Menuju Mamasa

Jalan utama yang paling umum digunakan untuk mencapai Mamasa adalah melalui Polewali. Di jalur ini, sudah ada rute bus umum dari Makassar walaupun tidak sepopuler Tana Toraja. Apabila anda tidak melalui Makassar, ada bus umum atau kijang dari Pare-Pare, Pinrang atau Polewali yang dapat mengantarkan anda menuju Mamasa. Kijang reguler beroperasi dua kali sehari di Kota Polewali, pagi dan siang hari. Tidak ada angkutan malam hari dari dan ke Mamasa. Jalur alternatif lain dengan kondisi jalan lebih buruk adalah melalui Mamuju. Jalur ini tidak populer namun bisa menjadi alternatif untuk anda yang berasal dari Mamuju. Alternatif terakhir adalah untuk anda yang berasal dari Tana Toraja namun tidak ingin melewati Polewali. Jalur hiking ini bisa ditempuh dalam 2 hingga 3 hari perjalanan dengan kaki. Jalurnya agak curam di beberapa titik namun mudah diikuti karena sering digunakan oleh penduduk lokal. Dari Ponding di tana Toraja, anda harus melewati sejumlah desa seperti Paku, Bittuang dan Timbaan untuk sampai di Mamasa. Hanya gunakan rute ini apabila anda memiliki banyak waktu dan kaki yang kuat.

Tidur

Penginapan di Mamasa terkonsentrasi hanya di pusat kotanya saja. Sejumlah penginapan sederhana namun bersih dapat ditemukan dengan mudah di penjuru kota yang ukurannya tidak terlalu lebar ini. Beberapa penginapan yang bisa dicoba adalah Matana Lodge dan Wisma Tongkonan Mamasa. Berhubung Mamasa belum disambungkan dengan telepon, maka satu-satunya sarana perhubungan yang bisa dilakukan di seluruh lembah adalah dengan telepon selular. Tidak semua operator selular pun mampu hidup di Lembah Mamasa

Berkeliling Mamasa

Mamasa hanya memiliki transportasi yang menghubungkan kota dengan kota-kota kecamatan saja. Belum ada transportasi yang menghubungkan desa-desa di sekitar Mamasa. Padahal, objek wisata kebanyakan terletak di pedalaman, di desa-desa tersebut. Oleh karena itu, ojek menjadi satu-satunya pilihan bagi anda untuk mengelilingi desa-desa di Mamasa. Tarif ojek cukup bervariasi namun biasanya tinggi pada musim hujan karena kondisi jalan. Desa yang terletak agak jauh pun mampu menaikkan harga sewa ojek secara signifikan. Desa yang terletak cukup jauh biasanya memiliki akses jalan yang cukup buruk. Usahakan untuk memilih ojek yang benar-benar mengetahui medan dan lokasi.

Osango

Desa wisata ini terkenal akan Banua Suranya yang cantik. Banua Sura adalah rumah adat Mamasa yang penuh dengan ukir-ukiran. Banua Sura ini terletak di Desa Osango dan masih menjadi titik pusat kegiatan masyarakat selain Gereja Mamasa yang terletak di sebelahnya.

Balla Peu

Ini adalah kompleks desa wisata terlengkap yang ada di Mamasa. Desa ini memiliki 100 buah Banua yang disusun berjejer memanjang. Masyarakat adatnya masih hidup dalam kebersahajaan. Aneka jenis rumah adat mulai dari Banua Longkarrin, Banua Rapa, Banua Bolong, dan Banua Sura ada di tempat ini. Sayang, Banua Layuk atau rumah tinggi tidak terdapat di desa ini.

Tedong-Tedong

Ini adalah kompleks pemakaman yang telah berusia ratusan tahun. Tedong memang berarti kerbau. Mayat orang yang meninggal akan dimasukkan dalam peti mati yang berbentuk kerbau. Satu tedong-tedong bisa berisi puluhan hingga ratusan mayat. Umumnya, satu anggota keluarga dimakamkan pada satu tedong-tedong yang sama. Di tempat ini ada banyak sekali tedong-tedong. Masyarakat masa kini sudah jarang menguburkan mayat dengan cara seperti ini.

Buntu Kasisi

Adalah tempat para wanita-wanita di Mamasa menenun Sambu, kain khas Mamasa yang berfungsi untuk menghangatkan badan. Sambil melihat proses pembuatannya yang dikerjakan dengan cara manual, kita bisa langsung membeli produk mereka.

Rante Sepang

Lokasi ini dikhususkan untuk souvenir dan kerajinan tangan khas Mamasa yang dibuat oleh para pengrajin di seluruh lembah. Koleksi yang dimilikinya seperti Sambu, miniatur Banua, kalung, gantungan kunci, rompi, topi, dan aksesoris lainnya.

Kole

berlokasi di atas kota, Kole adalah pemandian air panas yang paling terkenal di Mamasa. Kole memiliki sejumlah kolam air panas berbelerang yang dapat digunakan untuk berendam. Air panas Kole diyakini mampu mengatasi berbagai penyakit kulit. Jangan berendam terlalu lama atau anda akan keracunan belerang.

Makan

Tidak ada makanan khas Mamasa disini. Rumah makan kebanyakan berpusat di tengah kota. Mereka justru menjual makanan Makassar atau makanan non-Sulawesi. Agak sukar mencari rumah makan di luar wilayah kota.

6 komentar:

  1. kayaknya mamasa menarik jg ya buat turis yg tdk suka keramaian...tp kayaknya aksesnya lbh susah dgn byknya jln yg rusak...hmmm...*mikir mo milih kemana toraja or mamasa -sok iye mo brgkt,pdhal ntah thn kpn bs kesini,tp mikirnya dr skrg*

    ReplyDelete
  2. saya paling suka sama Mamasa tuh sama Banua Suranya :D soalnya unik, campuran kebudayaan Bugis dan Toraja. hehehe...

    iya, sayang banged aksesnya rusak parah *walaupun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu kata orang orang sini*

    hihihi...kan gampang Jeung kalau dari Balikpapan mau ke Toraja/Mamasa. Naik aja kapal ke Pare-Pare, lanjut deh naik mobil atau bus. Iya, Mamasa tuh kota kecil, kayaknya cocok deh untuk beristirahat :)

    ReplyDelete
  3. Bang Lomar, Banua Sura', rumah adat Mamasa bukan campuran Bugis & Toraja. TIDAK ADA unsur Bugis di dalamnya. Rumah adat Banua Sura' adalah rumah adat Asli Mamasa, bukan pengaruh atau bawaan dari Bugis atau Toraja atau manapun. Mengenai kemiripan rumah adat Toraja dengan Mamasa, itu karena budaya Toraja dan Mamasa berasal dari satu akar yaitu budaya hulu Sungai Sa'dang, dan secara geografis wilayah Toraja berdekatan dengan Mamasa. Walaupun mirip toh tetap saja berbeda, karena ada falsafah asli masing-masing, tdk ada pengaruh ataupun duplikasi. Harap dikoreksi

    Koreksi juga lokasi kerajinan bukan Rante Soppang, yang benar adalah Rante Sepang

    ReplyDelete
  4. Halo Sang Manne,

    terima kasih sebelumnya sudah mengunjungi blog saya ini. Terima kasih sekali untuk koreksiannya.
    Saya senang loch ada putra daerah asli yang bersedia mengkoreksi saya, karena semua info disini mungkin tidak 100% akurat karena nara sumbernya pun bisa berasal dari mana saja. Jadi, sudah jelas yach bahwa Suku Mamasa dan Toraja berasal dari Budaya Hulu Sungai Sa'Dang? (atau Sa'dan kali yach?).

    untuk Rante Sepang telah saya koreksi. hehehe. terima kasih atas koreksiannya. :)

    Sukses untuk Mamasa!

    ReplyDelete
  5. Mengenai nama Sa'dan atau Sa'dang itu hanya varian dialek. Kalau di Mamasa memang lebih sering menyebutnya Ulu Sa'dan, kadang-kadang bisa juga Ulu Sa'dang, kalau di daerah Pitu Ulunna Salu dan pesisir Mandar lebih cenderung Ulu Sa'dang.

    Okay Bung Lomar, sama-sama.

    Salut buat Anda yang telah berusaha memperkenalkan daerah kami... :)

    ReplyDelete
  6. Salam kenal. silahkan main-main kembali ke beranda rumah saya ini. :) semoga ada kali lain kesempatan dimana saya bisa ke Mamasa lagi dan menjelajahi kabupaten pesisir (Mamuju dan Majene) yaaa :D

    terima kasih :)

    ReplyDelete