Merindukan Babi Guling Chandra, Denpasar

Denpasar, ibu kota Bali, mungkin hanya akan menjadi pusat kegiatan jasa, perdagangan, dan bisnis serta pusat kegiatan lainnya dengan sedikit unsur pariwisata. Memang, dibanding dengan Kintamani, Kuta, Uluwatu, atau Tanah Lot, pesona Denpasar terasa kurang greget dibanding tempat lainnya untuk urusan pariwisata. Tentu tidak fair membandingkan museum-museum maupun galeri seni yang ada di Denpasar dengan bentangan alam menakjubkan di daerah lainnya. Denpasar mempunyai pasar turis tersendiri. Denpasar merupakan sebuah kota yang cocok untuk turis yang ingin mengenal pusat kegiatan dan sejarah Bali serta seni Bali. Hal lainnya, Denpasar cocok untuk pencinta kuliner Bali karena disinilah pusat dari berbagai produk makanan yang terkenal dari Bali berasal.
Salah satu lokasi yang akan saya kunjungi adalah Babi Guling Chandra. Selayaknya Pulau yang berbasiskan umat Hindu terbesar di Indonesia, maka Babi menjadi sesuatu yang halal disini. Maaf buat teman-teman yang muslim, namun sebaiknya teman-teman bertanya terlebih dahulu sebelum makan di area ini untuk memastikan bahwa makanan yang teman-teman konsumsi tidak mengandung daging ataupun olahan produk babi sama sekali. Ya, saya akan menuju ke Babi Guling Chandra di Denpasar atau tepatnya berada di Jl. Teuku Umar 140, telepon (0361)221278.
Sebenarnya, Babi Guling merupakan menu yang cukup umum ditemui di Bali. Banyak lokasi yang menyajikan makanan ini, tidak melulu di Denpasar. Akan tetapi, Babi Guling Chandra tampaknya cukup tersohor untuk menu ini, maka bolehlah kita mencicipinya.
Menu yang tersedia disini antara lain Babi Guling (tentu saja!), Ulam Karangan Babi/Ayam, Sate Lilit/Tusuk (Babi & Ayam), Rayunan Peranda dan Dayu, Ayam atau Bebek Betutu, Nasi Nasa dan snack a la Bali yang bisa dimasukkan dalam kotak, maupun nasi kotakan. Tanpa pikir panjang, tentu saya dan teman-teman langsung memesan Babi Guling yang menjadi favorit restoran sederhana ini (tampaknya restoran ini adalah modifikasi sebuah rumah gaya Bali yang dibentuk menjadi restoran). Sambil menunggu di dalam cahaya temaram karena bentuk rumah yang rapat dan ventilasi yang sedikit, kami melihat-lihat dinding yang dipenuhi dengan foto-foto artis yang pernah makan di restoran ini. Walaupun bentuk dari luarnya tidak meyakinkan, tapi restoran ini cukup OK juga.
Setelah agak lama, akhirnya pesanan datang. Akhirnya, nafsu buas kami membuat Babi Guling di piring tersebut tidak dapat berkutik dan menyerah menghadapi serbuan manusia karnivora yang lapar. Dalam satu porsi makanan tersebut, terdapat sepiring nasi, semangkuk sup kaki babi, dan sepiring penuh hasil olahan daging babi, mulai dari daging utama, sate, paru hingga bagian-bagian yang saya sendiri tidak mengerti namun rasanya tidak usah dipertanyakan lagi. Sedapppp!!!! Apabila anda penggemar chinese food, mungkin tidak akan terlalu asing lagi dengan makanan ini. Perbedaannya, Babi Guling Chandra hampir didominasi oleh babi dan disajikan dalam bentuk kering. Basahannya hanya berasal dari kuah sup kaki babi saja. Rasa bumbu a la chinese yang kuat yang biasanya tercium dan terasa di nasi campur pun tidak terasa di menu ini. Di menu babi guling ini, yang lebih kental terasa adalah rasa autentik daging itu sendiri dan sedikit rempah-rempah tradisional. Tak terasa, waktu sudah berlalu dan piring sudah tandas dan licin. Sudah saatnya bagi kami untuk berpisah dengan babi-babi ini. Tidak lupa, sebelum membayar, saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat produk kerupuk babi yang dijual di restoran ini. Bentuk dan harganya cukup bervariasi dan tentunya sanggup membuat kami tidak rindu babi selama ada kerupuk ini di perjalanan dan di rumah. Tertarik?

4 komentar:

  1. saya termasuk muslim.dan saya gak bisa komen apa2 ttg menu babi.coz gak penah makan itu.:-)
    kalo menu bebek bali, kyknya boleh tuh saya coba.enak gak mas??penah nyoba mas?
    kalo di kalimantan yg tekenal adalah nasi itik/bebek khas Gambut.enak lhoo...

    ReplyDelete
  2. wwaaaaaaaaa.....belum pernah coba bebek khas Gambut....koq namanya unik banged c? T_T *kemarin makannya patin, patin dan patin ajah...*

    karena bebeknya hidup di lahan gambut yach? huix....jadi penasaran....

    ReplyDelete
  3. knp namanya iti gambut?
    karena kuliner itu dr kecamatan yg bernama Gambut.kalo dr bandara menuju banjarmasin pasti ngelewatin kok.sekitar 11 kilo dr bandara.
    gambut itu emang dikelilingi dataran rawa dgn tanah yg berair ato gambut.

    ReplyDelete
  4. oowwww

    salah yach....=p gue pikir gara2 lahan gambut....=p

    pas dari Bandara (Banjar Baru) ke Banjarmasin kan memang ngelewatin daerah hutan maupun kota gitu (tempat banyak pom bensin dan truk serta mobil mengantri)...mungkin disitu salah satunya kali yah?

    ReplyDelete