Walaupun sedih, kenyataannya waktu juga yang memisahkan diri saya dengan kota di tengah Pulau Kalimantan ini. Ya, siang itu saya harus mengejar pesawat dari Palangka Raya menuju Jakarta. Sebagai informasi, Palangka Raya tidak dilayani oleh semua maskapai yang ada. Beberapa maskapai yang sudah membuka jalur Palangka Raya – Jakarta dan sebaliknya hanyalah Batavia Air, Sriwijaya Air, Garuda dan Merpati saja selain Dirgantara Air Service yang memang sudah spesialis daerah pedalaman dan lapangan terbang non Boeing seperti Fokker dan Cessna. Alhasil, pilihan menjadi sedikit terbatas dan penerbangan tersiang yang ada dari PKY (Tjilik Riwut) menuju CKG (Soekarno Hatta) adalah pukul 12.30. tidak ada penerbangan sore di Palangka Raya menuju Jakarta.
Berbeda dengan Banjarmasin yang dimana Bandara Sjamsuddin Noor-nya berada di luar kota yakni di Kota Banjarbaru, Bandara Tjilik Riwut terletak di dalam kota Palangka Raya dan cukup dekat dengan pusat kota. Bandara dapat dicapai dalam waktu 15-20 menit saja dari pusat kota.
Perjalanan menuju bandara tidak jauh berbeda dengan landscape dalam kota. Pemandangan lapangan berumput plus hutan di kejauhan mewarnai pemandangan di kanan dan kiri jalan yang saya lalui. Di salah satu sudut jalan bahkan terdapat wilayah yang sedang diuruk bekas tanah gambut dengan hiasan sebuah guci tanah liat yang sedikit miring dan agak janggal karena posisinya dan peletakkannya. Bandara Tjilik Riwut sendiri merupakan salah satu bdanara berukuran kecil di Indonesia karena bangunannya sendiri memang tidak terlalu besar. Saat saya ingin pulang ke Jakarta, banyak bagian bandara sedang dilakukan perbaikan sehingga sedikit banyak mengurangi tampilan bandara. Jalan masuk kendaraan pun sedikit terhalang oleh bedeng para pekerja yang membangun bandara.
Di bandara Tjilik Riwut, situasinya tidak terlalu beda dengan bandara umum di Indonesia. Pintu masuk bandara dibuat tunggal saja, tidak dilengkapi dengan terminal sekian ke sekian. Yang unik dari bandara ini adalah ukiran maupun hiasan di sekeliling bangunan yang tampaknya sangat mencitrakan bahwa bandara ini berlokasi di Kalimantan Tengah. Sungguh, hiasan di sekeliling bandara cukup membuat saya kagum. Cantik juga karya arsitek yang membangun bandara ini.
Ketika masuk ke dalam, seperti biasa, anda akan memasuki mesin sinar X untuk memeriksa bagian dalam benda-benda yang anda bawa. Setelah itu, proses check ini dilakukan dengan memilih salah satu meja maskapai yang ada. Ada seorang bapak yang baik hati yang membantu proses check in saya padahal saya tidak pernah memintanya. Sempat terbersit juga apakah ada maksud tertentu dari orang ini namun tampaknya saya terlalu curiga berlebihan karena seusai bapak tersebut membantu saya check in, ia mengucapkan selamat jalan semoga sampai tujuan dengan selamat. Jadi sedikit tidak enak karena curiga berlebihan. (Bapak tersebut sampai mengantrikan tiket dan KTP saya!).
Bangunan bandara yang tidak bertingkat membuat proses penukaran boarding pass dan pembayaran airport tax dilakukan di ruang berikutnya. Yang mengejutkan, airport di Tjilik Riwut hanya sepuluh ribu rupiah! Duh, jadi pengen ke Tjilik Riwut lagi! Hehe. Seandainya semua bandara di Indonesia menerapkan harga murah seperti Tjilik Riwut. Sebagai perbandingan, di Bandara Soekarno Hatta terdapat petugas menyebalkan yang setengah memaksa dengan suara ketus membuat saya harus membeli asuransi perjalanan seharga Rp. 20.000. Petugas tersebut berdiri di loket setelah kita melakukan pembayaran airport tax. Dia memanggil-manggil penumpang dengan tidak sopan agar melewati stand dia. Dia berkata dengan cepat dan ketus serta memaksa sehingga untuk orang yang terburu-buru pasti akan lalai dan membayar either mereka butuh atau tidak. Ketika saya diketusi, saya membentak balik dengan berkata “ini apa?”, saya minta penjelasan. Penjelasan yang diberikan pun agak berbelit sehingga saya memutuskan untuk membentak wanita tersebut dengan berkata “NGGAK WAJIB KAN?!”. Dia mencoba mengeles dengan berkata “tidak wajib tapi dianjurkan!”. Spontan saya berkata “Ngga Usah!” dan segera meninggalkan wanita bertampang judes tersebut. Heran, pantes aja Soekarno Hatta dikenal sebagai bandara yang tidak ramah terhadap penumpang kalau caranya begini.
Kembali ke Tjilik Riwut, di lokasi sebelum ruang tunggu penumpang, anda dapat melihat-lihat produk-produk khas Kalimantan tengah maupun makan siang sambil menunggu pesawat anda berangkat. Jujur saja, walaupun disebut bandara dimana bandara sudah identik dengan harga mahal, namun toko souvenir di Bandara Tjilik Riwut memiliki harga yang affordable yang reasonable. Untuk beberapa item, harganya malah lebih murah daripada di pusat kota. Mengagumkan! Lain souvenir, lain pula makanan. Kalau untuk makanan, tampaknya memang aturan umum yang berlaku adalah harga mahal. Misalnya saja, untuk air minum AQUA, harga botol 600ml adalah Rp. 6.000 rupiah, bahkan ada yang Rp. 8.000! kalau tidak terlalu haus, sebaiknya tidak buang-buang uang disini mengingat di pesawat pun nanti anda akan mendapat makanan.
Sampai juga di ruang tunggu bandara. Sembari menunggu pesawat yang akan memberangkatkan anda di sisi kanan depan lapangan yang terlihat dengan jelas di depan ruang tunggu, anda dapat menikmati arsitektur Kalimantan tengah di ruang tunggu, yang diaplikasikan pada hiasan penghubung dinding dan atap, banner budaya Kalimantan Tengah dan Taman Nasional Sebangau. Apabila anda lapar, disini terdapat Parai Cafe di sisi sebelah kanan ruang tunggu. Gunakan waktu anda dengan sebaiknya dan pasang telinga baik-baik karena speaker informasinya agak sember sehingga anda akan sedikit kesulitan mendengar petugasnya menyebutkan nama pesawat yang baru saja mendarat, akan lepas landas dan pemanggilan penumpang.
Lagi-lagi sisi landasan bandara diperbaiki. Saya bersama penumpang lainnya keluar dari pintu ruang tunggu dan berhadapan dengan jalanan yang dipasangi papan kayu. Papan kayu tersebut digunakan untuk menutupi perbaikan yang dilakukan dan agar penumpang bisa berjalan dengan layak hingga sampai ke pesawat. Gak lupa, saya sempat menegok ke belakang untuk melihat wajah Bandara Tjilik Riwut sebelum lepas landas. Tak lupa, berfoto menjadi kegiatan yang wajib untuk dilakukan. Bye Kalimantan Tengah.
Label:
Kalimantan Tengah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment