Tujuan utama saya di siang hari terik tersebut adalah sebuah hotel yang terletak hampir di pusat kota, Hotel Dandang Tingang namanya. Terletak di Jalan Yos Sudarso, Dandang berarti Kandang dan Tingang adalah Burung Rangkong yang menjadi maskot kebanggaan rakyat Kalimantan Tengah. Hotel bintang dua ini cukup apik dan lokasinya mudah diketahui keberadaannya. Apabila anda dari Jalan G. Obos masuk ke Thamrin, maka Hotel ini tepat berada di sebelah kiri anda ketika anda telah mencapai Jalan Yos Sudarso. Apabila anda berada dari bundaran besar RTA Milono, maka cukup ikuti jalan Imam Bonjol saja menuju bundaran besar utama Palangka Raya. Sesampainya di bundaran, belok kiri masuk ke Yos Sudarso. Selepas pertigaan Thamrin, anda akan menjumpai hotel ini.
Hotel ini keberadaannya pun cukup mencolok terutama dikarenakan papan lampu neon besar yang bertuliskan HOTEL DANDANG TINGANG di depan halaman hotelnya yang megah. Selain itu, hotel ini mengusung konsep luas, bukan tinggi sehingga keberadaannya yang cukup lebar menarik perhatian orang yang juga dikarenakan arsitektur uniknya yang terdapat hampir di seluruh bagian hotelnya, mulai dari gapura, prafon, hiasan atap hingga interior dalamnya.
Berhubung cuaca panas cukup menyengat karena saya tiba di Palangka raya pukul 12 siang, maka saya segara masuk ke dalam lobby hotel yang nyaman. Hal pertama yang tertangkap mata saya adalah hiasan dinding yang betul-betul bagus, ukiran a la Dayak Kalimantan Tengah. Di sisi kiri saya terdapat usaha travel internal hotel sementara di seberang depan sebelah kananlah terdapat meja resepsionis. Tepat di sebelah menja respsionis terdapat kain dan tameng dayak plus lemari kaca etalase tempat berjualan souvenir Kalimantan Tengah. Tak lupa, peta Kalimantan tengah beserta kabupaten dan kecamatannya dan pembesaran lokasi Palangka Raya terpampang dengan baik di sudut hotel ini.
Puas check in, saya segara menuju kamar saya. Dengan diantar oleh seorang bell boy, tak henti-hentinya mata ini memandangi seluruh ornamen penghias hotel yang memang sangat etnik. Mulai dari plafon hingga hiasan tepi koridor dibuat sangat etnik. Tak lupa dan selalu saya sempatkan untuk berfoto dengan ukir-ukiran tersebut.
Kamarnya sendiri bertipe standard type B (extra minibar) dengan tempat tidur twin, AC , kamar mandi dalam, tv, lemari kayu yang etnik, dan kaca jendela yang besar sehingga bisa melihat pemandangan luar di jalan raya dan halaman hotel. Untuk kamar standard type A charge hanya sebebsar Rp. 150.000 saja dan untuk type B seharga Rp. 252.000. lekas-lekas saya duduk beristirahat mengademkan diri dari sengatan matahari siang yang panas di luar sana. Istirahat dahulu sebelum memulai perjalanan ke Bumi Tambun Bungai!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
bro,... izin ngopi ^^
ReplyDeleteizin ngopi ya bro,... ^^
ReplyDeletesilahkan, bro :)
ReplyDelete