Taste The Real Spicy with Mandarin Spice

Pengalaman makan di Mandarin Spice, Senayan City pada hari minggu lalu, 24 Agustus 2008 benar-benar ‘mengesankan’! Dengan maksud mentraktir papa dan mama dalam rangka ulang tahun saya, plus memanfaatkan diskon Bank Mega 50%, jadilah saya dan kedua orang tua melaju menuju Senayan City guna memanfaatkan program 50% ini. Kebetulan, mandarin spice menyajikan chinese food, sesuatu yang bisa diterima oleh lidah kedua orang tua saya.
Ruangannya memang sungguh apik. Pada minggu siang itu, suasana cukup ramai kami dapatkan. Bahkan untuk beberpa pengunjung yang membawa rombongan sejumlah 10 atau 15 orang harus mendaftar terlebih dahulu untuk waiting list. Untung saja keluarga saya bukan keluarga besar, alhasil, dengan segera kami mendapat tempat did alam restoran untuk 3 orang. Memang, dari segi interior dan arsitektur, Mandarin Spice cukup unik dan mengesankan. Dinding luarnya sendiri terdiri atas bata merah disusun dengan sangat rapi dan sebagian lainnya menggunakan dinding. Untuk sekat bagian dalam, Mandarin Spice menggunakan susunan kayu panjang dan bulat yang manis, kaca bening, kaca berukir dan bermotif, hingga gorden elegan. Sungguh, dilihat sekilas bukanlah tempat makan yang murah meriah.
Para pelayannya memang sangat ramah dan patut diacungi 5 jempol. Saya suka dengan kearamahan a la Mandarin Spice. Ramah tanpa berkesan terlalu dibuat-buat dan terlalu menjilat. Ramah apa adanya. Sayangnya, entah berhubung staff personel mereka terlalu sedikit maka tidak dengan cepat saya dapat dilayani. Untuk pemesanan makanan saja, yang bersangkutan baru tiba setelah sekian menit kami menunggu, padahal sebelumnya pencatat menu minuman sudah selesai mencatat pesanan kami. Mungkin orang yang mencatata makanan dan minuman adalah hal yang berbeda barangkali?
Beberapa saran yang saya dapatkan di internet, Mandarin Spice adalah tempat yang sangat layak dijadikan lokasi bersantai karena kekhasan interior, keramahan pelayanan dan kecepatan penyajian. Mari kita lihat, apakah semua elemen dasar ini sudah terpenuhi….
Buku hidangan yang khusu untuk menu promosi disajikan. Sayangnya, nasi putih dan chinese tea tidak termasuk dalam menu promosi. Alhasil, kami memesan lemon tea dan jus mangga. Untuk makanannya sendiri, berhubung hanya menu promosi yang dijasikan, maka tidak banyak pilihan yang dapat dipilih. Menunya antara lain ayam, ikan, sapi, sayur dan sejenisnya dengan penyajian beberapa jenis. Kami sendiri memesan bebek dengan irisan ubur-ubur, kailan cah ikan asin, ikan kerapu goreng a la thai. Sambil menunggu, saya dan mama memakan kacang merah (atau kacang tanah) yang disajikan dalam mangkuk kecil. Cukup unik. Sementara itu, papa menunggu karena asam urat tidak memperbolehkan ia mengkonsumsi jenis kacang-kacangan.
TENG! Waktu yang ditoleransi untuk kadar cepat sudah berlalu. Pelayanannya tidak terlalu cepat dalam hal penyajian. Ini mungkin berkaitan dengan banyaknya tamu yang datang pada siang itu sehingga proses memasak menjadi agak terhambat. Satu persatu pesanan kami datang, mulai dari bebek dengan irisan ubur-ubur, kailan cah ikan asin (sedikit sekali porsinya!) dan yang agak lama adalah ikan kerapu (ehem…ikan kerapu tidak tercantum harganya. Satu-satunya kata yang menggambarkan harga hanyalah tulisan MARKET PRICE. Artinya mengikuti harga pasar bukan?). saya mulai memakan satu persatu makanan tersebut. Bebek dengan irisan ubur-uburnya terlalu spicy dan cenderung asam. Tidak gurih seperti yang saya expected. But overall, menu ini cukup menarik dan acceptable. Sayangnya, bebeknya tidak terlalu berasa.
Next, saya makan nasi dengan kailan (oh yah, nasinya harus direquest lagi, baru diambilkan). Untuk kailan dengan porsi sesedikit itu, (anda semua pasti mengira bahwa saya sedang melakukan fine dining atau sebangsanya) saya harus mengakui bahwa menu ini gurih dan enak. Akhirnya, bisa menemukan cita rasa gurih lagi dalam makanan Cina. Beruntungnya, kailannya cukup besar sehingga cukup terasa di lidah sebelum meluncur masuk ke kerongkongan saya.
Last, menu yang datang agak terlambat (menurut standard saya) yakni ikan kerapu goreng a la thai (kami memilih ini karena disarankan oleh waiter-nya) memang membuat kami tercengang.*gleg*. Ukurannya besar sekali dan terlihat begitu mewah. Berhubung saya sudah tidak ingat soal MARKET PRICE tadi, saya sudah girang saja melihat ikan yang fantastis ini. Jreng, begitu dibelah-belah, ikan ini mengeluarkan uap panas dari sela-sela dagingnya yang lembut dan juicy. Ikan kerapu ini digoreng dan dilumuri saus asam tomat serta irisan mangga muda. Cenderung Thailand eh?
Soal rasa, inilah menu terbaik hari ini. Saya sangat suka rasanya walaupun memang jadinya tidak seperti makanan chinese yang saya kenal dengan gurihnya. Rasanya cenderung spicy, asin dan sedikit asam. But overall, ikan ini enak. Apalagi ukurannya maha dashyat dan memuaskan. Hmm…saya jadi berpikir mengenai China selatan dan tenggara. Tampaknya, lokasi yang berdekatan dengan asia tenggara membuat kultur makanan ini menjadi seperti ini, asam dan pedas.
Setelah cukup puas makan (nggak juga, sich, rasanya seperti baru makan fine dining yang nggak boleh terlalu kenyang), saya meminta bill. Barulah horror terbesar dimulai. Saya sudah memperhitungkan, bahwa menu ini akan menghabiskan dana sekitar 200ribu, yakni batasan minimum sebelum pajak agar bisa dikurangi 50% oleh Bank Mega. Total minuman sekitar 40ribuan, bebek 50ribuan, kailan 50ribuan dan saya pikir ikan pasti mengisi sisanya agar mencapai 200ribu. Ah, ternyata total 360ribu. Fiuh, masih sesuai harapan saya. Namun, sebentar…apa itu di atasnya? Tertulis diskon Bank Mega 300sekian ribu rupiah! *gleg* jadi, 360ribu sudah termasuk diskon? *gleg* lagi-lagi saya tercekat. Saya telusuri, harga ikannya sendiri dengan berat dalam hitungan 11 (nggak tahu pakai satuan berat apa) berharga 411ribuan. Ya ampun. Mahal sekali! Alhasil, saya harus bisa menyembunyikan keterkejutan saya dengan membayar 360ribu tersebut. Seandainya saya tahu dan ikannya belum digoreng ataupun dimasak, pasti saya tidak akan sebegitu nekadnya mencoba menu ini. But, sayang sekali, menunya sudah di perut. Dan tidak ada gunanya disesali, walaupun untunglah saya mensyukurinya sekarang, saya membayar seharga tersebut. Cukup tahu saja bahwa seperti itulah Mandarin Spice, tapi yang jelas saya mungkin akan berpikir dua kali sebelum datang ke restoran tersebut dan kembali memesan menu yang sama. Mungkin dimsumnya yang harganya masih bisa diterima dengan akal sehat akan membuat saya kembali ke restoran ini. But, untuk ikan, daging dan lain-lain yang market price? Kayaknya nggak dech. Makasih. (kecuali dibayarin, ini tentu bakalan jadi blog lain…=)

0 komentar:

Post a Comment